Apa yang terpikirkan oleh Anda ketika mendengar kata “lahan”? Sebuah hamparan tanah kosong atau ditumbuhi rerumputan? Lahan memiliki kegunaan yang berbeda-beda bagi setiap pemiliknya. Di Indonesia sendiri sebagai negara agraris, ketika mendengar kata “lahan”, tak jarang orang terpikir akan apa yang dapat ditanam dan dipanen kelak. Semakin luas lahan, semakin banyak pula orang yang dibutuhkan untuk mengusahakannya, agar tidak mem-forsir tenaga orang dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan.
Bayangkan jika luas lahan itu berhektar-hektar, namun hanya dikerjakan tidak lebih dari sepuluh orang, apakah dapat mewujudkan kesejahteraan bersama? Tentu tidak, bukan?
Kalau direnungi, ini sama halnya dengan kehidupan kita sebagai anggota tubuh-Nya. Setiap kita dipanggil untuk bekerja di ladang Tuhan. Meski lahan itu luas dan antara satu orang dengan yang lain bisa berbeda penempatannya, tapi kita tidak ditempatkan-Nya sendirian. Sebab, Dia menciptakan anak-anak-Nya dengan karunia, talenta dan panggilan yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Kendati demikian, ketika Tuhan telah menempatkan anak-anak-Nya di ladang yang sama, seberapa banyak pun perbedaan pribadi lepas pribadi, kita bekerja sama sebagai anggota-anggota dari satu tubuh Kristus. Hanya Roh yang satu dan yang sama yang akan memampukan kita untuk mengerjakan sebagaimana yang dikehendaki-Nya (1Kor.12:11).
Realitanya, seiring berjalannya waktu, makin marak perpecahan terjadi karena perbedaan, dan tak jarang disebabkan oleh adanya keinginan untuk diakui. Miris, sebab hal ini juga kian sering terjadi di gereja-gereja. Lingkungan gereja yang seharusnya menjadi tempat di mana para anggota-Nya dapat sehati dan sepikir dalam melayani, justru jadi ajang ‘sikut-sikutan’, saling adu domba, saling merendahkan, dan lainnya. Akhirnya tidak ada lagi kesatuan hati dan pemikiran yang dapat memberikan sukacita karena bekerja bagi kemuliaan nama Tuhan.
1Kor. 12:25 berkata, “supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.” Bukan hanya untuk saling memperlengkapi secara talenta, kita dipersatukan satu dengan lainnya agar juga dapat saling memperhatikan. Dengan demikian, orang akan merasa diterima dan diperhatikan. Sebab, kita tidak akan pernah tahu pasti pergumulan seseorang dalam pelayanan, jika kita tidak memperhatikannya. Contohnya, seperti manakala orang tersebut sebenarnya memiliki kerinduan untuk melayani sesuai karunia Tuhan yang ada pada dirinya, tetapi ada tantangan atau situasi sulit, yang membuatnya tidak dapat mengambil pelayanan tersebut. Ketika mau memperhatikannya, Tuhan akan memperlengkapi kita untuk membantunya, entah itu hanya dalam bentuk solusi, tindakan, atau lainnya, sehingga orang tersebut tidak merasa berjalan sendiri.
Ada yang membantunya, dan dia dapat menjawab kerinduan untuk menggenapi panggilannya. Untuk itu, sebagai satu anggota tubuh Kristus, marilah kita sehati sepikir dalam melayani. Sehati sepikir bukan berarti tak ada perbedaan, tapi bagaimana kita bisa saling menghargai dan memperhatikan, agar dapat berjalan dalam satu tujuan yang sama, yaitu bagi kemuliaan nama Tuhan. Selamat melayani sebagai anggota-anggota tubuh Kristus di ladang-Nya!