Pada suatu hari, di suatu desa hiduplah seorang anak kecil bernama Sam Some, yang tinggal bersama neneknya yang sudah tua, di sebuah rumah yang sederhana. Dari kecil Sam sudah tertarik pada musik, tetapi karena neneknya tidak sanggup membelikan alat musik, maka Sam pun hanya dapat memainkan alat musik di rumah temannya yang bernama Ben.
Pada suatu hari, Ben bertanya kepada Sam:
Ben: “Apakah kamu tahu akan ada acara perpisahan kenaikan kelas minggu depan? Acara itu biasa diadakan untuk siswa kelas 6 yang akan naik ke SMP, Sam!”
Sam: “Iya aku tahu, lalu kenapa?”
Ben: “Coba daftarkan dirimu sebagai pemusik, Sam!”
Sam: “Hmm, tapi aku belum pernah mengisi acara seperti ini, dan juga aku tidak terlalu sering berlatih bermain musik, jadi aku agak ragu untuk mendaftarkan diriku.”
Ben: “Mengapa? Bukannya itu mimpimu sedari kecil?”
Sam: “Iya sih, nanti aku pikirkan lagi deh!”
Sesampainya di rumah, Sam membicarakan tentang acara perpisahan sekolahnya dengan neneknya. “Nek, sekolahku mengadakan acara perpisahan, dan aku berencana mendaftarkan diri di bagian musik, tetapi aku tidak terlalu yakin dengan kemampuanku saat ini.” Nenek pun menjawab Sam, “Coba dahulu daftarkan dirimu sebagai pemusik! Kalau kamu tidak mau mencoba, bagaimana kita tahu hasilnya seperti apa? Ayo makan, nenek sudah membuatkanmu sup ayam!”
Hari pun mulai malam, Sam masih berpikir-pikir dan bimbang dengan keputusan yang harus diambilnya, lalu ia teringat akan satu ayat dari Alkitab yang berbunyi “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur “(Filipi 4:6). Setelah membaca ayat ini, Sam pun menjadi yakin untuk mendaftarkan dirinya sebagai pemusik di acara perpisahan nanti. Keesokan harinya, Sam bangun dengan hati gembira dan bersemangat.
“Hai Sam! Apakah kamu jadi mendaftarkan diri sebagai pemusik?” sapa Ben. Sam pun menyahut, “Tentu saja!” Ben bingung, mengapa temannya yang kemarin terlihat seperti ragu kini terlihat sangat yakin dengan pilihannya sekarang.
Ketika Sam ingin mendaftarkan dirinya menjadi pemusik, ia melihat pianis sekolah yang bernama Jacob, yang sudah sering mengisi acara sekolah. Sam sempat kembali ragu untuk mendaftarkan diri menjadi pianis, karena takut kalah dari Jacob. Tetapi ia berkata pada dirinya sendiri “Sam, kamu harus berani!” Sam pun bergegas mendaftarkan dirinya.
Panitia: “Hai namamu siapa?” tanya panitia.
Sam: “Namaku Sam. Aku ingin mendaftar sebagai pianis.”
Panitia: “Oke Sam! Aku tulis ya, dan terima kasih telah mendaftar!”
Setelah jam sekolah berakhir, Sam berencana untuk berlatih musik di rumah Ben. Ketika sedang berjalan pulang, tiba-tiba ia mendapat telepon dari panitia sekolah, bahwa ia sudah ditunggu untuk berlatih di ruang musik. Sam pun langsung berbalik ke sekolah. Sesampainya di ruang musik, ia pun berkenalan dengan teman-teman lainnya dan mulai berlatih.
Tak terasa acara perpisahan sekolah sudah dekat. Sam dan grup musiknya pun sudah mulai menguasai lagu yang akan mereka bawakan. “Sam! Bagaimana persiapanmu untuk acara perpisahan besok?” tanya Ben. “Aman dong!” jawab Sam. “Wah, aku tidak sabar menunggu penampilanmu nanti!” sahut Ben.
Singkat cerita, acara perpisahan pun dimulai. Acara itu dibuka dengan kata sambutan dari kepala sekolah. Lalu tibalah saatnya Sam dan teman-temannya untuk tampil. Lagu yang dibawakan Sam dan teman-temannya berhasil membuat acara perpisahan sekolah menjadi sangat meriah. Setelah acara berakhir, murid-murid kelas 6 saling berpelukan dan berfoto bersama. Sam juga tidak lupa untuk berterima kasih pada guru-gurunya. The end.