Manusia bisa lemah, lelah, dan jatuh. Pada saat menjalani lika-liku kehidupan yang penuh tantangan, sakit-penyakit, kesulitan dan penderitaan, orang bisa mengalami kelelahan, merasa tiada berdaya, bahkan jatuh ke dalam keputus-asaan. Demikian pula, pada saat menjalani kehidupan yang lancar, sukses dan berkelimpahan, orang juga bisa menjadi lupa diri, lemah dan jatuh.
Kita lemah jika berjalan dan mengandalkan kekuatan sendiri. Tetapi ingatlah, bahwa tangan Tuhan selalu terbuka bagi kita. Firman Tuhan menyatakan, bahwa “orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru” (Yes. 40:31a).
I. JANJI BAGI ORANG YANG MENANTI-NANTIKAN TUHAN
Tuhan menuntun kita di jalan yang benar dan memberi kekuatan baru untuk menjalani kehidupan. Firman Tuhan memberikan suatu janji: “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (Yes. 40:29), dan “orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru” (Yes. 40:31a).
Pada saat merenungkan janji Tuhan, bahwa “Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru” (Yes. 40:31a), bisa muncul suatu pertanyaan: “Apa yang dimaksud menanti-nantikan Tuhan?”
“Menanti-nantikan Tuhan” mengekspresikan hati yang mengasihi, memercayai, dan mengharapkan-Nya, sama seperti sikap seorang hamba di Timur Tengah pada masa lalu terhadap tuannya yang baik dan penuh kasih. Ada rasa berterima kasih dan sayang kepada tuannya yang baik. Ia sungguh-sungguh percaya kepada sang Tuan. Apa yang dikatakan tuannya didengarkannya dengan baik, disimpan dalam hati, dan dilakukannya. Ia setia mengabdi dan melayani, serta selalu mengharapkan kedatangan sang Tuan. Sikap hati dan tindakan seperti itulah hendaknya kita terapkan di dalam menanti-nantikan Tuhan.
Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan adalah orang-orang yang memiliki iman, pengharapan, dan kasih kepada-Nya. Iman percaya kepada Tuhan membuat kita senantiasa datang kepadaNya dalam segala situasi dan kondisi. Ada kerendahan hati untuk menyadari kelemahan dan ketidakberdayaan dalam diri sendiri, serta kebutuhan akan pertolongan dari-Nya. Pengharapan membuat kita tetap sabar dalam penderitaan, setia dalam melakukan kehendakNya, dan tekun menantikan kedatangan-Nya. Kasih kepada Tuhan membuat kita selalu rindu bersekutu dengan Dia, yang sudah terlebih dulu mengasihi kita. Bersekutu dengan Tuhan melalui saat teduh, membaca firman, dan berdoa menjadi prioritas dalam hidup.
II. BERKAT BAGI ORANG YANG MENANTI-NANTIKAN TUHAN
Di dalam janji Tuhan itu ada tiga berkat yang dapat dialami umat yang menanti-nantikan-Nya. Firman Tuhan menyatakan: “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:31).
Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat berkat kekuatan baru, yang dinyatakan dengan tiga macam aktivitas, yaitu naik terbang, berlari, dan berjalan.
A. Mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya (Yes. 40:31b)
Naik terbang menunjukkan hati, pikiran, dan iman yang ditujukan ke atas, di mana Tuhan ada (Yes. 40:31; Kol. 3:1-2). Untuk dapat naik terbang bersama Tuhan, harus dimulai dengan percaya kepada Tuhan. Kita semua adalah orang berdosa (Rm. 3:23) dan upah dosa adalah maut (Rm. 6:23). Tetapi karena kasih karunia-Nya, Allah telah menyediakan keselamatan di dalam Anak Tunggal-Nya, yaitu Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 3:16a). Orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16b) dan hidup yang baru (Ef. 2:10; 2 Kor. 5:17).
Percaya kepada Tuhan harus dilanjutkan dengan memercayakan hidup kepada Tuhan, sehingga kita dapat terus-menerus diperbarui dan dikuatkan. Orang-orang percaya secara status telah mendapat hidup baru di dalam Kristus (Ef. 2:10; 2 Kor. 5:17), tetapi di dalam realita kehidupannya sedang menjalani proses pembaruan. Tuhan memperbarui hidup kita melalui pimpinan Roh Kudus, firman Tuhan, dan pengalaman hidup yang senang ataupun susah. Dengan mempercayakan hidup kepada Tuhan, berarti kita mau hidup di bawah pimpinan-Nya dan bersedia menjalani proses pembaruan (Rm. 12:1-2) serta mendapatkan kekuatan baru dari-Nya (Yes. 40:29).
Marilah kita belajar dari burung rajawali di dalam menjalani proses pembaruan. Daud mengatakan: “Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” (Mzm. 103:5). Ketika burung rajawali mencapai umur empat puluh tahun, kondisi fisiknya mulai menurun. Paruhnya semakin panjang dan bengkok sehingga burung itu mengalami kesulitan untuk mematuk. Bulubulunya semakin tebal sehingga menghambatnya untuk terbang. Kuku-kuku di kedua kakinya semakin panjang, bengkok dan tidak tajam lagi, sehingga tidak kuat untuk menyengkeram mangsa. Dalam fase ini ada dua pilihan bagi burung itu, yaitu: tetap bertahan dengan kondisi lama yang lemah dan menunggu kematian, atau bersedia menjalani pembaruan untuk mendapatkan kehidupan yang baru. Apabila pilihannya adalah pembaruan, maka burung itu membuat sarangnya di bukit batu yang tinggi, dan mematukmatukkan paruhnya di batu sampai terlepas. Dia berdiam di sarangnya untuk menunggu paruhnya tumbuh kembali. Setelah tumbuh dengan baik, maka burung rajawali tersebut menggunakan paruhnya untuk menyabuti kuku-kuku di kakinya. Setelah kuku-kukunya tumbuh kembali, burung itu mencabuti bulu-bulunya sampai habis, dan berdiam di sarangnya, menunggu bulu-bulunya bertumbuh dengan baik. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pembaruan itu sekitar lima sampai enam bulan. Setelah itu, burung rajawali menjadi “muda” kembali. Ia memiliki sayap yang kuat untuk terbang tinggi dan siap menjalani hidup barunya, hingga berumur tujuh puluh tahun.
Untuk mendapatkan kekuatan agar dapat naik terbang di dalam Tuhan, kita harus percaya kepada Tuhan dan memercayakan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Kita yang sudah menjadi ciptaan baru di dalam Kristus, masih terus-menerus diperbarui-Nya melalui pimpinan Roh Kudus, firman Tuhan, dan pengalaman hidup. Di dalam proses pembaruan itu, ada hal-hal di dalam diri kita yang harus kita relakan untuk dibuang dan digantikan dengan yang baru. Memang proses tersebut mendatangkan ketidaknyamanan dan kesakitan. Tapi hendaklah kita percaya, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Di dalam Tuhan, kita selalu mendapatkan kekuatan dan semangat yang baru. Orang-orang yang percaya dan memercayakan hidupnya kepada Tuhan “seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya” (Yes. 40:31b).
B. Mereka berlari dan tidak menjadi lesu (Yes. 40:31c).
Berlari menyatakan pergerakan maju dengan penuh sukacita dalam jalan Tuhan. Daud mengatakan, “Aku akan (berlari) mengikuti petunjuk perintah-perintahMu, sebab Engkau melapangkan hatiku” (Mzm. 119:32). Penulis Surat Ibrani mengatakan: “marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, (berlari) dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (Ibr. 12:1). Pada saat orangorang berlari dalam pimpinanNya, mereka tidak akan menjadi lesu, karena Tuhan yang akan memberikan terang, kasih, dan sukacita dalam perjalan hidup mereka.
Kita tidak saja dipanggil untuk percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi juga dipanggil untuk menjadi murid-Nya. Kita dipanggil untuk mengikuti Dia dan belajar dari-Nya. Dengan menjadi murid Kristus, kita diperlengkapi untuk dapat berlari dengan baik, sehingga mampu mengikuti perlombaan dan mencapai garis akhir dengan gemilang. Meskipun berlari, murid Kristus tidak menjadi lesu, karena mengalami persekutuan dengan Tuhan yang mengasihi dan dikasihinya.
C. Mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes. 40:31d).
Berjalan menyatakan hidup di dalam dan bersama-Nya. Dalam menjalani hidup Kristen, selain naik terbang dan berlari, kita juga perlu berjalan, yaitu berjalan di dalam dan bersama Tuhan.
Pada saat seseorang berjalan bersama dengan orang lain, maka mereka berdua akan berjalan dengan tujuan dan derap yang sama. Mereka akan berjalan dengan langkah yang sama, sehingga tidak ada yang tertinggal di belakang. Mereka akan saling berkomunikasi dan saling memerhatikan satu dengan yang lain. Demikian pula bila orang-orang percaya berjalan bersama dengan Tuhan, mereka akan berjalan menuruti tujuanNya, langkah-Nya, berkomunikasi dengan-Nya dan memperhatikanNya.
Alkitab menyatakan, bahwa Henokh adalah orang yang berjalan bersama Allah (Kej. 5:21-23). Berjalan bersama-Nya menyiratkan adanya pengenalan dan keakraban denganNya. Hal ini hanya dimungkinkan jika Henokh hidup selaras dengan kehendak Allah. Hendaklah kita meneladani iman Henokh serta kehidupannya yang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:5).
Berjalan bersama Tuhan tidak membuat kita menjadi lelah, sebaliknya kita akan senantiasa mendapatkan kekuatan baru dari-Nya. Di dalam Dia, kita mendapatkan kekuatan, sukacita, dan damai sejahtera. Dengan berjalan bersama Tuhan, kita akan semakin berakar di dalam Dia, dibangun di atas Dia, bertambah teguh dalam iman, dan memiliki hati yang bersyukur (Kol. 2:6-7).
Kita bisa mengalami kelemahan, kelelahan, dan kejatuhan bila berjalan dan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi firman Tuhan memberikan janji, bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru. Di dalamnya, ada tiga berkat yang dapat kita alami, yaitu: seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, berlari dan tidak menjadi lesu, berjalan dan tidak menjadi lelah.
Marilah kita menanti-nantikan Tuhan dengan iman, pengharapan dan kasih. Hendaklah kita sungguh-sungguh percaya dan memercayakan diri kepada-Nya. Tetap menaruh pengharapan kepada-Nya dalam segala situasi dan kondisi. Dengan hati yang mengasihi Tuhan, kita senantiasa bersekutu dan berjalan bersama dengan Dia, yang sudah terlebih dahulu mengasihi kita.