(Efesus 3 : 14-21)
Paulus merupakan tokoh penting dalam perumusan ajaran Yesus di Alkitab. Dahulu, ia merupakan seorang Farisi yang juga dikenal sebagai penganiaya pengikut Kristus, lalu berkat perjumpaan dengan Yesus, ia berubah menjadi pengikut Kristus. Ia mengalami pengalaman rohani yang begitu masif sehingga hatinya pun berubah menjadi murid Yesus yang paling setia. Walau ia harus sering mendekam di penjara, Paulus tidak menjadikan penderitaannya di penjara sebagai alasan untuk tidak berkomunikasi dengan Allah. Surat Paulus untuk jemaat di Efesus menunjukkan ia memiliki hubungan yang begitu erat dengan jemaat di Efesus, karena ia pernah memantau perkembangan iman jemaat di Efesus tiga tahun lamanya.
Surat ini memiliki kesamaan dengan surat Paulus untuk jemaat di Kolose. Paulus berdoa hanya kepada Allah sebagai Bapa, Tuhan kita, Yesus Kristus, karena keadaan jemaat di Efesus masih menyembah dewa-dewi Yunani, seperti Artemis yang merupakan dewi kesuburan, serta mereka juga tunduk menyembah pada kaisar. Dengan tekun, ia berdoa agar jemaat di Efesus dapat berpaling kepada Yesus.
Kerendahan hati dan penuh hormat Paulus ketika berdoa patut diteladani oleh kita. Sikap sujud yang dilakukannya merupakan cerminan dari sifat ketulusan dan keseriusan untuk mengarahkan hati kepada Allah. Selanjutnya, Paulus meminta berkat rohani dicurahkan untuk mereka. Berkat rohani merupakan berkat terbaik, yaitu memahami dan mengenal kasih Kristus dalam kehidupan (Efesus 3:18). Karena pengenalan akan Allah adalah dasar kekristenan yang kokoh dan solusi untuk segala pergumulan hidup manusia. Paulus berdoa supaya mereka hidup dalam damai dengan kesatuan hati dan suara untuk memuliakan Allah. Lalu Paulus menutup suratnya dengan mengekspresikan wujud kemuliaan Allah. Di semua doanya, ia mengajarkan kita untuk selalu menyukakan hati Allah bukan mendukakan hati Allah.
Refleksi
1. Apa yang dapat Anda pelajari dari doa Paulus?
2. Apa komitmen Anda setelah mempelajari dan mendengar doa Paulus?