Sine cera adalah kata dalam bahasa Latin yang berarti “tanpa lilin.”
Dahulu kala, Romawi yang menang perang mewajibkan Yunani yang telah dikalahkannya, untuk memberikan upeti berupa patung-patung pahatan yang indah. Mengikuti nasihat buruk bawahannya, raja Yunani mengirimkan patung-patung cacat yang dipoles dan diperindah dengan menggunakan bahan lilin (cera). Karena perjalanan yang jauh dan sinar mentari yang terik, maka lilin-lilin pada patung-patung itu pun meleleh. Setibanya patung-patung tersebut di kota Roma, kepalsuan yang dilakukan raja Yunani pun tersingkap. Lilin-lilin itu adalah bukti kepalsuannya. Sejak saat itu kata “sine cera” (tanpa lilin) dipakai untuk menyatakan tanpa kepalsuan, tidak pura-pura, ketulusan. Dari kata Latin “sine cera” itulah berasal kata Spanyol “sin cera” dan kata Inggris “sincere” dan “sincerity.”
Sine cera dibutuhkan oleh dunia pada saat ini. Sudah terlalu banyaknya orang-orang yang munafik. Luarnya dipoles dengan bagus, tetapi di dalamnya busuk. Pura-pura baik, padahal motifnya jahat. Tidak sedikit pemimpin yang mempertontonkan kepalsuan. Berkata santun, tetapi berpikiran korupsi. Bermuka saleh, tetapi selalu berbuat salah. Masyarakat pada masa ini membutuhkan orang-orang yang sine cera, yaitu tanpa kepalsuan: tulus, jujur, transparan, berintegritas, dan berani membela kebenaran.
Tuhan Yesus mengingatkan umat akan bahaya kemunafikan (Mat 23:1-12), bahkan dengan berani Ia menghardik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi atas kemunafikan mereka, yang telah menyengsarakan umat Allah (Mat 23:13-37). Sampai delapan kali Ia berkata ”celakalah kamu” kepada para pemimpin agama dan pemimpin masyarakat Yahudi itu (Mat. 23:13, 14, 15, 16, 23, 25, 27, 29). Perkataan Tuhan Yesus yang begitu keras tentu saja menimbulkan kesakitan, kebencian, dan kemarahan di hati para pemimpin yang munafik tersebut, sehingga mereka selalu berusaha untuk menjatuhkan dan mencelakan-Nya. Namun segala resiko tersebut siap ditanggung-Nya demi menegakkan kebenaran dari Allah, dan mendatangkan damai sejahtera bagi manusia di dunia.
Sine cera adalah karakter hidup yang seharusnya melekat pada murid-murid Kristus. Tuhan Yesus menghendaki agar murid-murid-Nya hidup tanpa kepalsuan dan tidak munafik. Ia mengajar murid-murid-Nya supaya memiliki hidup yang tulus, jujur dan transparan. Ia berkata, ”Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8); ”Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat” (Mat 5:37). Kendati demikian, Tuhan Yesus memahami situasi dan kondisi dunia yang jahat ini, sehingga Ia berkata kepada murid-murid-Nya, ”Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat 10:16). Sine cera adalah suatu kata, tetapi mengandung banyak harapan.
Sine cera mengingatkan kita kepada ajaran-Nya untuk berani berkata ”ya” jika ya, dan berani berkata ”tidak” jika tidak. Sine cera mengingatkan kita untuk tidak memoles diri dengan kepalsuan, melainkan membentuk hidup dengan ketulusan, kejujuran, dan integritas yang tinggi. Sine cera mengingatkan kita untuk hidup jauh dari kemunafikan, melainkan berani hidup transparan dan berani menegakkan kebenaran. Kehidupan yang sine cera membawa harapan yang cerah bagi masyarakat, bangsa, dan dunia