Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tesalonika 5:18).
Ayat tentang mengucap syukur ini tidaklah asing di telinga kita. Jika situasi sedang baik atau dengan kata lain hampir semua hal berjalan sesuai dengan rencana kita, tentulah ayat ini dengan mudah kita aminkan. Namun, jika situasi sedang susah bahkan sangat menyakitkan menurut kita, mungkin ayat ini kita baca sambil menghela nafas panjang. Mungkin kita bersuara lirih dalam hati sambil bertanya pada Tuhan apakah kita masih harus mengucap syukur padaMu? Sedangkan situasi buruk sedang kita hadapi. Sungguh tidak mudah mengaplikasikan ayat ini dalam kehidupan kita. Apalagi bila harus mengajarkan kepada anak-anak kita mengucap syukur dalam situasi yang tidak baik.
Di kelas Sekolah Minggu dibuka ruang kesaksian untuk anak-anak. Ketika guru Sekolah Minggu bertanya apa yang anak-anak alami bersama Tuhan yang membuat mereka bersyukur kadang membuat saya terdiam sejenak. Ada yang berkata mereka mengucap syukur karena dapat bangun dan pergi ke Sekolah Minggu, memiliki papa mama yang mengasihi, ada juga yang berkata mereka bersyukur dapat bernafas hingga kini, Tuhan Yesus menyelamatkan mereka, dan banyak lagi jawaban-jawaban lainnya. Bahkan ruang kesaksian harus ditutup karena tidak cukup waktu untuk menampung jawaban mereka, sehingga harus dilanjutkan minggu depan. Sejak kecil anak-anak belajar menghitung berkat Tuhan yang tidak terhingga. Anak-anak kecil hampir dalam keadaan apapun melihat hal-hal positif yang ada padanya. Lirik lagu persembahan yang sering dinyanyikan di kelas Sekolah Minggu mereka aminkan. Di dalam keadaan susah ataupun senang beri syukur berterima kasih pada Tuhan karena kasih Yesus sudah jadi milik kita.
“B’ri syukur, b’ri syukur, b’rilah syukur, b’ri syukur, susah ataupun senang b’ri syukur panjatkan doamu sepenuh hatimu kasihNya Yesus jadi milik-Mu”
Mari bersama-sama kita terus belajar untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Lihat dan rasakan apa yang Tuhan sudah berikan. Bukan pada apa yang Tuhan belum berikan pada kita. Percayalah Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Bahkan kita memiliki Sang Empunya segala hal yaitu Tuhan Yesus. Itu lebih dari cukup. Sikap mengucap syukur bukan hal yang natural yang ada pada kita. Mengucap syukur adalah suatu proses latihan yang terus-menerus harus ada dalam kehidupan orang Kristen. Rasul Paulus di Filipi 4:11-12 pun mengatakan bahwa ia terus belajar untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan.
Waktu hidup kita sehari-hari penuh dengan ucapan syukur maka hal itu terpancar melalui perkataan, pikiran, dan perbuatan kita yang dapat dilihat oleh anak-anak kita. Kita menjadi Alkitab yang terbuka yang dilihat anak-anak, sehingga mereka pun belajar untuk mengucap syukur kepada Allah sejak mereka kecil.