Malam ini, kita kembali mengingat peristiwa perjamuan makan malam Yesus bersama para murid. Pada waktu itu, Yesus membasuh kaki mereka, layaknya seorang pelayan yang rendah. Padahal, Ia adalah Anak Allah yang berkuasa. Ia bersedia menanggalkan kuasa-Nya, meneladankan kasih yang penuh pengurbanan dengan melayani murid-murid-Nya. Bagaimana dengan kita? Bersediakah kita merendahkan hati dan melayani dengan tulus?
Dalam memperingati Tri Hari Suci, GKI Gading Serpong menyelenggarakan ibadah Kamis Putih, yang dilaksanakan pada hari Kamis, 17 April 2025, mulai pukul 19.30 di aula lantai 6 SMAK Penabur Gading Serpong, Jl. Kelapa Gading Barat, Pakulonan Barat, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Ibadah dihadiri oleh 295 orang jemaat pria dan 417 jemaat wanita, dengan tema “Yesus yang Melayani dan Mengasihi”. Ruangan dibuat bernuansa gelap hampir sepanjang ibadah, yang berlangsung selama kira-kira satu jam lima belas menit, dalam suasana yang khidmat.
Setelah panggilan beribadah, jemaat menyanyikan lagu KK 144, “Mari Tuturkan Kembali”, karya Fanny Jane Crosby, yang menjadi lagu tema rangkaian masa raya Paskah. Bacaan Alkitab diambil dari Keluaran 12:1-14; Mazmur 116:1-2, 12-19, yang dinyanyikan secara bertanggapan; 1Korintus 11:23-26, yang dibawakan dalam bentuk video narasi dan visualisasi; serta Yohanes 13:1-17, 31-35.
Umat berefleksi dan mengambil saat hening setelah pembacaan Alkitab, kemudian dilanjutkan dengan ritus pembasuhan kaki. Seluruh pengerja GKI Gading Serpong (termasuk pendeta emeritus) melayani dalam pembacaan narasi, serta melakukan pembasuhan kaki jemaat, yang diwakilkan oleh 16 orang. Setelah itu, umat menyanyikan lagu KK 651, “Aku Hamba-Mu Tuhan” yang bernuansa Toraja. Penatua membacakan Yohanes 13: 31-35, dan jemaat menyanyikan lagu PKJ 275, “Perintah Baru”, berlanjut dengan doa syafaat dan ritus tenebrae.
Tenebrae atau pemadaman lilin pra-Paskah adalah salah satu ritus khas ibadah Kamis Putih. Lagu KK 225, “Getsemani, Tempat Yesus Berdoa” mengawalinya. Pengerja secara bergantian membacakan narasi yang menggambarkan proses yang Tuhan Yesus jalani menjelang penyaliban, yaitu peristiwa doa di Taman Getsemani, penangkapan, pengadilan, hukuman mati, penyangkalan, dan kematian. Setiap kali, setelah pembacaan narasi, perenungan, doa hening, satu lilin dipadamkan, dan umat menyanyikan satu bait lagu KJ 364, “Berserah kepada Yesus”. Setelah lilin ketujuh padam, dilakukan proses pengarakan lilin Kristus dari pintu masuk gereja ke altar, sementara umat berdiri, menyanyikan lagu PKJ 308, “Yesus Terang-Mu Pelita Hatiku”.
Setelah itu, Pdt. Danny Purnama membacakan narasi penutup. Dalam Dia ada hidup. Dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan. Dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yohanes 1:4-5). Kiranya kerendahan hati Yesus, yang Ia wujudkan dalam pelayanan dan pengurbanan-Nya melalui jalan penderitaan, senantiasa mendorong, meneguhkan, dan menginspirasi kita untuk terus melangkah dalam kehidupan, sembari terus mewujudkan tindakan kasih di dunia dari sekarang sampai selama-lamanya! Umat menyanyikan NKB 77, “Lihatlah Anak Insan”, dan ibadah pun berakhir dalam keheningan, tanpa iringan musik, sementara lampu-lampu ruang ibadah tetap dalam keadaan gelap.