Kolose 3:21 “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”
Selama masa pandemi ini, kegiatan yang semula banyak kita lakukan di luar rumah, kini berubah total. Aktivitas seluruh anggota keluarga menjadi satu di dalam rumah. Tentunya ini bukan sesuatu hal yang mudah. Banyak hal-hal baru yang harus kita lakukan, seperti misalnya harus lebih mampu mengelola emosi. Karena keterbatasan ruang gerak dan seringnya kita bertemu, kian banyak gesekan-gesekan interaksi yang timbul dengan anggota keluarga lainnya. Hal ini bisa berdampak positif, namun sebaliknya juga bisa berakibat buruk.
Belajar menjaga hati dan emosi kita adalah kunci utama dalam hal ini. Kita mendengar beberapa peristiwa dan berita yang menyedihkan sekali, termasuk meningkatnya angka perceraian akibat tinggal di rumah. Demikian juga angka tindakan kekerasan antara suami-isteri, dan kepada anak-anak, yang menjadi lebih besar. Ada kecemasan, ketakutan dan kekhawatiran, dan adanya verbal dan physical abuse.
Ketika kamu memperingatkan mereka, ketika kamu menasihati mereka, ketika kamu memarahi mereka
Sebagai anak-anak Tuhan, kita tinggal di rumah bukan saja agar kita tidak jatuh sakit, namun kita juga menjaga agar rumah kita tidak sakit. Kita menjaga hati dan keluarga kita, kita jadikan rumah kita sebagai rumah yang penuh kasih. Ini adalah kewajiban kita sebagai umat Allah. Selain itu, sebagai orang tua, kita juga memiliki kewajiban menjadi teladan dalam kehidupan dan perilaku Kristen, serta lebih memedulikan keselamatan anak kita ketimbang pekerjaan, profesi, pelayanan di gereja, atau kedudukan sosial kita.
Menurut perkataan Paulus dalam Ef. 6:4 dan Kol. 3:21, dan juga perintah Allah dalam banyak ayat di Perjanjian Lama, orang tua bertanggung jawab untuk memberi asuhan dan didikan kepada anak mereka, yang akan mempersiapkan mereka untuk hidup berkenan kepada Allah. Keluargalah yang terutama bertanggung jawab memberikan didikan alkitabiah dan rohani kepada anak-anak, bukan gereja atau Sekolah Minggu. Gereja dan Sekolah Minggu hanya membantu melengkapi didikan dari orang tua.
Orang tua harus dapat membawa dan membimbing anak mengenal Allah dan menjadikan Yesus sebagai Juruselamatnya. Dalam membesarkan anak-anak mereka, orang tua hendaknya jangan menunjukkan sikap pilih kasih, harus memberi dorongan dan juga teguran, hanya menghukum perbuatan salah yang dilakukan dengan sengaja, dan mengabdikan kehidupan mereka dalam kasih kepada anak-anak mereka, dengan hati yang penuh belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika kita mendidik atau menegur anak kita:
(1) Janganlah bangkitkan amarah dalam hati anakanakmu. Walaupun Allah telah memberimu kuasa, kamu tidak boleh menyalahgunakan kuasa itu, mengingat bahwa anak-anakmu adalah, secara khusus, bagian dari dirimu sendiri, dan oleh karena itu harus diatur dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Jangan tidak sabar terhadap mereka, jangan menggunakan kekerasan yang tidak sepantasnya, dan jangan memberikan perintah yang kaku kepada mereka.
Ketika kamu memperingatkan mereka, ketika kamu menasihati mereka, ketika kamu memarahi mereka, lakukanlah dengan cara yang tidak membangkitkan amarah di dalam hati mereka. Dalam semua perkara seperti itu, hadapilah mereka dengan 1 hati-hati dan bijaksana, ketika berusaha mengatasi pertimbanganpertimbangan mereka dan memengaruhi akal budi mereka.
(2) Didiklah mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Didiklah dalam disiplin dengan perbaikan yang sepantasnya dan disertai belas kasihan. Dan didiklah dalam pengetahuan tentang tugas yang Allah wajibkan bagi mereka, dan yang dengannya mereka dapat lebih mengenal Dia. Berikanlah pendidikan yang baik kepada mereka.
Kewajiban besar para orang tua adalah berhati-hati dalam mendidik anak-anak mereka. Bukan hanya membesarkan mereka, seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak berakal budi, dengan memenuhi kebutuhan mereka, melainkan membesarkan mereka dalam ajaran dan nasihat, dengan cara yang sesuai untuk mereka yang berakal budi. Bahkan, bukan hanya membesarkan mereka sebagai manusia dalam ajaran dan nasihat, melainkan sebagai orang-orang Kristen, dalam nasihat Tuhan. Berikanlah kepada mereka pendidikan keagamaan. Ajarilah mereka supaya takut melakukan dosa, dan beritahulah mereka tentang seluruh kewajiban mereka terhadap Allah dan buatlah mereka bersemangat tentang hal itu.
(3) Jadilah orang tua yang bijaksana yang penuh dengan Roh Kudus. Rasul Paulus selanjutnya menjelaskan bagaimana kehidupan orang percaya harus sangat berhati-hati. Dia memerintahkan jemaat di Efesus untuk dipenuhi dengan Roh Kudus, dan ia menunjukkan kepada mereka hasil dari pemenuhan tersebut di dalam berbagai hubungan hidup yang praktis.
Tidak ada orang percaya dalam Kristus yang diperintahkan untuk didiami Roh. Hal itu sudah merupakan suatu hal yang pasti yang tetap (Yoh. 14:16-17). Seorang percaya juga tidak diperintahkan untuk dibaptis dengan Roh. Jadi terdapat tanggung jawab pribadi; ada beberapa syarat yang harus dipenuhi kalau kita ingin mengalami kuasa Roh dalam hidup kita.
Dengan memperhatikan hal di atas, maka ketika anak melakukan kesalalahan maka berikut langkah-langkah yang harus kita lakukan:
• Tegurlah anak dengan tegas bila ia melakukan kesalahan. Ingatkan buah hati, bahwa setiap kesalahan yang dibuat selalu ada konsekuensi yang harus ditanggung.
• Bila tetap melanggar, berikan sanksi. Katakan bahwa sanksi diberikan karena sang buah hati telah mengulangi kesalahan yang sama. Mintalah ia merenungkan apa yang menjadi kesalahannya.
• Ajak untuk menaikkan doa pertobatan. Selain memberikan sanksi, anak sedini mungkin diajar untuk berdoa minta ampun kepada Tuhan pada saat ia melakukan kesalahan. Tuntun anak agar ia tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan mau hidup benar di hadapan Tuhan.
• Berikan pelukan kasih. Setiap kali telah mendisiplinkan anak, akhiri selalu dengan sebuah pelukan kasih. Buat ia mengerti, bahwa ayah-ibunya melakukan itu bukan karena jahat, tetapi justru karena mereka mengasihi dirinya, dan mau ia hidup benar di hadapan Tuhan.
Cinta kasih orang tua kepada anak memang bisa saja diwujudkan dengan mengoreksi kesalahan si anak dan memperbaiki kelakuannya. Hanya masalahnya, jangan sampai kita melakukannya dengan cara yang kasar, yaitu menjengkelkan hati mereka dengan hardikan pedih dan tindakan-tindakan kasar, yang mana mudah berakibat mereka kehilangan kepercayaan kepada orang tua, sehingga mereka memberontak, atau dapat menimbulkan sakit hati pada anak.
Kalaupun harus marah, orang tua perlu menjelaskan dengan bijaksana alasannya, dan dengan penjelasan itu, orang tua dapat sekaligus mengoreksi kesalahan si anak. Jangan gengsi pula untuk meminta maaf karena telah marah kepada mereka. Permintaan maaf yang tulus dapat menghapus kemungkinan sakit hati yang nantinya berujung pada tawar hati. Oleh karena itu, didiklah anak dalam kasih Allah. Tuhan Yesus memberkati.