(1 Petrus 4 : 7-11)
Apa yang terlintas di pikiran kita tentang doa? Seringkali kita mengaitkannya dengan perbincangan dengan Allah disertai dengan emosi kita. Doa berisikan tentang permintaan dan harapan, akan tetapi di dalam Alkitab, pengertian doa jauh lebih kompleks dari yang kita bayangkan. Doa merupakan keluhkesah, teriakan hati, sorak-sorai, pujian, penyembahan, ratapan kepada Allah. Simon Petrus adalah murid Yesus yang pertama menjadi pengikut Kristus, dalam kitab Yohanes, Simon berjumpa dengan Yesus dan memberikan nama Petrus yang berarti batu karang.
Dalam injil Matius dan Markus, perjumpaan Yesus ketika Simon, Andreas, serta Zebedeus, ayahnya sedang menjala ikan di danau. Terakhir, dalam Injil Lukas, setelah Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus, Yesus bertemu Petrus yang sedang menyebar jala tetapi belum mendapat ikan. Yesus menyuruhnya menebar jala di sisi lain danau, awalnya ia ragu, tetapi ia kemudian tersungkur dan menjadi murid-Nya karena ia mendapati jalanya penuh dengan ikan hingga koyak. Petrus mengikut Yesus bukan sebagai orang yang sungguh-sungguh baik, saleh, dan taat.
Ia sering dipenuhi kebimbangan, seperti dalam malam perjamuan terakhir Yesus, dan bahkan mengkhianati Yesus sebelum ayam berkokok tiga kali. Setiap dari kita pasti pernah jatuh atau melakukan dosa, tetapi ia selalu ingin bangkit untuk mengikut Yesus. Kedua, iman Petrus berkaitan dengan pengharapannya kepada Allah. Ketika ia berjumpa dengan seorang yang lumpuh, ia menyembuhkannya sehingga ia bisa berjalan kembali dalam nama Yesus, maka iman percaya Petrus patut diteladani. Ketika Yesus naik ke Sorga, maka Petrus tetap melanjutkan pengabaran Injil di seluruh dunia.
Dalam 1 Petrus 4, Petrus memberi kekuatan kepada orang-orang pendatang. Beriman kepada Tuhan sangat diperlukan Yang pertama, hidup berpengharapan adalah hidup seturut kehendak Allah. Kita dapat mengetahuinya dengan menjalin hubungan yang intim dengan Allah dengan iman. Kedua, kemampuan untuk menguasai diri, yaitu kesanggupan dalam berdoa.
Apakah Tuhan menjadi fokus dalam doa? Saat ini, kita melakukan ibadah online, tetapi apakah pikiran kita ramai dan sibuk akan proses editing-nya atau melakukan aktivitas lain dengan alasan multitasking, misalnya. Apakah hati dan pikiran kita sudah tertuju pada Allah untuk bertemu dan berbicara dengan-Nya? Adanya pelayanan nyata berarti doa bukan hanya sekadar rangkaian kalimat melainkan disertai dengan respon dan tindakan dalam hidup. Kita mengatakan bahwa kita melayani Tuhan tetapi masih dipenuhi egoisme, malah memuliakan diri kita sendiri.
Yang terakhir, di dalam setiap doa yang dipanjatkan harus disertai dengan komitmen. Keseriusan dalam pelayanan diperlukan, contohnya, ketika diharuskan bekerja sama dalam tim pada suatu pelayanan. Jika kita diterpa badai yang kencang, kita masih tetap berdiri tegak dalam pelayanan.