Pada hari Senin, 26 Agustus 2024, dilaksanakan kebaktian peneguhan Pdt. Pramudya Hidayat sebagai pendeta jemaat dengan basis pelayanan di GKI Gading Serpong, setelah sebelumnya melayani di GKI Kuningan sejak September 2012. Sebagai persiapan untuk penugasan ini, pria yang dilahirkan di Bandung pada tanggal 9 November 1982 ini sudah pindah ke Gading Serpong sejak bulan Juli 2024, bersama istrinya, Ine Noviana, dan kedua anaknya, Firela Kim Sastraatmadja dan Febert Kai Sastraatmadja, yang kini bersekolah di SDK Penabur Gading Serpong.
Menjelang pk. 18.00, lantai 6 SMAK Penabur Gading Serpong, Jl. Kelapa Gading Barat, Pakulonan Barat, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, telah dipadati para tamu dan petugas, baik di luar maupun di dalam ruangan aula yang akan dipakai untuk ibadah. Terlihat para pendeta telah berbaris rapi di samping pintu belakang, dan para penatua ikut menyambut para tamu dan jemaat yang menuliskan namanya di buku tamu. Disediakan pula kotak persembahan kasih di meja penyambutan.
Tepat pk. 18.00, Pnt. Pitaya Rahmadi mengucapkan salam kepada para pendeta, rombongan dari GKI Kuningan, para tamu undangan, dan jemaat yang hadir, serta mengingatkan agar suara telepon genggam dapat dimatikan, agar tidak mengganggu jalannya ibadah.
Kantoria gabungan GKI Gading Serpong, diiringi Kuntjoro Hertanto, Novita Engelin, dan adik Hosea Keenan Maranatha Tampubolon yang bertugas sebagai pemusik, memandu jemaat menyanyikan KK 542, “Tuntun Aku Tuhan Allah”, mengiringi prosesi masuk para penatua dan pendeta, dilanjutkan KK 534, “Tersembunyi Ujung Jalan”.
Setelah Pdt. Cordelia Gunawan, ketua umum Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW) GKI Sinode Wilayah Jawa Barat, menyampaikan votum dan salam, diputarkan video tentang berkat dan penyertaan Tuhan. Digambarkan pergumulan GKI Kuningan untuk membeli elevator yang harganya mahal, tetapi tetap ditempuh, karena ada kebutuhan agar jemaat yang sudah mengalami kesulitan berjalan dapat beribadah di ruang ibadah yang terletak di lantai 2. Nyatanya, elevator dapat terpasang dan dananya tercukupi, walaupun dalam prosesnya majelis jemaat berulang kali mengalami ketidakpastian. Kita perlu maklum, siapa pun pernah berbuat salah, tetapi kita dapat belajar dari kesalahan-kesalahan itu. Pengalaman lain adalah ketika gedung GKI Singdanglaut di Karang Sembung harus direnovasi, karena kayu-kayu plafonnya sudah lapuk dan bocor berkepanjangan, sehingga dapat runtuh kapan saja. Kebutuhan dana begitu besar, sedangkan kondisi keuangan begitu terbatas. Renovasi pun tetap dijalankan, dengan keyakinan, Tuhan pasti mencukupi. Nyatanya, renovasi berhasil dituntaskan, tanpa kekurangan dana. Ketidakpastian tidak boleh direspons dengan menyerah. Banyak hal tak kita pahami, tetapi tangan Tuhan yang pegang. Kadang kala yang terjadi tidak sesuai dengan rancangan kita, tetapi yang pasti, Kristus, Sang Sahabat menemani.
Jemaat kemudian bersama-sama menyanyikan lagu PKJ 241, “Tak Kutahu ‘kan Hari Esok”. Di akhir lagu, Pdt. Pramudya dan keluarganya naik ke panggung. Pdt. Cordelia memimpin doa epiklese. Bacaan Alkitab diambil dari Yesaya 41:8-10, yang dibacakan secara bergantian oleh Pdt. Pramudya, Ibu Ine, dan kemudian diucapkan bersama-sama oleh Firela dan Febert.
Pdt. Cordelia kemudian turun dari mimbar, dan duduk bersama Pdt. Pramudya, sementara Ibu Ine dan kedua anaknya turun dari panggung. Tidak seperti biasanya, kali ini khotbah disampaikan dengan gaya wawancara, sehingga terasa lebih santai, bahkan sesekali diselingi tawa canda. Ketika ditanyakan, mengapa memilih tema “Kepastian dalam Ketidakpastian” yang bernuansa galau, Pdt. Pramudya menjawab, karena ketika menjalankan pelayanan, dirasakan hidup adalah anugerah demi anugerah, yang dialami dalam ketidakpastian. Pdt. Cordelia lalu meminta contoh yang lebih konkret. Pdt. Pramudya lalu menceritakan perjuangannya ketika hendak menyatakan cintanya kepada Ibu Ine, harus berganti-ganti moda transportasi dari Cirebon hingga ke Lampung, tanpa ada kepastian bahwa cintanya akan diterima. Ketika memulai pelayanannya di GKI Kuningan, dalam kondisi belum mengenal jemaat, Pdt. Pramudya mesti mengurus gereja yang harus direlokasi, karena adanya demonstrasi penolakan dari masyarakat sekitar. Namun, Tuhan mengutus orang yang mau menuntun dan menemani, sehingga tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Demikian pula ketika sudah menyatakan diri menerima penugasan baru di GKI Gading Serpong, Tuhan menyediakan rekan-rekan sekerja yang sudah dikenalnya, seperti Pdt. Danny Purnama yang berasal dari Cirebon, dan Pdt. Santoni Ong, yang merupakan mentornya saat kuliah di Universitas Kristen Duta Wacana, dan yang dahulu memimpin kebaktian penahbisannya sebagai pendeta.
Sewaktu ditanya, mengapa memilih Yesaya 41:8-10 sebagai firman yang mendasari ibadah hari ini, Pdt. Pramudya menjawab, itu karena ia memandang dirinya bagaikan Israel yang lemah, ketika menghadapi Babel yang lebih besar dan kuat. Ini berkenaan dengan kelemahannya yang agak sulit memandang jauh ke depan. Pdt. Cordelia lalu menyampaikan keunikan yang didapatinya ketika mempersiapkan khotbah. Dalam Alkitab TB2, judul perikop ini adalah “TUHAN Menolong si Ulat Israel”. Israel yang dimaksud adalah individu Yakub, si penipu. Di tengah ketidakpastian, ada penyertaan Tuhan yang memberikan “keberhasilan”. Jadi, keberhasilan itu bukan karena kehebatan individu Yakub, melainkan karena Tuhan yang menyertai. Hamba Tuhan maupun jemaat perlu mengingat, untuk tidak melekatkan suatu keberhasilan pada seorang individu, melainkan pada Tuhan, yang memungkinkan terjadinya keberhasilan itu.
Maka, ketika kita harus move on ke pelayanan baru, kita harus mengingat, jika Tuhan menyertai kita, si ulat yang tak berdaya, Tuhan pun dapat menyertai ulat yang baru, yang akan menggantikan kita. Jika kita tidak mau move on, sama saja kita tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk merasakan penyertaan Tuhan. Pdt. Cordelia lalu menanyakan, apa yang paling ditakuti ketika harus bergabung dengan GKI Gading Serpong? Pdt. Pramudya kemudian menjawab, rasanya ia tidak sanggup memenuhi tuntutan yang diberikan, merasa kurang pintar. Pdt. Cordelia juga mengingatkan GKI Kuningan agar tidak takut, agar kita semua selalu meyakini penyertaan Tuhan. Pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya. Ketika ulat lama pergi, ulat yang baru sudah datang untuk menggantikan. Begitu Pdt. Pramudya pergi, sudah langsung ada pendeta lain yang menggantikan. Di tengah segala perubahan, satu hal yang pasti, Tuhan, Sang Kepala Gereja, selalu menolong, selalu menyertai seluruh Gereja Kristen Indonesia!
Di saat hening, PS Gabungan GKI Kuningan maju, mempersembahkan pujian “Bagi Dia” (“Unto Him” & “The Lord Bless You and Keep You”) dan “Persaudaraan yang Rukun” (Mazmur 133), dilanjutkan pengakuan iman rasuli oleh seluruh jemaat, dipimpin Pnt. Tanti Buniarti.
Pdt. Cordelia kemudian membacakan pengantar peneguhan pendeta, dilanjutkan doa syukur dan pernyataan kesediaan jemaat untuk mendukung Pdt. Pramudya Hidayat, dan nyanyian jemaat yang menaikkan KK 592, “Langit Menceritakan”, disusul pernyataan kesediaan Pdt. Pramudya Hidayat untuk penugasan yang baru, dan diakhiri lagu NKB 184, “Engkau Milikku Abadi”. Di akhir lagu, para pendeta pun maju ke atas panggung. Pdt. Cordelia kemudian melayankan peneguhan. Umat pun bangkit berdiri, dan menyanyikan “Doksologi”. Pdt. Pramudya membacakan pernyataan tekadnya. Jemaat diundang untuk kembali bangkit berdiri dan menyatakan dukungannya. Para pendeta kembali ke kursi masing-masing, dan Pdt. Cordelia memberikan nasihat kepada Pdt. Pramudya yang baru saja diteguhkan.
Pdt. Suhud Setyowardono, sekretaris umum BPMS GKI, menyerahkan piagam peneguhan pendeta, dilanjutkan persembahan pujian oleh PS Ekklesia GKI Gading Serpong, yang menyanyikan lagu “Grace Alone” (“Anugerah-Nya”), dan Pdt. Pramudya Hidayat memimpin doa syafaat. Pnt. Janne Idris membacakan pengantar persembahan, dan jemaat pun mengumpulkan persembahan dengan iringan lagu KK 423, “Kuheran Allah Mau Memberi”. Setelah lagu pengutusan KK 533, “Tenanglah Kini Hatiku”, keenam pendeta GKI Gading Serpong, bersama Pdt. Cordelia Gunawan bersama-sama mengangkat tangan, memberikan berkat. Ibadah peneguhan pun selesai.
Finy Patricia kemudian memimpin acara selanjutnya, yaitu sambutan dan foto bersama. Pnt. Alfian D. Setyono, selaku ketua umum Majelis Jemaat GKI Gading Serpong, mengucapkan syukur atas berkat dan tuntunan Tuhan, sehingga dalam usianya yang ke-20, GKI Gading Serpong diberi kesempatan untuk membangun rumah-Nya. Bergabungnya Pdt. Pramudya Hidayat akan memperkuat kualitas dan kuantitas pelayanan GKI Gading Serpong, dan kiranya terjalin kerja sama yang baik dengan para pendeta yang sudah ada, karena tidak lama lagi, GKI Gading Serpong akan mengantarkan Pdt. Andreas Loanka dan Pdt. Santoni Ong memasuki masa emeritasi. Pnt. Alfian mengakhiri sambutannya dengan pantun, “Gereja sehat, satukan pendapat. Persaudaraan rukun, berbuah berkat. Selamat datang para tamu dan jemaat, turut mendoakan Pdt. Pramudya Hidayat.” Selesai membacakan sambutannya, Pnt. Alfian menyematkan salib pada Pdt. Pramudya.
Pnt. I Bagus Made Andalant Christ Bujangga, ketua umum Majelis Jemaat GKI Kuningan, memberikan selamat kepada Pdt. Pramudya dalam sambutannya, dan mendoakannya dapat memberikan pelayanan terbaik di GKI Gading Serpong, juga berterima kasih atas pelayanannya di GKI Kuningan. Pnt. Chris juga mengucapkan terima kasih untuk layanan GKI Gading Serpong kepada rombongan GKI Kuningan selama kunjungannya hari ini. Semoga tali silaturahmi antara GKI Kuningan dengan Pdt. Pramudya Hidayat dan keluarganya secara pribadi, serta GKI Gading Serpong dapat terus terjalin. Supaya sama dengan Pnt. Alfian, untuk mengakhiri sambutannya, Pnt. Chris juga mengucapkan pantun, “Buah nanas, buah ceri, dicampur gula enak sekali. Cukup sekian pertemuan kali ini, semoga bisa bertemu lagi di kemudian hari.”
Pdt. Suhud Setyowardono, selaku sekretaris umum Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, memberi perumpamaan tentang beras basmati yang enak dan kualitasnya maksimal jika ditanam di tempat tertentu, tetapi jika ditanam di tempat lain, rasanya jadi berbeda, walaupun masih tetap gurih dan wangi. Di Indonesia pun ada beras pandan wangi, yang wangi dan pulen jika ditanam di Cianjur. Semoga “beras Pramudya” yang pulen dan wangi ketika ditanam di GKI Kuningan juga tetap demikian ketika ditanam di GKI Gading Serpong, yang tanahnya subur. Tidak mau kalah, Pdt. Suhud kemudian juga mengucapkan pantunnya secara spontan, “Pohon alpukat banyak ulat dan kepompong. Pohon durian banyak buahnya. Selamat untuk Pdt. Pramudya Hidayat dan GKI Gading Serpong. Teruslah menabur pekerjaan Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya.”
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama dengan para kader calon pendeta, mahasiswa teologi, dan tenaga pelayanan gerejawi; persekutuan istri/suami pendeta; dan seluruh pendeta yang hadir, termasuk yang sudah emeritus. Setelah doa makan yang dipimpin oleh Pdt. Santoni Ong, jemaat diminta bangkit berdiri untuk prosesi keluar para pendeta, meninggalkan ruang ibadah, untuk memasuki ruang yang telah dipersiapkan untuk menikmati jamuan makan malam. Bagi jemaat yang hadir pun disediakan konsumsi, termasuk untuk rombongan GKI Kuningan yang akan langsung kembali ke Kuningan malam itu juga.