Saya saat masih kecil, belum mengenal Kristus, saya berada di lingkungan keluarga yang baik. Saya termasuk dalam kategori anak yang patuh, tidak neko-neko, dan taat pada peraturan. Sampai ketika beranjak remaja, saya membaca novel berbau porno yang tidak sengaja saya dapatkan di rumah saudara saya ketika saya pergi menginap, yang sampai saat ini pun saya sesali kenapa itu saya lakukan. Mengapa? Karena sejak itu saya jadi sering berfantasi sex sendiri.
Ketika masuk SMA, kakak tertua saya, mengenalkan Tuhan Yesus kepada saya. Ini adalah anugerah-Nya semata, saya percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saya. Saya mulai ke gereja dan terlibat dalam pelayanan Komisi Remaja di salah satu gereja, namun akhirnya dibaptis di gereja lain, karena Papa, yang walaupun berbeda kepercayaan, tapi mengizinkan anak-anaknya dibaptis satu per satu, menginginkan saya dibaptis di gereja yang sama dengan kakak tertua saya.
Di gereja tersebut, saya mulai bertumbuh melalui kelas-kelas pembinaan yang ada, mulai aktif dalam salah satu komisi. Merasa diri cukup "rohani", saya membimbing salah satu adik kelas saya dalam kelompok PA. Namun siapa nyana, justru dalam kelompok PA ini, saya jatuh ke dalam dosa. Sungguhpun sudah saya tinggalkan kehidupan dosa itu, tetapi rasa bersalah menghantui diri saya, merasa diri ini menjijikan, kotor sekali, sungguh tidak layak disebut sebagai anak Tuhan. Sampai suatu saat, ketika renungan pagi, saya mendapati ayat dari Perjanjian Lama, Imamat 14:48, "Tetapi jikalau imam datang dan menurut pemeriksaannya tanda itu tidak meluas di dalam rumah itu, sesudah dilepa, maka imam harus menyatakan rumah itu tahir, karena tanda itu telah hilang." Saya tiba-tiba membayangkan saya sebagai rumah yang najis itu dan merasakan Tuhan seolah-olah berbicara kepada saya, "Kamu sudah Kutahirkan, anakKu". Saya pun meneteskan air mata haru. Saat itu, beban berat yang membebani saya selama ini, terangkat sudah, diganti dengan suka cita yang meluap.
Sesungguhnya, hidup yang saya jalani saat ini, adalah hidup yang diubahkan oleh-Nya, bukan karena kuat dan hebat saya, tetapi semata-mata oleh anugerah-Nya. Saya menyadari bahwa kelamnya kehidupan yang pernah saya lalui, adalah untuk mengingatkan saya akan anugerah-Nya yang besar, yang melayakkan saya disebut sebagai anak-Nya, dan terus mengingatkan saya, siapa saya di hadapan Allah yang Mahabesar. Saya yang Dia ubahkan.