Allah adalah Gunung Batuku
Teks: Tjhia Yen Nie
Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, Tuhan itu benteng hidupku. Pada siapakah ‘ku kan gentar? (Mazmur 27:1)
Alunan Mazmur 27 ini begitu menghangatkan, karena saat saya mendengarkan lagu ini, sang penyanyi baru saja berpulang ke rumah Bapa, setelah berjuang melawan virus COVID-19. Patriciana Novida, kakak dari teman kelompok kecil saya, seseorang yang tidak saya kenal, namun alunan suaranya membuat saya membaca Mazmur ini berulang-ulang.
Siapa yang tak gentar menghadapi pandemi yang sedang kita hadapi? Satu per satu sahabat dan kerabat dikabarkan sakit, bahkan beberapa kembali ke pangkuan Bapa. Beberapa kawan dikabarkan terdampak secara ekonomi, menghadapi kelesuan bisnis, sampai pemutusan hubungan kerja. Betapa tidak keadaan ini membuat kita semua gentar?
Namun alunan Mazmur ini mengatakan, “Walau tentara mengepungku, tidak akan takutlah hatiku. Walau berperang melawanku, sungguh percayaku tetap!”
Siapa saja dapat terkena virus Covid-19, orang percaya maupun tidak percaya. Mereka yang mengasihi Tuhan, maupun mereka yang tidak percaya Tuhan. Namun kita bisa melihat bahwa iman kepada Sang Pencipta, membuat kita memiliki kekuatan untuk menghalau kegentaran apa pun, termasuk jika ternyata kita pun harus kembali kepada Bapa, seperti penyanyi yang melantunkan Mazmur ini. Dan iman itu laksana secercah cahaya yang tidak akan padam, walaupun tubuh adalah fana.
Dalam Filipi 1: 21-22a dikatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” Ada yang sakit, kemudian meninggal dunia. Ada yang sakit, kemudian menjadi sembuh. Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, janganlah gentar, karena Allah adalah gunung batu kita. Namun seperti yang dikatakan Paulus, jika kita hidup di dalam dunia ini, berarti kita harus berbuah. Kita dituntut untuk bertanggung jawab atas napas hidup yang sudah Tuhan beri. Dan ternyata jika kita harus mati, itu pun bukan hal yang merugikan, karena ternyata mati bagi anak-anak Tuhan adalah sebuah keuntungan.
Dalam Mazmur 18:2, Daud berseru: “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!”
Marilah kita berlindung hanya pada Dia, Sang Gunung Batu. Tetap setia, walau yang terburuk di mata manusia pun terjadi dalam hidup kita. Jangan gentar. Seperti alunan Mazmur 27 yang menegaskan, “Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, Tuhan itu benteng hidupku. Pada siapakah ‘ku kan gentar?
Sinar Cahaya
Oleh: Merry Srifatmadewi
Satu per satu pulang tanpa izin
Tak ada kata perpisahan
Tanpa sanak saudara mengiringi
Semua terdiam dalam bekunya batin
Terbaring dalam sepi
Sendiri senyap dalam galau
Denting bel maut menunggu
Saatnya hampir tiba
Sirene meraung-raung
Entah siapa yang dibawa
Cahaya terang menerangi
Mengulurkan tangan-Nya
Melepaskan derita di bumi
Tiada lagi sedih dan sakit
Untuk menyanyikan lagu pujian
Bersama para malak.
Rest in Peace, Anne Novida. Bernyanyilah bersama para malak Surgawi.