Dalam Yohanes 15:9-17, ketika akan meninggalkan murid murid-Nya di dunia, Yesus memberikan pesan atau perintah terakhir untuk tinggal di dalam kasih-Nya, untuk memiliki dan menghidupi kasih-Nya.
Tujuan Yesus memberikan pesan ini adalah agar para pengikut-Nya bersukacita, agar sukacita yang Yesus miliki bersama Bapa juga menjadi milik pengikut-Nya. Sukacita itu dapat dimiliki dalam kesetiaan menjawab kasih Yesus, dengan mengikuti perintah perintah-Nya.
Dalam Yohanes 15:14, Tuhan Yesus berkata, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu”. Apakah perintah atau warisan yang Tuhan Yesus berikan kepada umat-Nya? Itu adalah perintah untuk saling mengasihi. Inilah warisan yang indah, yaitu kasih yang meluap. Kasih adalah segalanya bagi pengikut Kristus. Yesus mengharapkan dan meminta, agar umat-Nya menghayati dan melaksanakan perintah kasih-Nya ini dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan dalam 1Yohanes 5:1-2, dikatakan bahwa iman yang sejati atau ketaatan kepada Bapa adalah sikap mengasihi sesama anak-anak Allah. Iman inilah yang mengalahkan dunia, yaitu mengasihi Tuhan serta mewujudkan kasih kepada sesama.
Bagi Yesus:
- kesibukan utama seorang Kristen adalah meluapkan kasih
- komitmen terpenting adalah melakukan kasih.
- bisnis utama-Nya adalah mewujudkan kasih.
- resep utama kehidupan adalah dalam kasih.
- tanpa kasih, maka hidup pengikut-Nya adalah neraka.
Dalam suratnya, Yohanes dengan tegas menyatakan, bukti bahwa kita mengasihi Allah ialah bila kita mengasihi sesama kita. Kita mudah berkhayal bahwa kita mengasihi Allah, padahal sebenarnya tidak. Kasih kepada sesama, yang dapat kita raba dan kita lihat, merupakan tanda dan bukti kasih kita kepada Allah. "Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita" (1Yoh 4:12).
Lebih lanjut Yohanes mengatakan, bahwa tak mungkin kita dapat mengasihi Allah namun tidak mengasihi saudara kita, atau bahkan membencinya. Kebencian kepada seorang saudara merupakan bukti yang nyata, bahwa kasih Allah tidak ada dalam dirinya. “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, maka tidak mungkin ia mengasihi Allah yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” (1Yoh. 4:20-21).
Jika Anda telah mendapatkan keselamatan karena pengorbanan Kristus, karena nyawa Kristus, darah Kristus, apa yang harus dilakukan? Dalam 1Yohanes 3:16, setelah Yesus memberikan nyawa-Nya, yaitu sesuatu yang berharga, bernilai, agung, terbaik, maka Anda juga harus memberikan nyawa Anda bagi sesama, artinya memberikan yang terbaik, bernilai, agung bagi sesama yang telah Tuhan tempatkan di depan, di sisi, di sekitar Anda, serta di dunia ini, tanpa pilih-pilih (Wesley).
Menurut seorang teolog, menerapkan kasih dalam persekutuan meliputi:
1. Mengasihi musuh (Mat. 5:43-48).
Entah kita sadari entah tidak, entah jelas entah samar-samar, entah langsung entah tidak, kemungkinan besar kita memiliki musuh. Kita ditantang untuk mengasihinya. Yesus sendiri yang menantang kita untuk berani, tulus ikhlas, dan rendah hati untuk mencintai musuh. Sulit dilakukan, tapi inilah tantangan Yesus. Minimal mari doakan musuh kita, maka benih mengasihi musuh akan tumbuh.
2. Kasih yang tidak menghakimi (Mat. 7:1-5).
Ini juga tidak mudah. Kecenderungan kita adalah menilai orang lain, mengultimatum, bahkan memvonis seseorang. Dengan mudah kita memberi cap, bahkan tanpa dasar dan alasan. Ada pepatah jawa: “Mbok ngilo githomu dhewe!” Ngilo artinya berkaca/bercermin. Githok artinya punggung. Bisa nggak? Nggak bisa. Inilah kita, ingin mengarahkan orang lain, mengubah orang lain, merasa diri paling baik. Punggung sendiri ‘aja nggak bisa dilihat, mau lihat punggung orang lain. Payah deh!
3. Kasih yang mengampuni (Mat. 18:21-35).
Mengampuni dan diampuni adalah kekuatan yang memerdekakan dan membahagiakan. Yesus menantang Petrus untuk mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali, pengampunan tanpa batas. Jika kita mengampuni orang lain, maka Bapa pun akan mengampuni. Sujud dalam kerelaan mengampuni berarti sujud kepada Bapa atas segala kesalahan sendiri. Mengampuni orang lain berarti mengampuni diri sendiri. Semakin tidak bisa mengampuni, maka kita pun akan semakin terjerat dalam rasa dendam dan benci.
“Penyakit yang paling menakutkan bukanlah TBC atau lepra, melainkan perasaan tidak dikehendaki, tidak dicintai, dan tidak dipedulikan. Kita dapat mengobati penyakit fisik dengan obat-obatan, tetapi satu-satunya obat untuk kesepian, keputusasaan, dan hilangnya harapan adalah kasih. Banyak orang di dunia ini yang mati karena kurang makan, tetapi lebih banyak lagi karena haus akan kasih sayang” (Bunda Teresa). “Dengan cinta, onak dan duri menjadi bunga mawar. Dengan kasih, cuka yang asam menjadi semanis anggur.
"Dengan cinta, penjara serasa bagai setangkai mawar. Dengan kasih, seserpih debu bagai sebuah taman. Dengan cinta, api berkobar ibarat sinar segar. Dengan kasih, setan pun menjadi malaikat. Dengan cinta, batu keras menjadi selembut keju. Dengan kasih, dukacita berubah menjadi ceria” (Mathnawi Rumi).
Tepat apa yang dikatakan Bunda Teresa yang mengatakan, “Jika kasih bertakhta, apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jika ada kasih, maka akan ada keajaiban-keajaiban yang terjadi dan akan dialami.”
Itu sebabnya, marilah setiap pagi kita berlutut dan berdoa, “Tuhan entah apapun yang aku selesaikan hari ini, aku ingin memastikan bahwa aku memberi waktu untuk mengasihi-Mu dan orang lain.” Kiranya kita tidak membuang kesempatan untuk berbuat kasih hari ini. Sekarang mari menerapkan kasih, jangan ditunda. Sekaranglah waktu terbaik untuk menerapkan kasih. Kenapa? Sebab kita tidak tahu berapa lama kita akan mempunyai kesempatan itu. Kita tidak tahu sampai kapan kita hidup. Itu adalah warisan yang berharga, bukan hanya untuk hidup yang akan datang, tapi juga untuk kehidupan masa kini, karena kasih itu kekal dan abadi.
Kasih yang dimaksud di sini persis sama dengan kasih seorang ibu yang digambarkan dalam lagu ini:
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia.
Mulai hari ini berdoalah demikian:
Tuhan, hidupkanlah gereja-Mu
Tetapi mulailah dengan diriku
Tuhan, bangunkanlah jemaat-Mu
Tetapi mulailah dengan diriku
Tuhan, turunkanlah damai-Mu Ke atas seluruh muka bumi
Tetapi mulailah dengan diriku
Tuhan, tunjukkanlah cinta dan kebenaran-Mu
Tetapi mulailah dengan diriku.