Sejak kecil, aku sudah merasakan kesulitan, bahkan tidak dianggap oleh siapa pun. Meskipun memiliki teman dan komunitas yang mendukung, namun keluarga sendiri sering membuatku sakit hati. Siksaan, bahkan tekanan dari lingkungan sekitar sering kualami. Setiap hari, bahkan terus-menerus. Kadang ingin menjerit, namun terasa buntu, bingung harus menjerit ke mana, atau harus menjerit apa, karena kehilangan kata-kata.

Akhir-akhir ini, banyak beredar berita tentang individu yang mengakhiri hidupnya sendiri, atau secara massal. Menyikapi banyaknya korban dan maraknya berita bunuh diri setiap harinya, membuatku tidak mampu berkata-kata. Walaupun hal ini dilarang dalam ilmu atau norma mana pun, aku sering kali terusik untuk menempatkan diri dalam keinginan yang sama. Aku ikut larut dalam kesedihanku sendiri, merenungi apa yang terjadi pada diriku. Berita-berita tersebut juga menimbulkan tanya. Mengapa banyak orang mengambil keputusan untuk bunuh diri? Apakah karena tidak mempunyai teman untuk bercerita dan menuangkan keluh kesah? Ataukah merasa tidak diterima di komunitas mana pun? Apakah mengalami perundungan, atau penolakan dari lingkungan dan komunitas sekitar mereka? Sering kali motif tindakan tersebut tidak terungkap. Aku merenung dan berdoa, mengapa banyak kejadian seperti itu, Tuhan? Tidak adakah solusi atau pemecahan masalah, untuk mengurangi hal tersebut? Seharusnya, masih banyak hal yang dapat mereka lakukan, untuk memberi perubahan bagi dunia dan perkembangan diri. Mereka masih muda, dan hidupnya masih panjang.

Adanya stigma negatif di masa muda akan menghalangi perkembangan seseorang, sehingga sulit mengalami kemajuan. Hal ini terjadi dalam hidupku sendiri. Aku mengalami kesulitan bergaul, mengalami trauma dan kepahitan hidup. Beberapa orang menciptakan stigma, bahwa diriku hanyalah beban bagi orang lain. Hasilnya, ketakutan berlebihan, cenderung menutup diri dari pergaulan, dan sulit berbagi, bahkan kepada orang terdekat sekalipun, memilih memendam masalah sendiri daripada orang lain tahu, sehingga menyebabkan tekanan batin.

Semoga mereka bertobat, karena perbuatan tersebut tidak baik dan tidak patut dicontoh, bahkan membuat orang lain menjadi trauma. Itu pula alasan yang membuatku merasakan ketakutan berlebihan, sehingga memilih tidak bergaul, hidup sendirian, cenderung menyiksa, dan melukai diri sendiri, karena tidak menemukan tempat pelampiasan.

Hal tersebut juga terulang dalam dunia pekerjaan. Aku tertekan dan cenderung menyakiti diri sendiri, walaupun tidak sampai menyayat diri, atau membenturkan kepala ke dinding hingga berdarah, seperti yang dilakukan orang-orang. Akan tetapi, aku kerap berbicara sendiri, atau melampiaskannya melalui tulisan. Sebenarnya ini lebih berbahaya, dibandingkan berbicara secara langsung untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pengertian setiap orang dapat berbeda-beda jika sekadar melihat tulisan saja, dapat menyebabkan salah persepsi.

Kini, aku mencoba untuk mengubah semuanya demi menghindari konflik dan perpecahan akibat salah persepsi. Kadang, tetap ada celah bagi mereka untuk mencobai diriku, bahkan merundung dan menjauh. Aku dibiarkan melakukan segala sesuatu sendiri, diasingkan, atau tidak dianggap kehadirannya. Hal ini membuatku tertekan dan stres, namun tidak kuasa membalas. Aku hanya bisa diam dan membiarkan, karena yakin suatu saat akan ada balasan setimpal untuk mereka, walaupun bukan dariku sendiri. Terima kasih untuk orang tuaku yang selalu mengajarkan untuk tidak membalas apa pun yang mereka lakukan. Tuhanlah yang akan memberi balasan setimpal untuk perbuatan mereka. Nasihat inilah yang selalu kujadikan pedoman, agar aku tetap kuat melangkah dalam apa pun, pekerjaan, atau masa-masa sulit saat bersekolah. Aku belajar, dengan banyak beraktivitas dan menerima apa yang terjadi padaku dan lingkungan sekitar, akan membuatku mengurangi pikiran negatif tersebut.

Kini, aku sudah dapat mengucap syukur. Selalu ada maksud dan tujuan untuk segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Terima kasih atas dukungan keluarga dan teman-teman yang selalu hadir dan melakukan yang terbaik. Jangan memendam masalah sendirian. Belajarlah untuk terbuka dan jujur kepada diri sendiri, juga orang lain. Jangan malu untuk bercerita atau berbagi kepada teman terdekat. Mereka pasti akan membantu kita mencari solusi untuk menyelesaikannya. Satu hal yang harus dan terus kita ingat, setiap masalah pasti ada solusi dan cara pemecahannya.

Good luck and do the best!