Bulan Mei 2011 sungguh tak terlupakan, karena pada bulan ini suami saya terdiagnosis sirosis hati. Mendengar vonis itu, menangislah saya karena saya tahu apa akibat dari sirosis hati. Dokter mengatakan bahwa dalam tiga tahun sudah harus memikirkan untuk transplantasi hati karena sirosis tidak dapat diobati. Ya Tuhan apa yang harus kami lakukan karena biaya operasi tersebut besar sekali . Suami saya harus rutin periksa darah, usg dan ct scan. Tiap malam kami berdoa bersama memohon belas kasihan Tuhan agar Tuhan memberi kesembuhan bagi dia. Orang tua, saudara, keluarga VG Narwastu dimana kami terlibat pelayanan bersama, teman satu gereja selalu berdoa dan mensupport kami. Satu tahun dapat kami lalui.
Bulan Mei 2012, datang kejutan yang benar-benar mengejutkan. Berdasarkan hasil Ct scan ditemukan ada tumor di dalam liver. Jantung rasanya berhenti sesaat…..air mata tiada henti menetes. Tiap malam setelah berdoa, saya memandang suami saya sambil berkata dalam hati “Tuhan…berikan dia kesempatan hidup lebih lama, berikan dia kesempatan untuk dapat terus melayani Engkau dan hidup bersama dengan saya sampai tua”, sambil berlinang air mata. Maunya sih tidak menangis tapi kalau melihat dia tertidur dengan tenang tidak terasa air mata menetes.
Di mulai dari tahun inilah, kegiatan keluar masuk rumah sakit sangatlah intensif tapi selalu Tuhan mengirimkan pertolongan baik lewat keluarga maupun temanteman, juga para staf medis dan kamipun dapat melewati tahun ini. Pada bulan Februari 2013, Tuhan mengijinkan kami berkonsultasi ke dokter di Singapura. Dokter di sana mengatakan bahwa belum perlu untuk transplantasi. Puji Tuhan kami berdua girang luar biasa. Kemudian dokter menyarankan untuk ct scan ulang dan akan mendiskusikan juga hasil ct scan di dengan tim transplant, berhubung besoknya kami sudah pulang, hasil diskusi akan disampaikan via email. Dua hari kemudian datanglah email yang ditunggu-tunggu, hasilnya sungguh tidak menggembirakan. Hasil rapat para dokter mengatakan bahwa sudah perlu transplantasi saat itu atau tunggu bila muncul tumor yang baru tapi biasanya tumor itu akan lebih agresif. Akhirnya tumor baru muncul lagi dan memang lebih cepat pertumbuhannya. Dokter menyarankan untuk segera transplantasi sebelum bulan desember 2013. Seperti biasa, sehabis ada kejutan-kejutan hasil pemeriksaan saya tidak bisa tidur, perasaan jadi tidak enak, menangis sudah pasti, pada malam hari sering memegang dada suami saya karena takut kalo tiba-tiba napasnya berhenti.
Rutinitas di tahun ini adalah tindakan mematikan sel tumor tapi selalu tumbuh yang baru . Sungguh Tuhan memberi ujian yang berat, teringatlah saya akan Filipi 4:13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” dan 1 Korintus 10:13 “ Pencobaan – pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan memberikan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya”. Ayat yang menguatkan saya, terima kasih Tuhan. Tuhan menolong dengan caranya yang ajaib dan tidak terselami oleh pikiran manusia. Tuhan membuka jalan untuk melakukan transplantasi di Cina (yang selama ini tidak pernah terpikirkan) melalui pendeta, keluarga “Narwastu”, keluarga, teman-teman gereja, teman bible study juga teman kuliah dan sekolah serta berbagai pihak yang digerakkan Tuhan untuk membantu kami. Pada tanggal 25 Mei 2014 kami berangkat ke Cina, Tuhan mendengar doa kami semua. Sampai di Cina, berbagai kejutan-kejutan sudah menanti.
Mulai masalah transfer dana, hasil pemeriksaan dan masalah-masalah teknis tapi Tuhan selalu memberi jalan keluar. Betul-betul saya menjalani hari-hari bersama Tuhan dan anugerahNya. Hingga puncaknya yaitu hari dimana suami saya menjalani operasi transplantasi. Suami saya masuk ruang operasi jam 14.00 waktu setempat. Kemudian saya balik ke flat karena di depan ruang operasi tidak ada ruang tunggu bagi keluarga pasien. Pulanglah saya ke flat. Sepanjang perjalanan saya nyanyi lagu mujizat itu masih ada di dalam hati. Sampai di flat, saya baca renungan (daily devotion dari Joyce Meyer) renungannya berjudul “ Faith for the Middle” dari Markus 4: 37,38. Intinya adalah dalam badai kehidupan kita yang sangat dahsyat seolah2 kita sudah mau tenggelam tapi Tuhan sepertinya tertidur, tidak mendengar doa kita. Di situlah saatnya kita harus menggunakan iman “faith” kita. Kita bisa berbicara tentang iman, membaca buku tentang iman, mendengar khotbah, menyayi tentang iman, tapi dalam “badai” kita HARUS menggunakan IMAN.
Pada kondisi seperti inilah kita tahu seberapa besar iman kita. Renungan ini, membuat saya yakin bahwa operasi akan berjalan lancar karena saya beriman kepada Tuhan, Tuhan Yesus yang berkuasa di setiap segi kehidupan saya dan suami. Renungan ini merupakan jawaban Tuhan akan kegelisahan saya menunggu operasi. Selain membaca alkitab dan renungan, saya berdoa, memuji Tuhan. Bila pikiran negatif datang, langsung saya berdoa. Saya menunggu operasi hanya bersama dengan Tuhan Yesus sahabat yang setia. Banyak sms maupun whatsapp dari teman-teman yang menguatkan saya, termasuk kiriman lagu-lagu rohani. Tuhan memberi kekuatan dan ketenangan melalui banyak cara. Saya berkata “Tuhan Yesus, Engkau sudah mengijinkan suami saya operasi di Cina, Engkau juga yang akan menuntaskan pengobatan ini dan memberi kesembuhan yang sempurna. Terima kasih Tuhan, Engkau juga membuat kami dikelilingi oleh orang-orang yang sangat peduli dan sayang pada kami”. Pukul 20.30 waktu setempat, saya diberi kabar bahwa operasi telah selesai dan berjalan dengan lancer, kabar ini langsung saya teruskan ke orang tua, saudara dan temanteman. Semua mengucap syukur atas anugerah Tuhan yang tiada terkira. Saya berdoa, mengucap syukur kepada Tuhan barulah saya bisa tertidur. Keesokan harinya saya sudah diperbolehkan menjenguk di ruang ICU. Sungguh kuasa Tuhan tak terbatas, puji Tuhan suami saya sudah sadar, sudah bisa berbicara lancar dan tidak terlihat seperti orang yang habis menjalani sebuah operasi besar yang sangat beresiko. Kami berdua langsung berdoa bersama mengucap syukur atas kasih karunia, tuntunan dan pimpinan Tuhan sehingga semua dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pasca operasi semua berjalan lancar, pemeriksaan juga menunjukkan hasil yang menggembirakan, terpujilah Allah Bapa yang maha Kuasa. Selama kurang lebih 3,5 bulan kami di Cina, sampai akhirnya kami bisa pulang ke Indonesia.
Satu bulan setelah kami pulang, suami melakukan tes rutin yaitu periksa darah dan USG. Hasilnya tidak baik, ada masalah di livernya. Jantung mau copot rasanya mendengar kenyataan ini. Ya Tuhan... ada kejutan lagi, rasanya seperti naik roller coaster yang naik turun dengan curam, habis senang ada sedih. Ternyata masih panjang jalan yang harus kami lalui yang sebelumnya kami pikir sudah selesai masalah sakit penyakit ini. Tuhan mengajarkan kepada kami untuk selalu bersandar dan berpegang padaNya….Tuhan sudah memulai dan mengijinkan pengobatan yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya, Tuhan juga yang akan menuntaskan permasalahan yang ada. Kami jalani hari-hari bersama dengan Tuhan Yesus yang tidak pernah berubah dulu-kini-dan selamanya. Yakobus 1 : 2-4 menutup tulisan ini. Bagi dia kemuliaan untuk selama-lamanya…. Amin.