Apakah Anda tahu, bahwa Allah juga merindukan Anda untuk dapat menyediakan waktu berkomunikasi dengan-Nya?
Sebagai pengikut Kristus, sering kali kita diperhadapkan pada keadaan yang membosankan, perjalanan kehidupan yang tak kunjung habis. Hal ini sering menimbulkan perasaan ragu, tak menentu, bahkan bisa menyebabkan patah semangat yang berkepanjangan. Ada yang mengatakan, bahwa masa-masa sulit yang panjang merupakan masa pencobaan, ujian, dsb. Tuhan kita adalah Allah yang penuh kasih, yang sangat memperhatikan kita satu-persatu, tanpa jeda, dan akan memberi semangat apabila kita ingat kepada-Nya, bahwa Dia adalah satu-satunya yang memberi pengharapan dan yang pasti menggenapinya/bisa diandalkan.
Tetapi, tidak semua individu bisa selalu ingat akan Dia. Sering kali kita bertanya-tanya, apa yang harus kita perbuat di masa-masa sulit yang panjang ini? Tentunya dalam hal ini, kita ingat bahwa Tuhan menghajar kita (Ibr. 12: 5-6) dan mendisiplin kita (Ams. 3: 11-12), supaya kita menjadi lebih baik.
Dalam 2 Taw. 15:7, kita diminta untuk menguatkan hati kita dan tidak kendor semangatnya. Bertahan berarti sabar menjalani hidup. Saat kekuatan melemah, kenyataan tak sesuai harapan, cobaan melanda hidup kita, kesuksesan belum tiba, kebenaran diragukan ….. bertahanlah!
Dalam beratnya tekanan, jangan pernah berkata, “Aku sudah tidak kuat! Aku menyerah! Mengapa Tuhan tak menolongku?” Jangan merasa ditinggalkan Tuhan, berprasangka buruk terhadap-Nya! Tetaplah percaya, bahwa Tuhan selalu ada bagi kita, Tuhan selalu siap dan sanggup menolong kita! Kita akan tahu indahnya mendekat pada Tuhan dalam doa dan harapan.
Banyak orang Kristen, yang kadang sulit memahami kebenaran ini, bahkan menyangkalnya, karena mereka tidak percaya bahwa Tuhan yang Mahakasih bertanggung jawab atas ketidaknyamanan yang panjang, melelahkan, dan membosankan ini.
Tetapi kesaksian Firman Allah jelas, bahwa kita perlu mengenali tangan Allah dalam semua perjalanan panjang kita, termasuk penderitaan yang kita alami, dan tak menganggap enteng pendisiplinan-Nya. Jangan sampai terjadi patah semangat, putus asa, dsb.
Allah memperbolehkan kita mengalami perjalanan/penderitaan panjang bukan karena murka, tapi karena kasih-Nya, dan selalu memberikan pengharapan, seperti yang tertulis dalam Yes. 40:31, kita melihat perlunya “menanti-nantikan Tuhan.”
Di sini, “menanti-nantikan Tuhan“ bukanlah sekadar mengingat kemudian tak berbuat apa-apa, melainkan kita melakukan kegiatan/ aktivitas yang memberikan nilai positif pada keintiman kita dengan Tuhan, dan melakukan sesuatu yang berkenan kepada-Nya, selama kita menjalani perjalanan panjang yang tidak mengenakkan.
Seperti kita semua ketahui dan alami, dalam waktu setahun belakangan ini, pandemi Covid-19 merupakan suatu perjalanan panjang yang tidak mengenakkan, tak menentu, penuh keraguan, karena kita semua sama-sama baru pertama kali mengalaminya. Yang kita tahu pasti adalah, penyakit ini berbahaya dan mematikan, sehingga timbul rasa takut, cemas, dsb. Hal ini berlangsung cukup lama serta berdampak luas pada berbagai sektor kehidupan. Kembali ke Yes. 40:31, kita mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh kasih, yang selalu memperhatikan kita, memberikan harapan kepada kita, dan memberikan kita semangat, agar tidak menjadi lelah lesu dalam menjalani pengalaman pandemi yang panjang. Tuhan berharap, kita tidak menjadi patah semangat, dan tetap berada di jalan-Nya.
Untuk itu pulalah, kita diingatkan untuk tidak hanya ingat dan diam/pasif, melainkan bersemangat dan aktif untuk memperkuat keintiman kita dengan-Nya, dan melakukan sesuatu yang menyenangkan-Nya.
Ada banyak cara untuk melakukannya, antara lain:
-Menyediakan lebih banyak waktu bersama-Nya, seperti berdoa, membaca Firman (bersaat teduh) secara lebih teratur dan lebih sering (Mzm. 62:9)
-Lebih sering bersekutu dan melayani (secara online).
Apakah Anda pernah merasa begitu tertarik dan berhasrat untuk menemui seseorang untuk bersekutu bersama-sama dengan dia? Apakah Anda tahu, bahwa Allah juga merindukan Anda untuk dapat menyediakan waktu berkomunikasi dengan-Nya? Tuhan Yesus berkata, bahwa Bapa menanggapi para penyembah yang benar, yang menyembah Dia dalam roh dan kebenaran, dan mencari orangorang seperti itu untuk menjadi penyembah-Nya (Yoh. 4:23).
Jelas sekali, bahwa Allah mau kita mencari waktu di antara rutinitas harian kita, untuk menemukan saatsaat dan tempat yang tenang, untuk membiarkan Dia berbicara kepada kita melalui firman-Nya, dan kita berbicara kepada-Nya melalui doa. Kita juga menyembah-Nya dengan bersyukur dan memuji Dia untuk diri-Nya, dan apa yang Ia kerjakan bagi kita.
Mengapa kita tidak biasa mengadakan kencan khusus dengan Tuhan setiap hari? Ambillah beberapa kesempatan khusus untuk menjumpai Dia, saat di mana kita dapat memiliki persatuan yang tenang dengan Dia, saat yang akan membuat aktivitas dan relasi Anda sepanjang hari itu menjadi berbeda. Kita dapat berpikir lebih baik ketika kita makan dari firman Tuhan kita. Kita hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah.
Pandemi yang berkepanjangan ini membatasi pergerakan kita keluar dari tempat tinggal kita. Hal ini justru memungkinkan kita untuk bersaat teduh (berdoa dan membaca firman) lebih kerap, teratur, dan lebih khusyuk, yang menambah keintiman kita dengan Tuhan.
Ingatlah pentingnya memiliki waktu teduh selama masa penantian panjang, agar kita diberikan semangat, pengharapan, dan tidak mudah putus asa atau menjadi lemah, atau dengan kata lain, berlari tanpa menjadi lesu