Pontas Purba 2005 1=Es 4/4 Kumulai dari keluargaku menjadi pelaku Firman-Mu. S'lalu mendengar tuntunan Tuhan, berserah pada rencana kasih-Mu. Kadang-kadang lain jawaban Tuhan atas doaku. Kupegang teguh, Tuhanku memberikan yang terbaik Kumulai dari keluargaku, hidup memancarkan kasih-Mu. Walau 'ku lemah dan tidak layak, kuasa Tuhan menguatkan diriku.
Ingin bermisi? Mulailah dari keluarga! Fungsi keluarga Kristen adalah membentuk kepribadian, mendidik dalam iman Kristen, mengajarkan kebenaran Firman, dan memberikan pengertian tentang tujuan hidup yang Allah berikan. Jadi dapat dikatakan, bahwa fungsi keluarga Kristen adalah tempat pertama kita mengenal Allah, dan tempat pertama dilakukannya penginjilan dan pemuridan, dan orang tua adalah pemeran utamanya.
Memang Yesuslah yang memimpin keluarga, tapi semua orang dalam keluarga: kakek, nenek, ayah, ibu, dan anak-anak harus bergerak menjalankan tugas memberitakan Injil itu sendiri. Contoh konkretnya ialah nenek dan ibu Timotius. Mereka sangat berperan dalam membentuk iman yang tulus dalam keluarga. Kepemimpinan dan keteladanan nenek dan ibunya membentuk cara berpikir dan sifat-sifat Timotius. Selain itu, dari semula Allah juga memakai keluarga-keluarga dalam mengerjakan misi-Nya.
Setelah manusia jatuh dalam dosa dan terus hidup dalam kejahatannya (Kej. 6), maka Allah memilih satu keluarga untuk mengerjakan misi-Nya bagi keselamatan manusia dan dunia, yaitu melalui keluarga Nuh (Kej. 6-9). Allah memakai Nuh dan keluarganya untuk membuat dunia yang baru, yaitu dunia yang terbebas dari kejahatan manusia (Kej. 6:13-21). Setelah itu Allah memberikan misi-Nya juga kepada keluarga Abraham, dengan memberikan keturunan yang banyaknya seperti pasir di laut, memberikan tanah perjanjian sebagai tempat tinggalnya, memberikan berkat baginya, dan melaluinya, bangsabangsa lain akan juga diberkati (Kej. 12:1-3). Tidak berhenti pada keluarga Abraham, Allah juga memakai Yakub dan keturunannya untuk mengerjakan misi-Nya bagi dunia.
Dalam Perjanjian Baru, Allah juga memakai keluarga Imam Zakaria untuk menghadirkan Yohanes Pembaptis sebagai perintis kedatangan Sang Juru Selamat, dan akhirnya melalui keluarga Yusuf dan Maria, Allah menyatakan secara konkret kehadiran misi-Nya bagi keselamatan dunia dalam diri Yesus Kristus. Jadi dari bagian-bagian kisah Alkitab tersebut, kita melihat bahwa keluarga menjadi titik tolak bagi misi Allah. Allah memerintahkan kita semua saat ini dan di masa kini, untuk bermisi memancarkan kasih Allah.
Meskipun banyak sekali tantangan di masa kini, orang tua tidak boleh menyerah pada kenyataan yang ada. Sekalipun kita tak punya kekuatan untuk membendung pengaruh media luar dan pergaulan anak, bukan berarti kita harus menyerah kalah. Justru orang tua harus semakin meningkatkan intensitas doanya, dan berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan peranannya sebagai pendidik dan pembangun iman anak. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” (Amsal 22:6). Anak menjadi baik atau tidak baik, sangat tergantung dari upaya orang tua dalam menanamkan nilai-nilai firman Tuhan dalam diri si anak.
Keluarga juga dihadirkan Allah agar tidak hanya memikirkan kepentingan keluarga itu sendiri, tetapi agar dipakai menjadi saluran berkat dan memancarkan kasih Allah bagi banyak orang di seluruh dunia. Misalnya, satu keluarga mau menyediakan waktu untuk mendoakan orang lain, atau mendukung departemen misi dalam gereja atau lembaga misi lain dengan dana, pikiran, dan tenaga, atau membuka lebar-lebar pintu rumah untuk siapa saja yang sedang berkeluh kesah. Biarlah kasih Kristus melingkupi keluarga-keluarga kita, agar kita semua dapat berperan secara maksimal dalam memancarkan kasih Allah, seperti keluarga Akwila dan Priskila.
KELUARGA YANG BERMISI MENGENALI PANGGILAN ALLAH UNTUK TAK HENTI MELAYANI DAN MEMANCARKAN KASIH ALLAH