Kamis pagi, 21 Agustus 2025, Komisi Dewasa GKI Gading Serpong mengadakan persekutuan dewasa yang dihadiri 56 orang anggota jemaat dan simpatisan, terdiri dari 13 orang pengurus, 1 orang pembawa firman Tuhan, 2 orang staf sekretariat, dan 40 orang jemaat wanita.

Acara dimulai dengan pujian kepada Tuhan, dipimpin oleh Pnt. Imelda Tandhana, Lisia Chen dan Prapti Adriana Oktosari sebagai singer, Dewi Rohie sebagai pemain musik, Ika Julita Sari dan Fahryati sebagai penerima tamu, serta Natassa Natalia sebagai pelayan multimedia. Suryati Sumardi, Sylvia Sri Redjeki, dan Thiomina Siahaan melayani sebagai penanggung jawab acara lomba. Joy Febriani bertindak sebagai pembawa acara, dan Tiade Yunita sebagai penanggung jawab acara. Firman Tuhan dibawakan oleh Ratna Kartika.

Acara dimulai pada pukul 10.00–10.40, dilanjutkan dengan berbagai lomba pada pukul 10.45–11.50. Firman Tuhan diambil dari Efesus 6:8, “Kamu tahu bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.” Pembicara kemudian berseru, “Merdeka! Merdeka! Merdeka!” sambil mengajak jemaat wanita menyerukan kata “merdeka” dengan semangat 45. Kita semua adalah orang merdeka. Tidak hanya dalam konteks kenegaraan, kita pun telah merdeka dari dosa. Kita sudah dimerdekakan oleh Allah sendiri.

Dalam keseharian, orang-orang yang sudah merdeka ini harus terus mengerjakan kemerdekaannya. Kita sering mendengar slogan-slogan seperti “orang yang diberkati, memberkati”, “sebagai orang merdeka, harus memerdekakan orang lain juga”. Namun, kadang kita ini lebih banyak jarkoni (iso ujar, ora iso ngelakoni, artinya dapat berujar/mengajar/menasihati, tetapi tidak dapat melakukan/menerapkannya). Firman Tuhan mengatakan, “Kasihilah musuh-musuhmu” (Matius 5:44). Kita bisa mengajarkan kepada teman-teman untuk mengasihi musuh, tetapi apakah kita juga mengasihi musuh kita? Kita sering mengatakan, “Ini aku Tuhan, utuslah aku!” Namun, ketika diminta melayani, kita berkata, “Utus dia saja, Tuhan!” Ketika diminta mengampuni, kita berkata, “Ini aku Tuhan, yang mengampuni dia saja!” Firman Tuhan mengatakan, “… Jika iman itu tidak disertai perbuatan, iman itu pada hakikatnya mati” (Yakobus 2:17). Hendaknya kita tidak hanya pandai mengucapkan slogan-slogan tersebut, tetapi juga melakukannya. Kita pun harus melakukan firman Tuhan.

Dalam firman Tuhan yang kita baca tadi, dikatakan “… setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.” Konteksnya bukan menumpuk pahala supaya masuk surga. Kita sudah dimodali, sudah diberkati untuk menjadi berkat. Kita sudah dikasihi, sehingga dapat mengasihi. Kita sudah diampuni, sehingga dapat mengampuni. Sebelum melakukan perbuatan baik pun, surga itu telah disediakan bagi kita.

Firman Tuhan mengatakan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-perintah-Ku” (Yohanes 14:15). Jika kita mengasihi Tuhan, kita akan bersedia melakukan segala sesuatu bagi Tuhan. Konsekuensi ketaatan itu berat. Tuhan Yesus yang tanpa dosa, tanpa cacat, tanpa cela saja harus rela disalibkan, ditolak. Jika sungguh-sungguh mau mengikut Tuhan, kita akan bersedia melakukan firman-Nya, misalnya mengasihi musuh, bersedia meminta maaf, walaupun orang lain yang bersalah. Di atas kayu salib, Tuhan Yesus berkata, “Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka pebuat” (Lukas 23:34). Ucapan yang sama juga dilontarkan oleh Stefanus, orang benar itu, ketika dirajam. Ia bukan Tuhan Yesus, bukan Allah. Ia adalah seorang pengikut Allah.

Hendaklah kita tidak menjadi batu sandungan, tidak sekadar jarkoni. Kelak, di akhir hidup, seperti apakah orang lain mengenang diri kita? Akankah kita dikenang sebagai orang yang tidak konsisten dengan apa yang kita ucapkan? Akankah orang lain memuliakan Allah ketika mengenang diri kita? Menjadi hamba yang setia, yang tidak hanya pandai mengucapkan slogan, berarti menjadi hamba yang betul-betul mengikut Kristus. Berat, tetapi Roh Kudus senantiasa menyertai kita.

Pnt. Imelda Tandhana kemudian merangkum firman Tuhan tersebut. Hendaknya dalam kehidupan di dunia ini, kita tidak berhenti pada slogan saja, tetapi dapat melakukan pelayanan, mengasihi, mengampuni secara optimal. Bisa menjadi berkat bagi semua orang yang kita jumpai, terutama bagi keluarga. Kita dipanggil untuk menjadi saksi dan pekerja Kristus. Itu semua karena anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita.

Acara kemudian dilanjutkan dengan memberikan ucapan selamat ulang tahun untuk beberapa orang jemaat wanita, yaitu Juliani Lim, Syenita Liusman, dan Duma Glory Aritonang.

Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, dalam kesempatan ini juga diadakan berbagai lomba untuk menjalin kebersamaan, kekompakan, dan saling berbagi. Acara dikemas dengan sangat menarik. Jemaat wanita dibagi dalam beberapa kelompok permainan. Lomba pertama adalah menyusun kata. Ibu-ibu diminta menyusun kata dari kertas-kertas berisi potongan ayat Alkitab. Di layar ditayangkan ayat Alkitab tersebut secara utuh. Jemaat diberi waktu dua menit untuk menghafalkan ayat tersebut. Kemudian, setiap orang diberi waktu lima detik untuk mengurutkan kata-kata sesuai bunyi ayat yang dihafalkan, lalu dilanjutkan oleh orang berikutnya. Kelompok yang dapat mengurutkan paling banyak kata dengan benar menjadi pemenangnya.

 

Lomba Menyusun Kata (dok. Suryati Sumardi)

 

Lomba Serok Hadiah dengan Paper Cup (dok. Suryati Sumardi)

Lomba kedua adalah menyerok hadiah dengan paper cup. Para pengurus menebarkan berbagai hadiah seperti makanan ringan, jepit rambut, gantungan HP, dan gantungan kunci di meja. Para peserta diberi kesempatan menyerok hadiah-hadiah tersebut menggunakan paper cup.

Lomba ketiga adalah melempar balon. Jemaat melemparkan balon ke atas, sambil berjalan ke depan, untuk mengambil makanan dan aksesoris yang tersisa, dan dimasukkan ke dalam kardus yang disediakan di atas meja.

 

Lomba Lempar Balon  (dok. Suryati Sumardi)

 Picture1

 

 

 

 

 

 

 

Pemenang Best Costume (dok. Suryati Sumardi)

Kemudian, diadakan pemilihan jemaat berpenampilan terbaik (best costume). Ratna Kartika, Finy Patricia, Pnt. Nanik Handayani berperan sebagai jurinya. Pemenang pertamanya adalah Sarmawati, pemenang kedua adalah Mariani Lukito, dan pemenang ketiga adalah Elizabeth Tannos. Kriteria penilaiannya adalah kesesuaian, keserasian warna dan aksesori, serta pernak-pernik yang dikenakan. Para pemenang lalu diminta berjalan berlenggak-lenggok di hadapan seluruh peserta.

Seluruh acara berjalan dengan baik dan lancar, disertai riuh tawa yang lepas dan hati yang gembira. Jemaat pulang dengan penuh sukacita. Itu semua karena kasih anugerah Tuhan dan demi kemuliaan-Nya.

WhatsApp Image 2025 09 15 at 21.06.49 3

Foto Bersama Seluruh Jemaat yang Hadir (dok. Suryati Sumardi)

*Penulis adalah anggota GKI Gading Serpong.