“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
(Yohanes 15:13)
Sebagai seorang penggemar hewan, aku sangat menyukai film-film yang menampilkan karakter hewan. Mereka memiliki ciri-ciri yang memperlihatkan naluri alami dan juga sedikit mencerminkan nilai kemanusiaan. Salah satunya adalah film klasik “The Fox and The Hound” keluaran Walt Disney Pictures.
Alkisah, ada sepasang sahabat yang tinggal di sebuah hutan di Amerika Serikat. Mereka adalah Tod dan Copper. Tod adalah seekor anak rubah yatim piatu, sementara Copper adalah seekor anak anjing. Setiap hari mereka bersenang-senang di hutan. Mereka bahkan berjanji untuk menjadi sahabat seumur hidup. Akan tetapi, Copper dibawa pergi oleh pemiliknya ke tempat yang tidak ia ketahui. Tod merasa sedih, tetapi ia masih percaya bahwa suatu hari nanti ia dan Copper akan bertemu lagi.
Tod dan Copper tidak bertemu sampai beberapa tahun lamanya, hingga mereka berdua sudah dewasa. Suatu saat, Tod mendengar kabar bahwa Copper kembali ke hutan. Ia merasa sangat senang untuk bertemu dengan sahabat karibnya.
Akan tetapi, ia terkejut ketika ia mengetahui Copper telah dilatih sebagai seekor anjing pemburu, dan tuannya membawa dia ke hutan untuk memburu Tod. Berhari-hari Tod dikejar oleh Copper dan tuannya. Dalam pengejaran itu, Copper tidak sengaja mengganggu seekor beruang buas, sehingga beruang itu menyerang tuannya. Copper mencoba melawan beruang itu, tetapi dia jauh lebih kuat dari seekor anjing pemburu. Walaupun Tod bisa menggunakan kesempatan itu untuk kabur, ia menyadari bahwa persahabatan antara dia dan Copper jauh lebih penting daripada sebuah kesempatan untuk kabur. Seorang sahabat sedang dalam bahaya, maka ia harus menolongnya.
Tanpa berpikir panjang, Tod mendorong beruang itu hingga mereka berdua jatuh ke air terjun. Beruang itu tewas, tetapi Tod terluka parah. Ia terbaring lemas ketika sang pemburu menghampirinya dengan niat untuk menembaknya. Pada momen itu, Copper baru sadar ia telah diselamatkan oleh Tod, sahabat yang ia buru selama ini. Segera ia berlari menuju Tod dan berdiri di antara si rubah dan tuannya. Sang tuan menyuruh dia untuk ke pinggir, bahkan mengancam untuk menembaknya juga, tetapi Copper tetap berdiri melindungi sahabatnya. Tidak butuh waktu lama bagi sang tuan untuk menyadari, bahwa si rubah sangat menyayangi Copper, sehingga ia rela mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkannya. Dengan hati yang berpengertian, ia pun menyimpan senapannya, dan mengajak Copper pulang. Kedua sahabat itu saling berpandangan dan tersenyum. Sebuah persahabatan telah diperbaharui dengan pengorbanan.
Setelah menonton film ini, aku teringat sebuah perikop di Yohanes 15. Setelah Perjamuan Terakhir, Yesus memberikan nasihat-nasihat terakhir kepada murid-murid-Nya. Salah satunya adalah perintah untuk saling mengasihi, sebab Allah telah mengasihi manusia. (ayat 12). Ayat 13 melanjutkan perkataan Yesus: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Tidak hanya dengan perkataan, Yesus mempraktekkan nasihat itu dengan kematian-Nya di kayu salib. Dia mati untuk menyelamatkan kita dari dosa dan maut. Sungguh sebuah tindakan kasih yang luar biasa. Hal ini membuktikan Yesus menganggap kita, umat manusia yang berdosa, sebagai sahabat-Nya.
Saat merenungkan perikop Yohanes dan film ini, aku merasa sangat tersentuh. Dalam film ini, tindakan Tod dan Copper menggambarkan inti sari ayat Yohanes 15:13. Jika dua jenis hewan yang berbeda bisa menunjukkan tindakan kasih persahabatan yang luar biasa, mengapa manusia sulit melakukannya?
Pengorbanan yang kita lakukan mungkin tidak perlu seluar biasa mempertaruhkan nyawa, tetapi bisa ditunjukkan melalui hal-hal sederhana yang sering kita lupakan. Misalnya, kita dapat mengorbankan hal-hal pribadi demi teman kita, atau menyisihkan waktu bermain untuk mendengarkan teman yang sedang berkesusahan, atau membela teman yang di-bully. Juga, ada banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk menunjukkan, bahwa kita mengasihi teman kita. Mengetahui hal ini, aku pun tergerak untuk melakukan hal-hal yang baik kepada teman-temanku. Alasannya? Aku mau mengasihi mereka, seperti halnya Yesus mengasihi kita semua.