Menjadi Warga Negara Indonesia bukanlah sebuah pilihan.
Kita tidak pernah memilih untuk dilahirkan sebagai orang Indonesia. Saya juga tidak pernah memilih lahir sebagai Tionghoa Indonesia. Musa adalah seorang Israel yang mengalami masa dimana ia disembunyikan dan diselamatkan oleh putri Firaun. Namun toh pada akhirnya tidak bisa memungkiri bahwa ia adalah orang Israel. Sejauh apa pun ia berlari, ia tetap lah orang Israel. Musa berjuang bersama-sama bangsanya. Kekerasan hati dan sikap kurang bersyukur dari bangsa Israel tidak jarang mengesalkan Musa namun sampai akhir hidupnya Musa memilih untuk tetap berjalan dan berjuang bersama dengan bangsanya. Ada kalanya dalam hidup kita sebagai orang Indonesia, kita merasa kehilangan kebanggaan terhadap Indonesia.
Perasaan malu terkadang juga nampak dalam keseharian kita. Saya berulangkali melihat banyak orang yang merasa lebih bangga berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia. Ada orang yang bahkan tidak mau kelihatan atau ketahuan bahwa ia orang Indonesia saat ia ada di negeri orang. Indonesia sering dikaitkan dengan kerusuhan, korupsi, kolusi, nepotisme, tidak disiplin dsb. Hal-hal buruk, mulai dari yang sederhana sampai rumit, melekat pada Indonesia. Berulangkali di negeri kita, kita melihat bahwa ada pihak yang tidak segan mengorbankan sesama anak bangsa demi mencapai ambisi pribadinya. Di Indonesia, ada yang hidup bergelimang kemewahan namun tidak sedikit daerah yang bahkan penerangan pun belum masuk ke sana. Kita juga melihat depan mata kita bagaimana justru orang yang melakukan hal baik, membawa perubahan, malah dijebak dan dikorbankan.
Ketidakpedulian bangsa kita memelihara alam atau menjaga fasilitas umum, juga terlihat nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah semua itu membuat kita tidak lagi mau mengakui diri sebagai orang Indonesia? Anda dan saya memang tidak pernah memilih menjadi orang Indonesia namun sampai saat ini, anda dan saya masih orang Indonesia. Apa yang kita sudah lakukan untuk negara kita? Banyak di antara kita yang lebih suka berlari dan mengacuhkan segala persoalan yang ada dalam hidup berbangsa dan bernegara. Musa tidak berlari, tidak meninggalkan bangsa Israel.
Musa berdiam, berdoa dan berkarya bersama bangsa Israel. Bangsanya tidak sempurna, bangsanya seringpula menyebalkan, Musa pun pernah kesal namun ia tidak membenci bangsanya. Bagaimana dengan kita? Di tengah persoalan demi persoalan yang ada dalam kehidupan kita bersama, apa yang telah, sudah dan akan kita lakukan? Untuk pemilu baik pileg atau pilpres yang akan berlangsung tahun depan, apa yang sudah kita rencanakan? peduli kah kita akan hak pilih kita? apakah kita sungguh menyediakan waktu kita dan dengan sadar dan bertanggung jawab memilih yang paling bisa kita pertanggungjawabkan? sadarkah kita satu suara berharga dan sudah kah kita mempergunakannya dengan baik? Kita mungkin cenderung hopeless melihat keadaan negara kita. Namun mari belajar dari Musa. Musa, dalam kecintaan namun juga kadang kekesalan kepada bangsanya, tidak pergi dan meninggalkan bangsanya. Musa berjuang bagi bangsanya. Bagaimana dengan kita?