[ Penulis: Easter Patricia. Editor: Carlo Santoso ]
Foto: Pixabay
1 Tim 5:13
Lagi pula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malasan dan bukan hanya bermalas-malasan saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal tidak pantas.
“Eh…. Hati-hati loh dengan Angel, anaknya itu di sekolah sering cari muka sama guru. Pasti tuh nurun dari mamanya….Gayanya suka pelayanan di gereja, kegiatan sana sini, kelakuan melenceng jauh dari sikap orang Kristen!” atau “Eh denger-denger si Sari itu kalau ngomong tukang bohong loh, hati-hati jangan terlalu dekat!” Teman-teman pasti pernah mendengar kutipan-kutipan pembicaraan di atas atau masih banyak seribu satu macam lagi perkataan-perkataan yang bukan hanya tidak membawa berkat tetapi juga mematikan karakter orang yang digunjingkan.
Lebih jauh kita berbicara tentang gosip, apakah gosip itu? Gosip adalah selentingan berita yang tersebar luas yang berisi berita negatif dan kebenarannya diragukan. "Secara tidak disadari, bergosip adalah suatu kegiatan yang mampu membangun ikatan sosial. Bahkan ikatan sosial yang terbangun akan jauh lebih kuat dibangun melalui membagi hal melalui gossip dibanding ketika orang-orang membagi hal-hal yang positif" ungkap Begue, seperti dikutip Net Doctor UK, Senin (17/3/2014).
Menurut seorang psikologi social asal Perancis, Laurent Begue, bergosip bagaikan 'guilty pleasure' bagi banyak orang. Sebenarnya mengapa orang bisa sampai bergosip? Yang pertama adalah adanya rasa cemburu dan kedua adalah rasa rendah diri, rasa tidak suka dengan kemajuan orang lain, tidak punya pekerjaan lain selain mempergunjingkan kehidupan orang lain dan sebagainya.
Saya tidak memungkiri kadang-kadang baik secara sadar atau tidak, saya juga bisa terbawa ikut bergosip. Bagaimana pandangan Alkitab tentang gosip? Di dalam Amsal 13:3 di ingatkan bahwa “Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa lebar bibirnya, akan ditimpa kebinasaan”. Dalam Amsal 12:18 pun di katakan: “Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan”. Perlu kita tahu bahwa kata-kata bisa sangat menyakitkan, jika anda ingat akan pepatah lidah itu kecil tetapi bisa membakar hutan mungkin seperti itulah perkataan yang tidak bisa di rem. Tetapi lidah orang bijak akan seperti berkat bagi banyak orang.
Ketika kita bergosip kita secara langsung akan men-judge orang lain melalui perkataan kita, padahal di dalam Matius 7:1-2 sudah jelas dikatakan bahwa jangan kita menghakimi supaya kita jangan dihakimi dalam ukuran yang kita pakai untuk menghakimi orang lain itu.
Bagaimana cara kita menghindari diri dari bergosip? Ketika kita mendengar gosip bahwa si A, si B begini dan begitu ada baiknya kita menyimpan berita yang belum tentu benar itu untuk diri sendiri dan bukannya malah semakin menyebar luaskannya, perlu kita ingat dalam Amsal 10-12 bahwa “kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran” dan 1 Petrus 4:8 dan dalam 1 Tes 4:11 pun di katakan supaya dari pada mengurusi urusan orang lain lebih baik kita mengurusi urusan kita sendiri. Untuk apa menceritakan kejelekan orang lain; selain tidak membawa berkat, kata-kata itu bisa menjadi boomerang untuk diri sendiri, bukankah dari pada menjelekkan orang lain lebih baik kita menceritakan kebaikan orang itu?
Bagaimana jika kita yang menjadi sasaran gosip? Yang pertama adalah jangan marah karena kemarahan akan menjadi pintu masuk rupa-rupa perbuatan iblis, supaya kita jangan cepat tersinggung (Pengkotbah 7:9) dan menyadari bahwa setiap manusia pasti pernah melakukan hal serupa (Pengkotbah 7:21-22) dan yang kedua adalah tetap bersabar dan biarlah perbuatan baik yang berbicara (1 Pet 2:12) dan memaafkan orang yang menggosip itu adalah wujud nyata dari kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Sebagai seorang manusia yang kerap berbuat dosa kita perlu menyadari kita telah diampuni Tuhan oleh karena itulah kita juga harus mengampuni sesama kita yang pernah menyakiti kita dengan menjaga hubungan baik dengan mereka.
Dari pada berkumpul untuk bergosip ada baiknya kita berkumpul untuk bersekutu dengan Tuhan, melakukan yang positif untuk meningkatkan hubungan dengan Tuhan dan berperisaikan kasih kita menjadi terang untuk sesama dan bukannya menjadi batu sandungan.
Doa: Tuhan ajar kami untuk mengendalikan lidah dan memelihara firmanMu, biarlah apa yang kami katakana bisa membangun orang lain bukannya menghancurkan orang itu.