Di suatu pagi yang mendung di sebuah kota kecil di Irlandia, Denis bersama ayah, ibu, dan adiknya sedang bersiap untuk pergi ke gereja, karena hari itu adalah hari Natal.
“Denis, ...” tanya Ibu, “kamu sudah siap-siap, belum?”
Lalu Denis menjawab ibunya dengan suara yang pelan, “Sudah, Bu!”
Ibu pun bertanya, ”Kamu kenapa, Den?”
Denis berbohong pada ibunya “Aku sedang tidak enak badan, Bu. Tubuhku terasa lemas!”
Ibu pun tidak bisa berbuat apa-apa. Lalu Ibu, Ayah, dan Adik pun pergi ke gereja. Denis sebenarnya sehat. Setelah mereka pergi, ia langsung pergi ke kamarnya dan menelepon temannya untuk mengajak bermain. Namun tidak ada satu pun temannya yang mengangkat telepon. Teman baiknya pun tidak.
Dalam hati Denis berpikir, ”Apa mereka semua pergi ke gereja, ya?” Walau begitu, Denis tetap bermain game sendirian. Jam menunjukkan pukul 9 pagi, sudah satu jam sejak keberangkatan ibu ayah dan adiknya. Denis masih bermain di depan komputernya.
Tiba-tiba terdengar suara ketokan di pintu, “Tok, tok, tok, tok!” Denis yang sedang asyik bermain tidak menghiraukannya, dan terus bermain. Lalu terdengar lagi suara ketokan. Namun, tetap saja Denis tidak menghiraukannya. Bunyi ketokan pintu itu pun makin keras, keras, dan keras! Denis yang mulai terasa terganggu pun keluar dari kamarnya dan membuka pintu. Tidak nampak seorang pun.
Hanya ada secarik kertas bertulis, “Hai Denis, kudengar kamu sedang sakit, jadi aku datang untuk menemuimu!” Awalnya Denis mengira itu hanya orang jahil, tetapi bagaimana orang itu bisa tahu ia sedang sakit? Dengan bingung, Denis pun kembali masuk ke kamarnya, melanjutkan bermain game.
Di tengah permainan, tiba-tiba muncul tulisan di layar yang membuatnya kaget, “Hai Denis, apakah kamu tahu hari ini kita merayakan apa? Ya, benar sekali! Natal!” Denis ingin menekan tombol skip, namun entah mengapa, tombol itu tidak dapat ditekan.
Ia pun terpaksa membaca tulisan tersebut, “Pada hari Natal, anak anak dan keluarga berkumpul dan pergi ke gereja bersama, merayakan kelahiran Tuhan Yesus ke dunia untuk menyelamatkan kita. Tuhan Yesus telah datang untuk menyelamatkan kita dari dosa: dosa membunuh, mencuri, dan berbohong!”
Denis merasa bersalah ketika membaca kata “berbohong” pada tulisan tersebut. Ia merasa dirinya telah menyia-nyiakan waktunya untuk bermain game. Tulisan itu pun menghilang, tetapi ia masih penasaran, siapa yang meletakkan kertas tersebut di depan rumahnya? Saat sedang merenungi kesalahannya, tiba-tiba terdengar ketokan di pintu lagi. Denis pun segera pergi membukanya. Ketika dibuka, ia sangat kaget, karena di depan rumah ada sesosok mungil, seukuran jari telunjuk orang dewasa. Sosok itu pun langsung berlari masuk ke dalam rumah Denis. Denis segera berlari mengejar, tetapi terlambat, sosok itu telah menghilang. Denis terduduk lelah di bangku ruang tamu.
Tanpa disadarinya, sosok itu sudah berada persis di sampingnya. Karena tubuhnya sangat kecil, Denis tidak dapat melihatnya. Lalu tiba-tiba sosok itu berseru, “Halo Denis, perkenalkan, aku Valkri!” Denis yang kaget langsung mencari sumber suara itu.
“Di bawah sini!” seru Valkri. Denis pun melihat ke bawah. Betapa kagetnya, ternyata Valkri adalah salah satu karakter di dalam game yang sedang ia mainkan.
”Bagaimana kau bisa berada di sini?” tanya Denis pada Valkri.
“Aku diutus ke sini oleh seseorang untuk melihat kamu, karena katanya kamu sedang sakit. Tetapi dari tadi kulihat, kamu sehat sehat saja!“
Denis pun berkata jujur kepada Valkri, “Iya, sebenarnya aku hanya malas untuk pergi ke gereja, jadi aku berbohong pada ibuku!”
Lalu sahut Valkri, “Kenapa kamu malas ke gereja? Hari ini adalah hari Natal! Seluruh keluarga di berbagai belahan dunia berkumpul di gereja untuk merayakan kelahiran Tuhan!”
“Iya, aku merasa bersalah telah melakukan hal ini, dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi!” ujar Denis.
Dalam hati, ia sangat ketakutan, karena karakter Valkri di dalam game terkenal sebagai sosok pembunuh terkuat. Tiba-tiba terdengar suara ibunya. Denis pun segera berlari dan membukakan pintu baginya. Ia ingin menunjukan sosok Valkri pada ibunya. Namun, sosok itu sudah lebih dahulu menghilang. Denis pun meminta maaf karena sudah berbohong. Ibu pun menasihati dan memaafkannya. Setelah kejadian tersebut, Denis jadi lebih bersemangat untuk pergi ke gereja. Sementara sosok Valkri masih menjadi misteri, entah nyata atau hanya imajinasi Denis.