Tangerang, 22 April 2018
Pagi itu dia datang ke rumah saya dengan diboncengkan motor oleh kawannya. Sambil menyerahkan sebuah naskah kisahnya, dia pun menceritakan pengalamannya melewati kanker kolon. “Buku ini saya wujudkan sebagai rasa syukur atas kasih Tuhan yang membantu saya melewati semuanya.” Wajahnya yang cerah bersemangat dan penuh senyum, tidak menampakkan raga orang yang sedang sakit. Sehingga saya sangat terkejut ketika mengetahui saat itu dia baru 2 minggu melewati operasi kanker ovarium.
“Jadi, buku ini perjuanganmu melewati kanker kolon? Lalu setelah itu kamu divonis kanker ovarium?” tanya saya tak berkedip.
Di situlah awal mula saya mengenal dirinya. Darmauli, namanya. Wanita berusia di awal 30 tahunan ini jatuh bangun mengobati dirinya yang dikejar sel-sel kanker. “Kenapa saya sakit terus, ya Bu?”keluhnya suatu hari. Proses kemoterapi yang berkelanjutan, pulang pergi ke Rumah Sakit, menjadi jadwal hariannya. Suatu hari dia mengatakan ada sesuatu di jaringan perutnya. “Harus bersemangat ya, Bu!” dia mengatakan sambil tersenyum.
Sudah lama saya tidak bersua dengannya. Namun saya membaca kalimat dalam media sosialnya, “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu? Kuatkan dan teguhkan hatimu. Jangan takut dan gentar, karena TUHAN, Allahmu, menyertaimu kemana pun engkau pergi.” Yosua 1:9. Dan minggu lalu saya sempat mengunjunginya dalam perawatan di rumah sakit. “Mungkin salah makan, Bu…sakit sekali maag-nya.”
Ahhh, Uli…sebenarnya kadang saya juga menanyakan dalam hati, mengapa Tuhan membiarkan sel-sel kanker itu mengejar tubuhmu yang belia. Namun seorang kawan yang juga menjenguk dirimu beberapa hari lalu mengatakan kamu malah menyanyikan lagu Hidup ini adalah Kesempatan.
Ya, hidup ini adalah kesempatan,Uli… setiap detik yang kita miliki adalah anugerah. Lamat terdengar senandungmu dari ranjang rumah sakit, “Oh Tuhan pakailah hidupku, selagi aku masih kuat…bila saatnya nanti, ku tak berdaya lagi..hidup ini sudah jadi berkat.”
Semoga cepat sembuh, Darmauli! Semangat dan kehangatan hatimu adalah berkat bagi kami semua!
Tangerang, 25 April 2021
Hai Uli, bagaimanakah kabar kamu di sana? Setahun ini kami di sini mengalami pandemi. Hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya! Beberapa kawan kita juga kehilangan mata pencaharian, maupun orang-orang terkasih.
Beberapa saat lalu saya mendengarkan lagu Hidup ini adalah Kesempatan, tiba-tiba saya pun teringat dirimu, dengan senyum yang menghiasi wajahmu.
Ternyata, tiga tahun telah berlalu saat dirimu menyanyikannya, “…bila saatnya nanti, ku tak berdaya lagi..hidup ini sudah jadi berkat.”
Saya terkenang dirimu hari ini, hidupmu sudah menjadi berkat, Uli.