[ Penulis: Oh Yen Nie. Editor: Tjhia Yen Nie ]
Cindy Lou Who bertanya ke mana Natal di dalam film How the Grinch Stole Christmas, sebuah film yang diangkat dari buku karangan Dr. Seuss, penulis cerita anak-anak yang terkenal. Cindy bersedih karena Natal di desa Whoville diinterupsi oleh Grinch. Grinch membenci Natal sehingga ia mencuri semua hadiah Natal. Namun ternyata Natal tetap dirayakan oleh penduduk Whoville walau tanpa hadiah. Sebuah cerita yang menarik untuk ditonton dengan keluarga yang kabarnya akan dibuat lagi filmnya di tahun 2017 nanti.
Where are You, Christmas? Sebuah pertanyaan yang perlu kita tanyakan juga kepada kita masing-masing menjelang perayaan Natal, karena setiap Natal bisa terjadi banyak interupsi. Ada banyak Grinch versi lain yang mencuri Natal yang sesungguhnya, yang mengalihkan perhatian dan antisipasi kita dalam menyambut kedatangan Kristus.
Ada banyak asesori lain muncul seputar tradisi Natal yang tidak ada hubungannya dengan kelahiran Kristus, yang adalah inti utama perayaan Natal. Ada sinterklas yang kostumnya selalu menjadi tren di masa Natal, topinya, warna merah putih yang sontak menjadi warna yang mewarnai mall dan dekorasi Natal. Apa hubungannya kelahiran Kristus dengan sinterklas?
Ada banyak lagi tradisi dan kemeriahan lainnya seputar Natal sekarang ini. Ada Rudolph kijang berhidung merah, ada pohon Natal dengan hiasan-hiasan khusus, ada hadiah-hadiah yang memeriahkan Natal, ada kartu-kartu Natal yang dikirimkan satu sama lain, ada juga makanan-makanan khusus yang muncul seputar perayaan Natal. Perhatikan lagu-lagu Natal yang berkumandang selama bulan Desember, berapa banyak yang menceritakan kelahiran Kristus?
Satu hal yang indah dalam masa-masa tertentu ketika keluarga memiliki tradisi yang dipelihara untuk merayakan momen-momen penting. Keluarga berkumpul untuk mengenang, membicarakan dan merayakan hari-hari istimewa dengan kebiasaan-kebiasaan khusus. Tradisi dan kebiasaan ini perlu dipelihara untuk membangun ikatan keluarga, termasuk merayakan Natal.
Namun, ketika kita merayakan Natal, terutama dengan keluarga, apa yang sesungguhnya kita rayakan? Where are You, Christmas? Sulit sekali fokus kepada inti dari Natal, ketika seluruh dunia merayakan Natal tetapi tidak dengan fokus yang sama. Kita bisa bersukacita dalam tradisi Natal ini, tetapi dibutuhkan intensi untuk tidak kehilangan inti perayaan Natal yang sesungguhnya.
John Piper dalam renungan advent Prepare the Way, menuliskan salah satu cara kita merayakan Natal adalah dengan membangun antisipasi, kerinduan dan kegairahan yang berpusat pada Tuhan, bukan kepada hal-hal yang bersifat materi. Renungkan, pikirkan, bangun imajinasi akan keindahan, keajaiban, kedahsyatan kedatangan Kristus, Sang Raja ke dalam dunia menjadi manusia. Gunakan bagian-bagian dalam Alkitab untuk menjadi perenungan, dan bacaan pribadi serta keluarga. Kita perlu waspada ketika seluruh dunia menyorakkan Natal, kita tidak bersorak sama dengan mereka.
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Paulus menuliskan dalam Fil 2:5-8, sebuah nasihat untuk menjadi panduan kita merayakan Natal. Miliki pikiran dan perasaan Kristus yang merendahkan diriNya, Dialah yang kita rayakan, hayati apa yang Ia lakukan di hari Natal ini. Hayati dan pikirkan kasih, anugerah dan pengorbanan Kristus selama merayakan Natal. Kiranya kita siap dan tepat merayakan Natal dan tidak lagi menerawang dan bertanya, Where are You, Christmas?
Foto: pixabay