Kita harus lebih fokus pada kelebihan yang kita punya.
Tahun 2018, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah untuk acara olah raga terbesar di Asia, yaitu Asian Games. Namun, bukan hanya Asian Games, tetapi masih dilanjutkan dengan Asian Para Games setelah Asian Games selesai. Asian Para Games adalah ajang pertandingan olahraga untuk penyandang disabilitas. Saya sengaja menyempatkan diri untuk menonton ajang pertandingan olahraga ini. Saya melihat orang-orang dengan keterbatasan fisik, namun masih bisa menunjukkan kemampuannya dalam bidang olahraga. Ada orang yang tak bisa berjalan, namun bisa bermain bulutangkis. Ada orang yang tangannya kecil sebelah namun dapat memukul bola dengan baik. Ada orang yang kakinya kecil namun bisa menjadi atlit renang yang sangat baik. Sepulang dari menonton, saya merefleksikan apa yang terjadi. Dalam refleksi saya menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun janganlah kita terus berfokus pada kelemahan kita, melainkan marilah kita mengembangkan kelebihan dan talenta yang Tuhan sudah beri untuk kemuliaan Dia. Pada saat menonton Asian Para Games, saya justru tidak berfokus pada kelemahan mereka, tetapi lebih kepada kelebihan yang sudah Tuhan berikan.
Jika kita membaca Keluaran 4:10- 17, kita akan melihat dialog antara Musa dengan Tuhan. Konteks pasal 3 dan pasal 4, berbicara tentang panggilan Tuhan bagi Musa. Pada saat pemanggilan itu, ada banyak dialog antara Tuhan dengan Musa. Pasal 4:10-17 adalah bagian terakhir dari dialog tersebut. Musa berusaha menolak panggilan dari Tuhan dengan menyatakan kelemahan yang dimilikinya. Musa sadar bahwa dirinya berat mulut dan berat lidah. Musa tidak pandai berbicara, padahal sebagai seorang pemimpin, berbicara di depan banyak orang adalah hal yang sangat penting. Musa menyadari kelemahannya. Tetapi jika kita melihat secara utuh, kita akan melihat jawaban Tuhan begitu unik. Tuhan paham bahwa Musa punya kelemahan. Tuhan paham bahwa Musa tak pandai berbicara. Namun Tuhan tidak berfokus pada kelemahan Musa. Tuhan menjawab bahwa Tuhanlah yang menciptakan lidah maka dari itu Tuhan sendirilah yang akan memimpin Musa berkata-kata di depan umat. Bahkan ketika Musa masih mencoba menolak hal itu, Tuhan memberikan solusi dengan mengirimkan Harun kakaknya, yang akan berbicara bagi dia jika memang Musa sulit untuk berbicara. Perhatikanlah dengan baik. Musa fokus pada kelemahannya, tetapi Tuhan fokus pada panggilan-Nya. Sekali Tuhan memanggil, Tuhan sendiri yang akan memperlengkapi seseorang untuk menjalani panggilan tersebut.
Musa memang sangat baik dalam mengenali kelemahannya. Namun Musa hanya fokus pada kelemahannya, dia lupa bahwa dia memiliki banyak kelebihan. Apa saja kelebihan Musa? Tuhan tidak main-main mempersiapkan Musa untuk menjadi pemimpin Israel. Selama 40 tahun pertama, Musa dididik dengan hikmat Mesir. Pada saat itu Israel adalah bangsa budak, sehingga tidak ada satupun orang yang terdidik. Hanya Musa yang dididik dengan hikmat yang luar biasa. Bukan hanya itu, selama 40 tahun kedua dalam fase hidup Musa, dia adalah seorang gembala kambing domba. Artinya, Tuhan sudah mempersiapkan dia menjadi seorang gembala dan pemimpin. Bedanya sekarang adalah bukan menjadi gembala domba melainkan gembala manusia. Lihat, bukankah Tuhan sudah mempersiapkan Musa dengan begitu hebat? Namun sayangnya Musa hanya fokus pada kelemahannya.
Baru-baru ini ada satu film yang sangat viral di seluruh dunia, yaitu Avengers: Endgame. Film ini mengisahkan tentang para superhero yang berusaha menyelamatkan dunia dari kejahatan. Tentu saja film ini hanyalah fiktif belaka. Tetapi jika kita mau mencermati film ini, kita akan menyadari satu hal yang penting. Setiap superhero memiliki kekuatan dan kelebihan masing-masing. Ada yang tenaganya super, ada yang pandai dengan teknologi dan sebagainya. Namun, jika kita melihat lebih seksama, mereka semua punya kelemahan masing-masing. Hulk dengan emosinya yang tidak terkontrol, Kapten Amerika yang tak bisa apa-apa tanpa perisainya, Iron Man yang tak berdaya tanpa teknologinya dan sebagainya. Sekalipun ini hanya cerita fiktif, tetapi pembuat film ini menyadari bahwa setiap orang punya kelemahan dan kelebihan. Satu hal yang penting, jangan fokus pada kelemahan, melainkan pada kelebihan yang sudah kita terima, sehingga kita bisa efektif bagi dunia ini.
Kita semua punya kelemahan dan kelebihan. Saya punya. Dirimu pun juga pasti punya. Kita harus meneladani Musa dan para superhero ini yang mengenal diri mereka dengan baik. Mereka kenal kelemahannya masing-masing. Itu penting. Kita perlu tahu apa kelemahan kita sehingga kita bisa mengantisipasinya dengan baik. Namun janganlah terlalu fokus pada kelemahan kita. Kita harus lebih fokus pada kelebihan yang kita punya. Kita harus sadar bahwa Tuhan sudah menciptakan kita dengan amat baik dan dengan kelebihan-kelebihan tertentu. Sekarang tugas kita adalah memaksimalkan apa yang Tuhan sudah beri dan mengembangkan itu untuk panggilan yang memang Tuhan sudah sediakan bagi kita. Kita kerjakan dengan sungguh-sungguh. Jangan bermalas-malasan. Kita bukan hanya harus mengenal diri kita dengan baik, tetapi kita juga harus kenal Tuhan sehingga kita tahu panggilan apa yang Tuhan sediakan bagi kita. Coba kita renungkan, mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan kelemahan dan kelebihan? Saya pikir ada beberapa alasan. Pertama agar manusia tidak sombong. Jika manusia memiliki kemampuan semuanya, pasti dia akan menjadi makhluk yang sombong. Kedua agar kita fokus pada panggilan kita di bidang masing-masing. Bayangkan jika kita bisa melakukan semua hal, tentu yang kita kerjakan tidak akan fokus pada satu bidang. Ketiga agar kita sebagai satu tubuh Kristus bisa saling membantu. Kita ini keluarga dalam Tuhan yang seharusnya saling tolong-menolong. Keempat adalah agar kita bersandar pada Tuhan dalam kelemahan kita. Kita masih butuh Tuhan dalam menjalani hidup ini.
Para pembaca yang kukasihi, kelebihan apa yang Tuhan sudah beri pada dirimu? Talenta apa yang Tuhan sudah anugerahkan kepadamu? Sudahkah kita memaksimalkannya untuk Tuhan? Mari kita belajar bersama-sama untuk mengembangkan seluruh talenta yang sudah Tuhan anugerahkan, agar kita dapat memuliakan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Ingat, kenal diri, kenal Tuhan, kenal panggilan-Nya. Kiranya kita menjadi orang-orang yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Sehingga kelak ketika Tuhan memanggil kita, Dia akan berkata: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Mat 25:21). Tuhan Yesus memberkati.