Penggunaan gadget yang tersambung internet bisa dikatakan sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas sehari-hari bagi remaja/pemuda maupun orang dewasa. Pada beberapa orang, penggunaan gadget/internet bahkan sudah ‘nyandu’ alias membuat si penggunanya ketagihan, awalnya menyenangkan, memuaskan akhirnya membuat kecanduan. Penggunaan gadget/internet bisa mengakibatkan, tak sedikit orang yang cenderung cuek dengan keadaan sekitar dan lebih suka berkutat dengan gadget/internet-nya. Marilah kita mengenali beberapa tanda bahwa kita mulai kecanduan hingga tak bisa lepas dari gadget/internet, seperti dirangkum oleh Radian Nyi Sukmasari -detikHealth pada Kamis (25/9/2014):
1. Selalu mengecek news-feed di sosial media tiap 5 menit
Ketika kerap mengecek berita terbaru di ranah media sosial demi mengetahui apa yang tengah terjadi dengan teman kita di dunia maya, bisa jadi kita tengah kecanduan. Sebab, kita bisa mengalami kondisi FOMO alias Fear of Missing Out.
“Terlalu sering update status, mengubah keterangan dan mengganti foto profil seolah ingin selalu muncul di timeline adalah perilaku yang perlu diwaspadai sebagai gejala kecanduan media sosial,” kata dr Suzy.
2. Sering memotret makanan sebelum mengkonsumsinya
Baik makan di rumah atau di restoran, kecanduan media sosial membuat kita ingin memotret makanan tersebut dan mempublikasikannya di dunia maya, bisa dengan tujuan untuk menunjukkan ‘keeksisan’, sekadar sharing, atau bahkan pamer. “Perilaku pamer foto makanan di Instagram adalah hal yang biasa-biasa saja, wajar. Perilaku itu baru dianggap kelainan jika seseorang tidak melakukannya maka ia langsung pusing atau merasa ada sesuatu yang kurang,” tutur psikolog klinis Anna Surti Ariani M.Psi.
3. Cemas luar biasa saat ponsel tertinggal di rumah
Bagaimana perasaan kita jika ponsel tertinggal di rumah? Jika merasa sangat cemas bahkan panik, bukan karena khawatir ada telepon atau pesan penting, bisa jadi Anda mengalami FOMO yang dikombinasikan dengan nomophobia (No Mobile Phone Phobia - rasa takut dan cemas apabila seseorang jauh dari ponsel atau gadgetnya).
4. Bersaing update info dengan teman
Salah satu tanda kecanduan media sosial di dunia maya yang kerap tak disadari yakni merasa harus menyamai teman kita di media sosial yang sering memposting sesuatu. Misalnya seberapa sering mereka check in di suatu tempat atau seberapa banyak foto selfie yang mereka ambil.
5. Menarik diri dari pergaulan sosial
Jika kita lebih memilih untuk asyik sendiri dengan gadget/internet agar bisa mendapat informasi atau update status dari teman lainnya ketimbang bergaul secara nyata dengan teman kita, kemungkinan kita mulai keranjingan media sosial di dunia maya. “Orang yang kecanduan media sosial meski tetap bersosialisasi lewat gadget/internet tetapi kalau tidak bergaul di dunia nyata maka hal itu tidak bisa dibilang sehat,” kata dr Suzy.
Pada saat ini, marilah kita juga melihat bahwa penggunaan gadget/internet menjadi suatu masalah begitu gadget mulai berpengaruh buruk pada jam tubuh, waktu untuk relasi keluarga, pelajaran dan yang khususnya, hubungan pribadi dengan Tuhan. Bagi orang lain, penggunaan gadget/internet mulai tak terkendali ketika mereka mendapati diri sibuk dengan gadgetnya saat berkebaktian di hari Minggu bahkan saat pemberitaan firman di mimbar atau sedang mengikuti persekutuan/ibadah bersama.
Tanda atau ciri-ciri di atas merupakan rambu yang baik bagi kita untuk segera memperbarui cara penggunaan gadget/internet.
Seperti yang dinyatakan dalam Surat Yakobus 1:14, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” Sebelum kita menyadari, kebiasaan yang berupa kecanduan penggunaan gadget sudah menguasai kita, bukan kita yang mengontrol kebiasaan kita tersebut. Sebagaimana Rasul Petrus mengajar kita,“ Karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.” (2 Petrus 2:19).
Jadi apa yang dapat kita perbuat untuk memperbarui pemikiran kita terhadap ancaman kecanduan penggunaan gadget/internet?
1) Ketika menyadari bahwa kita memiliki kebiasaan yang mengarah pada kecanduan buruk, kita harus jujur pada diri sendiri dan menguji perbuatan kita sebagai langkah pertama. Kuncinya ialah segera menyingkirkan kebiasaan buruk yang menjadi candu dan tidak melakukan kompromi, begitu kecanduan penggunaan gadget/internet kita mempengaruhi waktu kita dengan Tuhan dan hubungan kita dengan orang lain (keluarga/sahabat/teman), kita perlu mempertimbangkan kebiasaan kita dan berpikir,“ Apa yang memikat kita untuk lebih berminat pada gadget dengan internetnya daripada Tuhan?”
2) Langkah kedua ialah menghentikan serbuan gadget/internet. Kita bertanya pada diri kita, saat menggunakan gadget yang tersambung dengan internet, “Adakah hal lain yang lebih produktif dan berguna yang dapat kita lakukan?” Apa saja solusi praktis untuk mengendalikan kebiasaan menggunakan gadget dengan internet yang berlebihan bahkan buat ketagihan/kecanduan?
1. Menyingkirkan penyebab masalah.
Artinya bukan memutuskan sambungan internet dari setiap gadget atau komputer/laptop kita. Jika ada gadget atau laptop yang dibawa terus ke mana kita pergi, maka pentingnya ada tempat menaruh gadget/laptop pada tempatnya, sesuai tugas/kerja dari gadget atau laptop tersebut.
2. Sibukkan diri dengan aktifitas/ kegiatan yang positif.
Lakukan aktifitas/kegiatan yang positif. Mungkin kita ingin memperdalam sesuatu yang sudah lama ingin kita pelajari: mekanik, seni musik dan kerajinan tangan, keramik, menulis jurnal, atau apa pun yang tidak memerlukan gadget atau komputer/laptop.
3. Tentukan waktu.
Tentukan kapan kita dapat menggunakan gadget dengan internet-nya dan tepati batas waktu penggunaannya, secara proporsional. Hal ini akan melatih penguasaan diri dan akan menjadi bagian dari rutinitas positif kita, bukannya kebiasaan buruk yang membuat ketagihan/kecanduan negatif.
4. Berolahraga.
Lakukan olahraga atau jalan cepat. Olahraga bisa sangat menambah/ menyalurkan tenaga dan memuaskan serta sangat baik bagi tubuh, pikiran dan jiwa kita.
5. Tetapkan prioritas.
Atur hidup kita sehingga kita mengetahui mana hal yang lebih penting. Tempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita dan menggunakan fasilitas (internet/gadget) tersebut secara bijaksana, kita membutuhkan proses perjuangan untuk meningkatkan kemampuan menata diri dan ketepatan waktu kita dan membantu menjaga agar proporsi waktu kita saat penggunaan gadget tetap terkendali/terkontrol.
Rasul Paulus mengutarakan satu hal yang sangat bagus dalam 1 Korintus 6:12, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.”
Kita, sebagai anak-anak Tuhan, telah dikaruniai Roh Kudus untuk menolong dan memandu kita. Kita memiliki karunia yang begitu luar biasa sehingga bisa membedakan benar dan salah atau baik dan buruk. Kita akan tahu bagaimana menggunakan gadget dan internet-nya dengan secukupnya, bukan berlebihan bahkan sampai kecanduan.
Bagaimana kita memprioritaskan waktu dengan Tuhan karena jika kita dapat menetapkan pikiran kita kepada-Nya, Tuhan pasti akan menolong kita mengatasi kelemahan akan kecanduan penggunaan gadget/internet. (Baca 1 Korintus 10:13)
Hidup dalam dunia yang terus menerus berubah memang tidak mudah. Kita jadi terpapar pada kemajuan-kemajuan teknologi baru, dan pemakaian gadget serta internet amatlah luas dan tak terbatas. Gadget dan internet akan membawa lebih banyak keinginan dan pencobaan, serta kita cenderung bisa tergoda dibuatnya.
Rasul Paulus, mengingatkan di dalam Roma 12:2 ,“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Salah satu kata kuncinya ialah “pembaharuan.” Kita perlu terus menerus dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Satu-satunya cara untuk melakukannya ialah dengan menguji diri secara terus menerus bersama Firman-Nya. Melalui pengujian diri dan pemupukan rohani yang terus menerus, kita dapat terus menyadari bahwa ada banyak hal dalam hidup kita yang jauh lebih berharga/bernilai daripada gadget dan internet. Kita akan mampu mencegah dan menjauh dari pencobaan dan keluar dari kebiasaan buruk yang menjadi candu bagi kita.
Hanya pada saat itulah kita dapat sungguh-sungguh berkata,“ Aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun” (1 Korintus 6:12).