Doa yang terbaik di mata Tuhan bukanlah sekedar kata-kata. Keindahan doa itu terletak jauh di kedalaman hati kita.
Dan salah satu doa terindah itu justru keluar dari mulut salah seorang penyamun, yang juga turut disalibkan di hari yang naas itu. Mengingat reputasinya yang buruk, mungkin itulah doa yang pertama kali diucapkannya kepada Tuhan, dan sekaligus yang terakhir kali selama hidupnya di dunia ini! Permintaan penyamun itu kepada Tuhan sangat sederhana, ia berkata, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Mengapa permohonan ini menjadi begitu bermakna? Sebab permohonan ini ditujukan kepada Yesus, yang juga tampak “tak berdaya” tergantung di atas kayu salib! Biasanya seseorang akan meminta pertolongan dan menggantungkan harapannya kepada sosok yang lebih kuat dan lebih hebat.
Namun penyamun ini berbeda. Ia justru meminta pertolongan kepada Yesus yang tersalib, yang nasibnya kurang lebih sama dengan dirinya! Dan ia tahu, bahwa semua orang pada saat itu sedang mengolok-olok Yesus. Mereka berseru, supaya Dia membuktikan bahwa diriNya adalah Tuhan yang penuh kuasa. Tuhan yang mampu menyelamatkan diri-Nya turun dari atas kayu salib! Namun apa yang terjadi? Yesus tetap membiarkan diri-Nya terpaku di sana. Ia tampak lemah, penuh derita, dihujani dengan segala hujatan dan caci maki! Sehingga, dilihat dari kaca mata manusia, mana mungkin Ia yang tak berdaya, layak diandalkan sebagai penyelamat? Namun penyamun itu berbeda. Ia dapat melihat kekuatan kuasa Allah dan cahaya kebenaran Allah di balik salib Yesus itu! Itulah titik balik, sekaligus iman yang hebat dari sang penyamun yang tersalib itu. Iman yang melebihi iman murid-murid Yesus, yang hanya melihat salib Yesus sebagai tragedi dan akhir dari segalanya, lalu larut dalam duka, kecewa, takut, gentar dan putus asa. Andai saja kita yang hadir di hari penyaliban itu, menyaksikan Yesus yang dibantai tanpa perlawanan yang berarti, mungkinkah masih ada ruang di hati kita untuk percaya dan mengandalkanNya? Namun penyamun itu berbeda. Walau sedemikian ringkihnya keadaan Yesus yang tersalib, toh penyamun itu tetap meminta dengan penuh iman: “Yesus, ingatlah akan aku,..” Mudah bagi kita di masa kini untuk mengimani Yesus yang tersalib, mengandalkan kuasa dan pertolonganNya, karena kita sudah mengetahui perjalanan kisah-Nya. Bahwa pada akhirnya, Yesus bangkit dan menang!
Tetapi bagaimana bisa mengimani Dia yang remuk, terluka dan berdarahdarah pada waktu itu? Bagaimana bisa mengimani Dia sebagai Raja dan Juruselamat, sedangkan Ia sendiri terkulai sekarat di salib yang kasar itu? Namun penyamun itu berbeda. Imannya adalah iman dalam terang salib dan kebangkitan! Maka dari itu, ia memohon kepada Yesus, “ingatlah akan aku, ‘nanti’ apabila Engkau datang sebagai Raja.” Dan ternyata, Tuhan Yesus memberi lebih dari apa yang kita minta dan pikirkan. Maka, bukan “nanti,” tetapi “hari ini juga” engkau di Firdaus. Bukan hanya “diingat” tetapi “bersama” Tuhan, disertai selamalamanya. Itulah anugerah Tuhan yang begitu indah bagi kita yang berdosa. Sehingga kita pun sebenarnya memerlukan doa yang indah itu: “Yesus, ingatlah akan aku,..”