“Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.”
1 Korintus 12: 27
Semut. Salah satu serangga yang paling terkenal di dunia. Kita sering melihat semut ketika mereka membawa sisa-sisa makanan yang berserakan. Maklum, hewan-hewan kecil ini tidak pernah melewatkan kesempatan mengambil makanan dari mana saja. Itulah mengapa semut sering disebut sebagai pembersih alam. Semut-semut mengeluarkan zat khusus bernama feromon untuk saling berkomunikasi dan berkoordinasi antar sesama semut. Mereka menerima informasi yang tersimpan dalam feromon dengan antena yang terletak di atas kepala mereka.
Semut bisa ditemukan di hampir seluruh penjuru bumi, baik di alam liar maupun di perkotaan, di lingkungan gersang maupun di lembah. Jumlah semut yang ada di bumi jauh lebih banyak daripada manusia. Sebagai perbandingan, untuk satu manusia terdapat dua setengah juta semut. Dengan jumlah manusia sekarang sebanyak delapan milyar, bisa dibayangkan betapa banyaknya semut di bumi sekarang.
Nah, yang menarik adalah bagaimana semut merawat dirinya, sehingga mereka dapat terus berkembang. Salah satu rahasianya adalah koloni semut. Semut yang terlihat berpergian ke sana-ke mari sebenarnya sedang sibuk merawat koloninya. Koloni semut adalah sebutan bagi kelompok komunitas semut yang hidup bersamaan dalam sebuah sarang.
Setiap semut yang menetas dalam sarang itu memiliki peran khusus dalam koloni. Ada semut pekerja yang bertugas mencari makanan bagi koloni, membangun sarang, dan merawat bayi semut yang baru menetas. Ada juga semut tentara yang melindungi sarang dari serangan musuh. Terakhir, ada sang ratu semut, yang bertelur setiap hari untuk menambah jumlah semut dalam koloni itu.
Jadi, semut-semut dalam koloni itu bekerja sesuai dengan perannya demi kesehatan dan keselamatan bersama. Koloni menjadi sangat terawat berkat peran setiap semut yang tinggal di dalamnya. Apa yang akan terjadi jika sekelompok semut memberontak melawan koloni? Koloni tersebut pasti akan hancur dan rusak. Koloni membutuhkan setiap individu semut, dan setiap individu semut membutuhkan koloni.
Manusia dalam komunitasnya juga mirip seperti semut. Koloni bagi manusia namanya komunitas. Jika sebuah komunitas kacau balau, itu tanda komunitas yang tidak baik. Rasul Paulus menyadari hal itu saat ia menulis surat pertama kepada jemaat di Korintus. Pada waktu itu, jemaat Korintus sedang terancam perpecahan karena perselisihan pendapat tentang karunia. Terdapat kesombongan dan rasa iri hati akan karunia-karunia tertentu yang dimiliki sesama jemaat. Tentu ini bukan yang diinginkan Tuhan bagi pengikut-Nya. Paulus menjelaskan, bahwa setiap orang diberikan karunia khusus oleh Roh untuk membantu sesama, dan Tuhan yang menentukan karunia yang sesuai bagi setiap orang (1Kor. 12:7, 11).
Kemudian Paulus membandingkan setiap jemaat Kristus sebagai anggota-anggota tubuh Kristus, dan kesatuan gereja ialah tubuh Kristus (1Kor. 12:12). Setiap anggota memiliki perannya masing-masing, dan satu anggota tidak bisa bekerja sendirian. Mata tidak bisa sekedar berkata kepada tangan, “Aku tidak butuh kamu!”, dan kepala tidak bisa berkata kepada kaki “Aku tidak butuh kamu!” Tidak ada anggota tubuh yang lebih penting dari yang lain (ayat 18). Hal ini bertujuan untuk menciptakan sebuah komunitas yang harmonis, yang peduli pada sesama.
Teman-teman, mirip ya komunitas manusia dengan cerita koloni semut di atas? Belajar dari koloni semut, kita semua juga bagian dari sebuah komunitas. Misalnya komunitas keluarga, teman, sekolah, gereja, dan seterusnya. Sadar atau tidak, setiap kita memiliki peran pelayanan masing-masing dalam komunitas kita. Ada yang melayani seperti semut pekerja, yang bekerja keras untuk memperbaiki lingkungan komunitas kita. Ada yang melayani seperti semut tentara, yang melindungi komunitas dari potensi bahaya. Ada juga yang seperti ratu semut, yang melayani dengan memberikan kesegaran baru bagi komunitas.
Mungkin ada yang berpikir bahwa satu peran pelayanan lebih penting daripada yang lain. Namun seperti bacaan Alkitab tadi, setiap pelayanan yang kita lakukan penting bagi komunitas. Kita tidak perlu minder atau merendahkan peran/pelayanan orang lain dalam komunitas. Sebaliknya, mari saling mendukung dan membantu yang lain demi tujuan yang baik, yakni sebuah komunitas yang memuliakan Tuhan. Selamat melayani di komunitas, teman-teman!