William Tyndale - memberikan Alkitab bahasa Inggris yang pertama kepada kita.
Seorang berkebangsaan Inggris, William Tyndale menghadapi sebuah masalah dimana ia tinggal di sebuah bangsa yang memiliki sedikit mesin pencetak, dan mereka yang memiliki percetakan, memproduksi buku-buku dengan kualitas yang rendah. Tidak hanya buku-buku dari Martin Luther (yang membela Alkitab sebagai sumber di mana seluruh orang Kristen harus berbalik kepada kebenaran) dilarang di negaranya pada awal abad keenam belas, tetapi merupakan ilegal untuk seseorang menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris pada masa itu.
William Tyndale, bagaimanapun, merasa terdesak untuk melakukan hal itu dan ia telah mempelajari bahasa Yunani dan Latin, juga telah membaca Kitab Suci-nya. Tyndale seorang pastor yang sangat kritis di dalam pemikiran, terutama karena "para pendeta di negara tersebut tidak terdidik" dan tidak dapat mengajarkan Alkitab kepada orang-orang awam. Ia sangat percaya bahwa orang-orang harus dapat melihat "proses, perintah, dan arti" dari Alkitab bagi mereka sendiri.
Oleh sebab itu, Tyndale meninggalkan Inggris dan pergi ke Jerman pada tahun 1524. Ia mengatakan kepada seorang yang berpendidikan ketika berangkat, "Jika Allah masih membiarkan saya hidup, saya akan mendidik seorang anak kecil yang menarik bajak bertahun-tahun agar mengetahui Alkitab lebih dari Anda".
Di Colgne tahun berikutnya, Tyndale mulai mencetak hasil terjemahan Alkitab Perjanjian Baru-nya ke dalam bahasa Inggris. Ia dihentikan oleh para petinggi agama dan lari ke Worms, pada tahun 1526. Ia menyelesaikan cetakan Alkitab Perjanjian Baru-nya yang manis dalam ukuran saku, cetakan yang banyak dibaca orang. Buku Alkitab tersebut menjadi sangat terkenal dalam waktu singkat dan diselundupkan dalam jumlah besar ke Inggris. Untuk pertama kalinya, orang-orang membaca kata-kata dari Firman Allah, yang sejak itu menjadi terkenal di kalangan pembaca Kristen yang berbahasa Inggris: "sebuah kota yang ada di atas bukit tidak dapat disembunyikan ... Tidak ada orang yang dapat mengabdi kepada dua tuan ... Minta, dan itu akan diberikan kepadamu. Carilah dan kamu akan menemukan. Ketuklah dan itu akan dibukakan kepadamu".
Gereja Roma Katolik di Inggris merasa sangat terancam dengan terjemahan Alkitab Perjanjian Baru Tyndale tersebut dimana sebuah perburuan terhadap kaum bidat saat itu dilakukan di Inggris pada tahun 1528. Orang-orang Roma Katolik merasa bahwa Alkitab Perjanjian Baru mewakili Protestanisme secara keseluruhan, dan mereka pindah cepat sekali dalam usaha mereka menghancurkan gelombang yang tumbuh tersebut.
Thomas More memimpin debat, menyatakan bahwa pengertian atas Kitab Suci merupakan milik Paus dan hierarki Gereja sendiri dan orang-orang biasa tidak mampu untuk mengerti Alkitab tanpa bimbingan dari Gereja.
Para pejabat gereja dikirim untuk mencari William Tyndale. Mereka berhadapan dengan Tyndale, yang ditangkap dan dipenjarakan di Brussels pada tahun 1535. Setelah enam belas bulan di penjara, ia secara resmi dihukum atas tindakan yang dianggap bidat saat itu dan diikat serta dibakar pada sebuah tonggak kayu. Sebelum kematiannya, William Tyndale telah belajar bahasa Ibrani ketika di Jerman, dan ia telah menterjemahkan dan mencetak lima Kitab Musa, lima kitab pertama dalam Alkitab Perjanjian Lama ke dalam bahasa Inggris.
Tokoh lainnya melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan Tyndale, Alkitab secara lengkap dalam bahasa Inggris yang pertama diproduksi pada tahun 1535, ketika Tyndale masih berada di dalam penjara, sehingga sembilan persepuluh dari versi resmi Alkitab Perjanjian Baru merupakan karya Tyndale, juga setengah pertama dari Alkitab Perjanjian Lama. William Tyndale melakukan apapun yang diperlukan untuk menyebarkan kebenaran Allah kepada sebanyak-banyaknya orang.
(Sumber: buku "You Can Be A World Changer 101 Stories of People Who Made A Difference ... And You Can Too!)