Pada hari-hari ini, banyak gereja yang sedang berfokus kepada pemuridan. Gereja-gereja ingin kembali kepada fokus utama Kristus, yaitu memuridkan orang semakin serupa dengan Kristus. Hal ini pun sudah menjadi fokus pelayanan GKI Gading Serpong, menjadi murid Kristus yang otentik. Ada banyak cara untuk memuridkan orang lain, bisa melalui khotbah, seminar, orang per orang, dan salah satunya adalah dengan melalui kelompok kecil.
Kelompok kecil adalah suatu kelompok berisi 6-10 orang, yang dengan secara sengaja berkumpul bersama untuk membicarakan sesuatu. Namun, apakah sesungguhnya esensi dari kelompok kecil? Salah satu esensi dari kelompok kecil adalah persahabatan rohani. Hal ini terwujud dalam kisah yang tertulis di Yohanes 15:13-15. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. (Yoh 15:13-15)
Yesus membicarakan hal tersebut, ketika Dia sedang menikmati perjamuan bersama dengan murid-murid-Nya, dan sebelum Dia menanggung salib yang berat itu. Di dalam kelompok yang kecil, Yesus menyampaikan seluruh isi hati-Nya kepada mereka. Ada tiga hal yang bisa dipelajari dari percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya tentang persahabatan rohani, yaitu berkorban bagi sahabat, belajar taat bersama, dan menceritakan segala sesuatu yang ada di dalam kehidupannya.
Pertama yang Yesus ajarkan, adalah tentang berkorban bagi sahabat. Dalam perikop ini, Yesus menyatakan, bahwa tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatnya. Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada sahabat-sahabat-Nya, dengan mau mati bagi mereka. Tidak ada harta yang paling berharga yang dimiliki seseorang, selain daripada nyawanya sendiri. Tetapi Yesus, Ia tidak menyayangkan nyawaNya sendiri, melainkan rela berkorban bagi sahabat-sahabat-Nya. Hal ini senada dengan makna kasih yang Yesus nyatakan.
Kasih dalam bahasa Yunani ada empat jenis, yaitu eros, philio, storge, dan agape. Eros adalah kasih untuk lawan jenis. Kasih philio adalah kasih persahabatan. Kasih storge adalah kasih kekeluargaan. Agape adalah kasih yang rela berkorban, tanpa memandang siapa orang tersebut.
Ketika mengatakan “tiada kasih yang lebih besar,” Yesus menggunakan kasih agape, yaitu kasih berkorban, tanpa memandang siapa orang tersebut. Yesus tidak menggunakan kasih philio, tetapi Yesus menggunakan kasih agape! Artinya, Yesus mengasihi orang tersebut, lebih daripada kasih persahabatan, melainkan Dia mau berkorban bagi orang tersebut. Yesus menunjukkan kepada kelompok kecilNya pada saat itu, bahwa Dia sungguhsungguh mengasihi mereka, dengan mengorbankan diri-Nya sendiri.
Yesus juga ingin mengajarkan kepada kelompok kecil-Nya, agar mereka semua memiliki kasih yang mau berkorban bagi orang lain. Inilah hal yang harus kita terapkan pula dalam kelompok kecil kita. Pengorbanan yang dilakukan mungkin tidak seperti Yesus, yang rela mengorbankan nyawa-Nya, tetapi bisa dalam bentuk perhatian yang kita berikan, waktu yang kita sediakan untuk mendengar pergumulan rekan yang lain, dana yang kita berikan untuk menolong yang kesusahan, tenaga untuk menolong yang lemah, dan sebagainya. Apakah dalam kelompok kecil kita masing-masing, kita sudah mengasihi satu dengan yang lain dengan bersedia berkorban bagi mereka?
Hal kedua yang Yesus tekankan kepada kelompok kecil-Nya, adalah taat kepada Firman Tuhan. Yesus berkata, bahwa kamu adalah sahabat-Ku, jika kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Kalimat ini bukan menunjukkan bahwa sebagai seorang pemimpin kelompok kecil, dapat menyuruh ini-itu seenaknya,melainkan jika kita cermati, kalimat ini ingin menunjukkan, bahwa sebagai sebuah kelompok kecil, kelompok itu harus belajar untuk taat kepada perintah Tuhan. Yesus yang berbicara dalam bagian ini, ingin menegaskan bahwa perintah-Nya, ucapan-Nya atau FirmanNya harus ditaati dengan baik! Firman Tuhan adalah pengikat kita satu dengan yang lain di dalam kelompok kecil, karena Firman Tuhanlah yang membuat kita menjadi pengikut Kristus, sehingga kita disebut sebagai sahabat-sahabat Kristus.
Firman Tuhan juga harus menjadi standar tertinggi kehidupan orang percaya, yang harus direnungkan dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Firman Tuhan adalah sumber kehidupan, yang membawa orang percaya hidup dalam kemenangan. Namun perlu disadari, manusia masih hidup dalam kedagingan dan masih ada di dalam dunia ini. Ada begitu banyak cobaan yang berusaha menjatuhkan umat percaya,agar tidak taat pada perintah Tuhan. Yesus menginginkan, sebagai sebuah kelompok kecil, kelompok itu belajar bersama untuk taat kepada Firman Tuhan. Mungkin seringkali terjatuh di dalam dosa, tetapi marilah bersama, sebagai seorang sahabat, untuk menguatkan dan meneguhkan, untuk taat kepada Firman Tuhan. Perlu adanya pembahasan Firman Tuhan dalam kelompok kecil, untuk bersama direnungkan dan dilakukan bersama-sama. Apakah di dalam kelompok kecil kita masingmasing, kita sudah belajar taat pada Firman Tuhan, dan saling menguatkan untuk taat pada Firman-Nya?
Hal terakhir yang Yesus tekankan adalah, sebagai seorang sahabat, sahabat itu menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Yesus sebagai seorang guru dan tuan, tidak menyebut mereka lagi sebagai hamba. Hamba di dalam kehidupan bangsa Israel, adalah seseorang yang hanya menerima perintah dari tuannya, dan tidak tahu apa yang diperbuat tuannya. Hamba itu tidak memiliki hubungan yang dekat dengan tuannya. Yesus tidak menyebut kelompok kecil-Nya sebagai hamba, tetapi menyebut mereka sebagai sahabat. Seorang sahabat adalah seseorang yang menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada hidupnya, entah itu hal yang baik, maupun yang buruk. Yesus pun menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri-Nya. Bahkan bukan itu saja, semua Firman Tuhan sudah diberitahukan kepada kelompok kecil-Nya.Yesus dalam bagian ini, membangun sebuah ikatan yang erat dengan kelompok kecil-Nya. Yesus menceritakan semua hal yang terjadi pada diri-Nya, entah itu hal yang baik maupun hal yang buruk.
Sebagai seorang sahabat, seharusnya kita menjadi seperti yang Yesus ajarkan. Hari ini dunia penuh dengan kesusahan, namun tentunya juga ada kebahagiaan. Sebagai seorang sahabat, apakah kita mau berbagi kebahagiaan dengan yang lain? Lebih dari itu, sebagai seorang sahabat, apakah kita mau berbagi kesusahan dengan yang lain? Terutama, apakah kita mau untuk mendengarkan keluh kesah orang lain dan menanggungnya bersama? Bersuka bersama dengan mereka yang bersuka, dan menangis bersama dengan mereka yang menangis. Sebagai suatu kelompok, akan menjadi hal yang indah, jika kita semua mau terbuka satu dengan yang lain, dan saling menguatkan satu dengan yang lain, tanpa harus menghakimi cerita orang tersebut, tetapi mendengar dan menolongnya dengan penuh kasih. Yesus bersukacita bersama kelompok kecil-Nya, dan Yesus pun menangis dan bergumul bersama kelompok kecil-Nya. Yesus rindu, agar sebagai satu kelompok, boleh semakin menguatkan dan meneguhkan satu dengan yang lain.
Salah satu nilai yang terkandung dalam kelompok kecil, adalah persahabatan rohani. Yesus pun membangun sebuah kelompok kecil, mengasihi mereka dengan berkorban bagi mereka, taat melakukan Firman Tuhan bersama-sama, dan menceritakan seluruh kisah hidup-Nya bersama dengan mereka. Jika semua kelompok kecil seperti yang Yesus ajarkan, maka akan menjadi sangat indah persahabatan yang hidup didalamnya. Jangan jadikan kelompok kecil sebagai program, tetapi jadikanlah kelompok kecil sebagai gaya hidup, yaitu persahabatan rohani.
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran” (Amsal 17:17)