Terkadang kita dapat memasuki gereja dan terkesan semua orang baik-baik saja. Namun, banyak yang tidak. Di balik senyum cemerlang dan dengungan percakapan, mereka sedang bergumul dengan sesuatu yang berat. Ini adalah salah satu konsekuensi dari kejatuhan. Sejak itu, kita semua memiliki tubuh yang tidak benar-benar bekerja sebagaimana seharusnya, hati yang tersesat, dan pikiran yang rusak dalam satu cara atau lainnya. Sejak kejatuhan, kita semua telah mengalami hal-hal yang menyakitkan dan harus hidup dengan mewarisi rasa sakit itu.
Bagi sebagian orang, kesulitan itu relatif dapat diatasi. Sedikit stres, sesekali khawatir, sedikit rasa sakit—bukan sesuatu yang membutuhkan diagnosis medis atau dukungan pastoral terus-menerus. Namun, bagi sebagian yang lain, rasa sakit dari kehidupan terasa mendalam. Mereka menghadapi akibat jangka panjang dari kejatuhan itu karena penyakit yang serius atau konsekuensi yang melekat dari rasa sakit akibat relasi yang mendalam. Bagi sebagian saudara dan saudari kita dalam Kristus, hidup dapat didominasi oleh pergumulan batin: peperangan dalam pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan bahkan suara-suara yang membingungkan, menyeret, dan mendorong mereka kepada keputusasaan.
Saat kita mengarahkan pikiran kita kepada jemaat di mana kita menjadi bagiannya, mungkin kita dapat memikirkan orang-orang yang saat ini sedang bergumul—orang-orang yang telah menceritakan rasa sakitnya kepada kita, dan mungkin, meminta pertolongan kita. Mungkin, dengan kesedihan kita dapat mengingat mereka yang biasanya datang, tetapi telah menjauh—orang-orang yang coba kita dampingi, tetapi tidak bertahan. Tidak diragukan lagi, akan ada orang-orang yang kesulitannya tidak kita ketahui. Pertempuran dengan kesehatan mental sering kali disimpan jauh di dalam hati.
Tiga paragraf di atas merupakan penggalan buku Mental Health and Your Church: Memahami dan Merespons dengan Hikmat Alkitabiah, yang ditulis oleh Helen Thorne & Dr. Steve Midgley. Buku tersebut merupakan salah satu terbitan terbaru dari penerbit buku rohani Literatur Perkantas Nasional, yang berbicara mengenai bagaimana gereja dapat menyambut mereka yang tengah mengalami masalah kesehatan mental (mental disorder). Buku ini hadir sebagai jawaban atas kerinduan banyak hati yang peduli dan menanyakan, di manakah peran, atau bahkan, adakah peran kita sebagai gereja dalam menyambut mereka yang tengah mengalami masalah kesehatan mental? Buku ini mengajak para pembacanya untuk larut menyelami hal-hal mendasar terkait kesehatan mental, sehingga orang awam pun dapat dengan mudah memahaminya. Buku ini tepat dibaca oleh siapa pun yang peduli dengan kesehatan mental dengan segala pergumulannya, terutama yang terjadi di lingkup gereja. Judul artikel ini pun merujuk pada salah satu kesimpulan yang didapat dari pembacaan buku ini, yaitu “Sambutlah!” Dengan hati dan sikap yang menyambut, kita akan menyerupai Kristus yang senantiasa dengan sukacita dan tangan terbuka menyambut siapa pun itu, tanpa menjadikan kondisi dan pergumulannya sebagai penghalang.
Buku bacaan dengan tebal 230 halaman ini menolong kita sebagai pembaca untuk memahami apa itu penyakit mental, mengembangkan pemahaman alkitabiah tentang penyakit mental, dan pengobatan penyakit mental. Buku ini ditutup dengan pemahaman mengenai panggilan kita akan masalah kesehatan mental yang terjadi di sekitar kita, dengan juga memperhatikan praktiknya. Buku ini menggarisbawahi bahwa kita bergumul bersama-sama!
*Penulis adalah customer support Literatur Perkantas Nasional tahun 2018-2025.