Serangkaian pengajaran disampaikan Yesus ketika Ia sedang berada di Yerusalem dalam rangka perayaan Hari Raya Pondok Daun (Yoh. 7:14 - 8:40). Dalam beberapa kali pertemuan, Yesus menyampaikan pengajaran-Nya. Yesus juga menyatakan tentang siapakah diri-Nya.
Yohanes mencatat, secara khusus dan diulangi adalah penjelasan Yesus tentang relasi-Nya dengan Allah yang adalah Bapa, dan kesatuan Ia dengan Bapa. Kesaksian ini yang menjadi pemicu kemarahan orang-orang Farisi dan para pemimpin agama Yahudi terhadap Yesus.
Berkaitan dengan pernyataan Yesus tentang relasi antara Yesus dan Bapa, ada dua dari tujuh pernyataan Yesus dalam Injil Yohanes 10 ini yang akan kita bahas, yaitu:
• Akulah pintu (10:7, 9)
• Akulah gembala yang baik (10:11, 14)
Pernyataan Yesus ini berkaitan dengan peristiwa sebelumnya, yaitu ketika ada seorang yang buta sejak lahir disembuhkan oleh Yesus. Si Buta memberikan kesaksian akan kuasa Allah yang ada pada Yesus untuk mencelikkan matanya, sedang orang-orang Yahudi dan orang-orang Farisi menolak, bahkan mengancam, siapa pun yang mengakui Yesus sebagai Mesias akan dikucilkan.
Di akhir narasi, Yesus menanggapi respons baik si Buta maupun orangorang yang tidak buta dengan ucapan yang tegas dan lugas, “Kata Yesus:’Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.’ Katakata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: ‘Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?’ Jawab Yesus kepada mereka: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.” (Yoh 9:39-41).
Respons orang-orang Yahudi dan para pemuka agama terhadap Yesus bertolak belakang dengan si Buta. Hal ini juga berdampak pada relasi Yesus kepada mereka. Yesus melanjutkan dengan kalimat yang sungguh-sungguh dan pasti: “Aku” – pernyataan sebagai pribadi yang berkuasa dan berdaulat atas apa yang akan Ia lakukan. Pertama-tama Yesus dengan sebuah perumpamaan menceriterakan tentang perbedaan antara pencuri, perampok, dan gembala domba. Perampok memasuki kandang tanpa melalui pintu. Domba-domba tidak akan mengenal suaranya, karena bagi domba-domba, suara itu asing. Sedangkan gembala akan melalui pintu, dan ketika ia memanggil, dombadomba segera mengenali suaranya dan meresponi dengan baik.
Yesus menyatakan diri: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya (versi bahasa Inggris: ‘Truly, truly, I say to you...’ atau ‘Verily, verily...’ atau dalam bahasa Yunani: ‘Amen, Amen...’) Akulah pintu ke domba-domba itu dan diulang kembali: “Akulah pintu” – pernyataan ini menunjukkan, bahwa AKU-lah – Ego Eimi – nama yang Allah pernah perkenalkan kepada Musa (Kel. 3:14) – “I am who I am” – Aku adalah Aku. Dengan demikian Yesus menegaskan bahwa diri-Nya adalah Anak Allah yang akan membawa masuk ke kandang domba. Setiap domba yang keluar dan masuk melalui Dia akan mendapatkan kelimpahan. Sedangkan pencuri dan perampok masuk ke kandang domba untuk mencuri dan membunuh.
Pernyataan kedua yang menyambung pernyataan “Akulah Pintu” adalah “Akulah gembala yang baik,” yang diulang dua kali (ay. 11, 14). Ucapan Yesus ini diwujudkan dengan apa yang akan segera dilakukan oleh-Nya. Yesus membedakan antara seorang gembala yang baik dan seorang upahan yang bukan pemilik. Sebagai gembala yang baik, hidup-Nya dipertaruhkan:
• Memberikan nyawa-Nya kepada domba-domba, yaitu umat yang sudah Allah pilih sejak memanggil Abraham, Ishak, dan Yakub untuk menjadi umat pilihan-Nya. Namun ternyata tidak semua domba mau mendengarkan suara-Nya.
• Menuntun domba-domba lain (di luar umat Israel) yang mau mendengarkan suara-Nya dan yang akan dipersatukan menjadi satu kawanan di bawah satu gembala.
Yesus memastikan dan menjamin kesungguh-sungguhan dan kekuasaan yang ada pada-Nya untuk menjadi gembala yang baik bagi kawanan domba yang mau mendengarkan suaraNya. Perhatikanlah apa yang dikatakanNya tentang diri-Nya, sehingga status diri sebagai gembala yang baik tidak perlu diragukan:
• Hubungan Allah Bapa dengan Yesus dipastikan: bahwa Bapa mengasihi Dia.
• Status, otoritas, dan kuasa Yesus yang hanya ada pada diri-Nya dan bukan karena pekerjaan manusia. Gembala yang baik itu akan dibunuh oleh para perampok dan pencuri, namun itu adalah karena Ia memberikan nyawaNya. Ia punya kuasa memberikan dan mengambil-Nya. Segala yang Ia akan lakukan bagi domba-domba adalah tugas dari Bapa. Bapa berkenan dan mempercayakan kepada Yesus tugas menjadi pintu dan gembala bagi domba-domba, yaitu umat-Nya yang mau percaya dan mengimani Yesus adalah berasal dari Allah dan Tuhan, seperti iman seorang buta (cermati Yoh. 9:27-38).
Penulisan Yohanes tentang AKULAH – I AM – EGO EIMI yang begitu memberi kepastian kepada siapa pun yang mau menerima, percaya, serta mengakui bahwa Yesus adalah pintu, di mana domba-domba masuk melalui Dia dan keluar untuk mendapatkan padang rumput, maka ia akan selamat dan mendapatkan segala kelimpahan. Kelimpahan yang dimaksud adalah berkat – berkat yang berkenaan dengan keselamatan, yaitu hidup yang kekal, yang hanya diberikan oleh Yesus bagi mereka yang masuk kepada hidup melalui diri-Nya. Untuk memberikan hidup kekal kepada domba-domba, Yesus memberikan nyawa-Nya terlebih dahulu sampai mati, lalu Ia bangkit, sehingga hidup kekal itu adalah suatu kepastian.
Dan selama perjalanan hidup dombadomba, Yesus akan menjadi gembala yang baik. Kalau nyawa-Nya saja diberikan, tentu berkat-berkat-Nya pun akan dicurahkan. Sebab Yesus bukanlah gembala yang “mati” melainkan gembala yang “hidup,” dan Ia akan senantiasa menyertai sampai selama-lamanya.
Bersyukur kepada Allah, yang telah memberikan tugas kepada Yesus, Anak-Nya untuk datang ke bumi ini menggenapkan rencana keselamatan yang sudah dijanjikan (baca Kej. 3:15), sampai diselesaikan mati di kayu salib (baca Yoh.19:30), dan bangkit serta naik ke surga (baca Yoh.20:17). Jaminan bahwa diri-Nya adalah pintu dan gembala yang baik adalah mulai sekarang, di bumi ini sampai nanti di masa yang kekal. Hendaknya kita maknai dan alami, dari hari ke sehari. Bukan hanya sebuah harapan tetapi fakta nyata yang membuat kita menjalani hidup dalam kelimpahan yang Bapa sediakan bagi kita. Kelimpahan karena memiliki relasi dekat, akrab dan mengenal suara Tuhan Yesus melalui firman setiap hari. Kelimpahan semakin mengenal Tuhan Yesus yang menggembalakan hidup kita. Kelimpahan karena kita tidak buta, tetapi melihat secara rohani kepada Yesus Tuhan, dalam kehadiran-Nya, penggembalaan-Nya, serta kemuliaanNya (seperti pengalaman orang buta – Yoh.9:38). Nikmatilah anugerah ini.