Melayani, melayani lebih sungguh

Melayani, melayani lebih sungguh

Tuhan lebih dulu melayani kepadaku

Melayani, melayani lebih sungguh.

Masih ingatkah saat pertama kali Anda memulai pelayanan? Banyak dari kita merasa pelayanan itu berat, karena merasa tidak tahu apa-apa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, seiring dengan pertumbuhan iman, kita pun dapat mengerjakan pelayanan dengan segenap hati, jiwa, tenaga, dan dana. Bahkan, saat terjadi gesekan dan ketidaksehatian, kita memandangnya sebagai sarana untuk bertumbuh, dan bukan sebagai batu sandungan.

Melayani berarti membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang, atau melakukan sesuatu bagi orang lain. Melayani juga adalah ungkapan syukur atas apa yang sudah Tuhan lakukan bagi hidup kita, hal yang seharusnya dilakukan tanpa beban. Kita memberi diri untuk mendorong orang lain, tanpa pamrih, ataupun mengharapkan imbalan. Semuanya kita lakukan dengan tulus ikhlas dan menjadi berkat bagi orang lain. Saat melayani sesama, sebenarnya kita sedang turut ambil bagian dalam karya Allah. Kita dipanggil menjadi rekan sekerja Allah dan menjadi representasi pelayanan yang dilakukan oleh Allah sendiri.

Rasul Paulus dalam Filipi 2:1-11 memberi nasihat kepada jemaat untuk bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus. Kerukunan antaranggota jemaat dapat tercapai, apabila masing-masing anggotanya menaruh pikiran dan perasaan Kristus dalam diri mereka. Tidak seorang pun yang egois, mempertahankan kepentingan diri sendiri, ataupun mencari pujian, melainkan bersikap rendah hati satu terhadap yang lain, dan tidak menganggap diri sendiri lebih utama dari yang lain (ayat 3). Antaranggota memberi perhatian pada kepentingan orang lain dengan tulus, bukan karena ingin tahu atau ingin mencampuri urusan orang lain (ayat 4). Saat menghadapi perbedaan pendapat, kesatuan jemaat tetap dapat terwujud, bila tidak ada satu pun yang menonjolkan diri. Masing-masing saling memberi kesempatan kepada pihak yang lain untuk mengungkapkan pendapatnya (ayat 5).

Sabar dan sehati adalah kunci pelayanan. Semuanya mengarah pada tujuan yang sama, sehingga kita saling memperhatikan dan menjadi tim yang kompak/sehati. Sehati berarti seia sekata, setujuan, tidak mudah baper, mundur, kendur, lelah, dan menyerah. Banyak pencobaan dan pergumulan yang harus dihadapi dalam menjalankan tanggung jawab itu. Kita akan bertemu dengan rekan sepelayanan yang berbeda-beda karakternya. Ada yang ingin didengarkan terus-menerus, ada yang diam saja, ada yang ingin dipuji, ada yang rajin, ada yang ingin cepat beres, dan lain-lain. Oleh pimpinan Tuhan dan seiring dengan waktu, perubahan dapat terjadi, sehingga tercapailah kesatuan hati dalam melayani, dan hal itu menolong kita untuk merampungkan pekerjaan pelayanan.

Apakah hal itu mudah dilakukan? Tentu tidak! Perlu kepedulian dan kerendahan hati. Kalau kita “melayani dengan sehati”, maka di mana pun ladang pelayanan kita, walaupun penuh halangan, rintangan, dan kekecewaan, semua akan terlewati dengan penuh sukacita, dan melaluinya, kita akan mengalami pertumbuhan.

Sikap ingin menonjolkan diri sendiri hanya akan menimbulkan persaingan, ketidaksenangan, atau permusuhan. Sebaliknya, kalau kita berusaha bersatu, kita akan saling mendekat. Hendaknya kita meneladani Tuhan yang telah melayani kita terlebih dahulu dengan rendah hati, sungguh-sungguh, tidak egois, dan rela berkorban demi orang lain. Dengan demikian, akan timbul semangat persatuan dalam pelayanan.

Biarlah kita tetap setia melayani dalam segala pergumulan, baik waktu maupun tenaga. Oleh kasih karunia Allah dan kesehatian, semuanya akan dapat berjalan dengan baik. Mari melayani dengan sehati!