Spiritualitas setiap murid Tuhan Yesus harus terus bertumbuh kembang. Rasul Paulus mendoakan jemaat di Korintus agar jemaat menjadi sempurna, ia juga meminta jemaat mengusahakan diri (menujukan diri, mengarahkan diri) supaya sempurna (2 Kor.13 :9,11).
Tujuan ini dicapai dengan anugerah sebab itu Paulus bukan hanya berdoa tetapi juga dengan usaha yang terus-menerus sampai bertumbuh kepada kedewasaan rohani, kepada pencapaian tujuan hidup di dalam Tuhan Yesus dan lengkap (ESV, Keep on growing to maturity). Untuk mencapai hal ini ada berbagai cara yang dapat dilakukan. Artikel yang akan saya tulis bukan hanya memberikan cara atau metode untuk menuju kepada kesempurnaan tetapi mengajak untuk belajar dari perjalanan hidup seorang Daud, raja pertama dari dinasti kerajaan yang akan kokoh selama-lamanya, yang ditetapkan TUHAN dengan ikatan Perjanjian (covenant). Pemahaman ini berdasarkan pada Kitab 2 Samuel, catatan sejarah dimulai saat Daud yang berumur 30 tahun menjadi raja sampai pada masa tuanya.
Kitab 2 Samuel melanjutkan narasi perjalanan hidup Daud dari kitab 1 Samuel. Saat itu, Daud sudah lepas dari buronan Raja Saul (mungkin selama 13-15 tahun). Kini Daud yang sudah diurapi oleh Samuel (1 Sam. 16:1-13), siap untuk naik takhta sebab Saul sudah gugur dalam peperangan melawan bangsa Filistin (1 Sam. 31:1-13).
Mengamati tujuh tahun pertama
Ada pembawa berita yang mengakui di hadapan Daud bahwa mereka telah membunuh Raja Saul dan anaknya yang dinobatkan oleh Abner bin Ner, panglima Saul menjadi raja atas seluruh Israel. Mereka merasa ingin membela Daud agar Daud menghargai upaya mereka, sebab mereka membunuh orang-orang yang menghalangi Daud naik takhta (baca 2 Sam. 1:1-16 dan 4:1-12).
• Daud membunuh orang Amalek dan juga Rekhab dan Baana. Sebab Daud tidak berambisi naik takhta dengan cara-cara kekerasan/manusia namun Daud menantikan TUHAN yang mengatur langkahnya. Daud dengan kerendahan hati terus menantikan pimpinan TUHAN (Baca 2 Sam 2:1-7; 5:1-10). Daud sangat marah kepada para pembunuh yang telah membunuh orang yang TUHAN urapi dan orang yang benar di tempat tidurnya tanpa dapat melawan.
• Daud menghidupi hidupnya dengan visi yang jelas bahwa TUHAN yang mengatur hidupnya dan takhta kerajaan itu akan dinaikinya dalam waktu dan pimpinan TUHAN. Mungkin lebih kurang 20 tahun Daud menantikan pencapaian ini, ia menguasai diri dan tidak berbuat yang jahat, bahkan “peluang” yang sepertinya bisa mempercepat mendapatkan jabatan raja sama sekali dijauhkan dari keinginannya. Satu karakter yang perlu untuk kita belajar dalam mendisiplin diri sebagai anak TUHAN adalah harus terbuka untuk dipimpin dan diarahkan TUHAN bukan dengan ambisi dan kekuatan dan strategi diri isendiri.
Mengamati Daud – pemegang perjanjian/covenant kerajaan
Sebuah dinasti yang akan dipilih TUHAN untuk mendirikan Kerajaan yang akan kokoh untuk selamalamanya (2 Sam. 7:1-29). Nabi Natan menyampaikan perjanjian TUHAN ini kepada Daud. Daud dalam pemahaman yang terbatas dan tidak mampu memahami tentang apa yang akan terjadi di masa-masa mendatang, tetap memegang teguh perjanjian ini.
• Pertama-tama Daud merendahkan diri dihadapan TUHAN sebab ia menyadari bahwa tidak ada yang istimewa dalam dirinya dan keluarganya. TUHAN ALLAH telah berkenan menyatakan bahwa Ia akan melakukan perkara yang besar ini.
• Daud mengakui akan kebesaran dan kekuasaan TUHAN yang sanggup mengerjakan perkara besar yang diberitahukan kepada Daud yang terbatas ini. • Daud sungguh memohon dan bergantung sepenuhnya kepada TUHAN yang sanggup melakukan perkara-perkara besar yang akan diemban oleh dia dan keluarganya. Daud menantikan TUHAN sendiri yang memberkati dia dan keluarganya.
• Sebuah pola hidup dalam disiplin rohani adalah :
1. Mengucapkan syukur kepada Allah meski dalam kelemahan, keterbatasan, ketidakberdayaan kita. Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus mengikat perjanjian baru dengan darah Tuhan Yesus Kristus untuk kita agar mendapatkan dan hidup dalam Kerajaan-Nya yang kekal.
2. Menempatkan diri dengan kerendahan hati dengan kesadaran “siapakah saya” dan “Siapakah TUHAN, Allah” yang telah mengikatkan Perjanjian-Nya kepada saya (sekarang Perjanjian Kerajaan ini diikatkan di dalam TuhanYesus Kristus).
3. Berdoa untuk bergantung sepenuhnya pada berkat TUHAN dan memohon keterlibatan Dia dalam hidup sehari-hari.
Mengamati perjalanan hidup Daud dalam keseharian
Penulis kitab 2 Samuel menuliskan kehidupan Daud setelah ia selesai dari pelarian dan buronan Raja Saul, lalu TUHAN mempersiapkannya menjadi seorang raja, mulai dari Hebron, hingga lanjut ke Yerusalem. Dari menjadi raja hanya untuk suku Yehuda, TUHAN mempercayakan Daud menjadi raja atas seluruh Israel. Catatan yang menuliskan setelah Daud menjadi raja atas seluruh Israel adalah :
• Daud menyerang orang Yebus yang tidak pernah dapat dikalahkan sejak Yosua dan masa hakim-hakim dan masa raja Saul. Suku ini kuat, namun Daud berhasil merebut dan menjadikan kota itu sebagai kota Daud yang dinamakan Sion, Yerusalem.
• Daud makin besar kuasanya sebab TUHAN, Allah semesta alam, menyertai dan dicatat di pasal 5:11-25 dan 8:1-18, 10:1-19 : kemenangan-kemenangan Daud atas musuh-musuh yang mengelilingi Israel. Bangsa-bangsa di sekeliling Israel berhasil dipukul kalah oleh Daud :
- Bangsa Filistin
- Bangsa Moab
- Raja Hadadezer bin Rehob, raja Zoba
- Bangsa Aram dari Damsyik
- Raja Tou, raja Hamat
- Orang Amalek
- Orang Amon
- Orang Edom
- Catatan jarahan dan upeti yang banyak yang dikhususkan Daud untuk TUHAN
• Kekuasaan kerajaan Daud semakin meluas dan Isrel menjadi kerajaan yang besar dan ke mana pun Daud pergi berperang, ia selalu menang. Kerajaan Daud memasuki masa yang jaya dan Daud pun mulai tenang. Dalam masa ini :
• Daud menepati janjinya kepada Yonatan bahwa terus akan mengikatkan pertalian persahabatan selama-lamanya (1 Sam 20:42). Daud mencari keturunan Yonatan dan membawa anaknya, Mefiboset ke dalam istana dan diperlakukan sebagai anggota kerajaan. (9:1-13)
Belajar dari masa ini dalam diri Daud
Daud seorang yang membangun relasi dengan TUHAN sebab ia menjalankan perencanaan untuk memerangi bangsabangsa dan menjalankan pemerintahan Israel dengan kesadaran bahwa karena dan untuk TUHAN (5:10; 12 – Daud sangat bergantung pada otoritas TUHAN dan terus bertanya dan mohon pengarahan TUHAN.
Sebuah disiplin rohani : adalah berjalan dengan TUHAN dan dipimpin TUHAN dan mengutamakan TUHAN (6:1-23- setelah lebih dari 40/50 tahun Tabut Allah berada di Kiryat –Yearim kemudian dibawa ke Yerusalem). Selanjutnya Daud ingin mendirikan rumah bagi Tabut Allah (7:1-) Dan ia tidak melupakan perjanjian dengan Yonatan.
Mengamati perjalanan Daud dalam masalah-masalah keluarga
Banyak perkara terjadi dalam diri Daud dan juga keluarganya : (2 Sam. 11-19). Terdapat banyak catatan khusus tentang kehancuran martabat Daud dan keluarga nya yang porak poranda. Diawali oleh perselingkuhan dengan Batsyeba dan strategi membunuh suami Batsyeba, Uria sampai pada pemberontakan Absalom dan kematiannya. Narasi-narasi yang menunjukkan hidup Daud yang berdosa dan konsekuensi dosa yang diperbuatnya. Sungguh mengerikan! Disiplin rohani yang sangat perlu kita belajar adalah
: • Ada kelemahan Daud dalam hal “perempuan” (perhatikan 3:2-5; 5:13- 16) dan kali ini Daud melakukan perbuatan yang “menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat” (12:9). Daud jatuh ke dalam dosa dan menyelesaikan dengan cara dosa lagi. Betapa penting mengenali diri, kelemahan diri dan menjagainya dengan tetap fokus pada tugas dan tanggung jawab yang TUHAN percayakan (baca 11:1). Ketika kita tidak mendispinkan hidup untuk mengutamakan yang utama yang TUHAN percayakan, begitu mudahnya kita menyeleweng dan melakukan hal-hal yang memuaskan diri sendiri tanpa mampu berpikir dengan jernih dan kudus.
• Dosa harus cepat diselesaikan di hadapan TUHAN dan jangan menyelesaikannya dengan perbuatan dosa lainnya untuk menutupi kejahatan yang sudah dilakukan (11:14-18). Perbuatan dosa kebanyakan akan membuahkan perbuatan dosa lainnya dan akan berubah semakin jahat. Pentingnya mendengar suara Roh Kudus agar peka terhadap apa yang jahat yang sudah dilakukan dan segera membereskan.
Narasi 2 Samuel, membukakan kepada pembaca perbuatan Daud yang baik maupun yang jahat, dan menjadi sebuah panutan bagi kita untuk belajar menumbuhkan pola hidup yang benar dengan disiplin-disiplin rohani dalam keseharian. Kiranya Tuhan menolong kita membangun hidup yang berkenan kepada Dia