Pendahuluan
Dalam beberapa bulan terakhir ini, penyakit demam berdarah sempat menjadi salah satu trending topic menarik di berbagai medsos. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dan menular melalui vektor nyamuk betina Aedes aegypti. Data dari Kemenkes per tanggal 6 Maret 2019, menunjukkan adanya 34.422 kasus yang terjadi pada 459 kabupaten di seluruh Indonesia dan 8 kabupaten di antaranya dinyatakan sebagai daerah dengan kejadian luar biasa (KLB), yaitu Ponorogo, Manggarai Barat, Biak, Kapuas, Paser, Lampung Utara, Puang Pisau, dan kota Manado. Angka kematian per tanggal 6 maret 2019 ini sudah mencapai 286 kasus.
Penyakit DBD bukan hanya masalah di Indonesia tetapi juga masalah dunia karena diperkirakan 50 juta kasus per tahun dan penyebarannya meliputi 100 negara di wilayah tropis dan subtropis. Adanya perpindahan manusia secara cepat dari satu daerah ke daerah lainnya mempermudah penyebaran penyakit ini terutama dalam 50 tahun terakhir. Untuk itulah, kita perlu mengenali lebih lanjut sifat dari virus penyebab, cara penularannya, gejala penyakit yang harus diwaspadai, dan yang paling penting adalah bagaimana mencegah penularan penyakit ini.
Virus Penyebab Penyakit DBD
Penyakit DBD adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan diketahui ada 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN4. Virus ini dibawa oleh vektor nyamuk betina Aedes aegypti dan menular melalui gigitan nyamuk betina dari satu penderita ke penderita lainnya. Virus ini termasuk genus Flavivirus dalam famili Flaviviridae dan merupakan virus RNA, untai tunggal (single stranded).
Virus ini beredar dalam darah pada masa akut dan jumlahnya dalam darah berhubungan dengan berat gejala klinis penderita. Beberapa waktu lalu, sempat beredar berita di medsos terkait adanya kemungkinan virus Dengue telah mengalami mutasi dan terjadi peningkatan virulensi menjadi lebih ganas dan mematikan. Berita ini kemudian diklarifikasi oleh R. Tedjo Sasmono, seorang peneliti senior di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, semua jenis virus RNA cepat mengalami mutasi tetapi tidak semua mutasi yang terjadi akan meningkatkan virulensi dari virus ini. Virus harus hidup di dalam sel inangnya jadi virus harus mengatur virulensinya agar tidak membunuh sel inang yang digunakannya untuk bertahan hidup. Berdasarkan hasil pemeriksaan selama ini, belum ditemukan adanya jenis serotipe virus Dengue lain dari yang telah ada sebelumnya. Adanya kejadian penyakit demam berdarah Dengue dengan akibat klinis yang berat kemungkinan disebabkan oleh faktor risiko yang dimiliki oleh penderita. Berdasarkan penelitian epidemiologi, penderita dengan usia muda, jenis kelamin perempuan, memiliki indeks massa tubuh yang tinggi, jenis serotipe virus, infeksi sekunder dari serotipe virus Dengue yang berbeda dan reaksi imunitas penderita merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit DBD yang berat.
Gejala Klinis Penyakit DBD
Masa inkubasi infeksi DBD berkisar 3-7 hari dengan gejala klinis akut yang diikuti dalam 3 fase yaitu fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan spontan. Fase demam timbul pertama kali dengan karakteristik demam tinggi (>38,5o C), sakit kepala, mual muntah, pegal linu, nyeri ulu hati disertai adanya bercak kemerahan, bercak halus perdarahan atau petekie dan pembesaran hati. Pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya penurunan jumlah sel darah trombosit (trombositopenia) dan sel darah putih (leukopenia) disertai adanya peningkatan enzim hati (SGOT dan SGPT). Fase ini akan berlangsung 3-7 hari dan umumnya penderita akan sembuh tanpa komplikasi.
Fase berikutnya adalah fase kritis. Pada sebagian kecil penderita terutama pada penderita anak dan dewasa muda, ditemukan adanya gejala sindrom akibat kebocoran plasma sistemik seperti terjadi kekentalan darah (hemokonsentrasi), hypoproteinemia (kekurangan protein darah), efusi pleura (adanya cairan dalam selubung paru), dan asites (cairan dalam rongga perut). Pada fase ini, dapat terjadi syok pada penderita yang terlihat “seperti baik” karena itu memerlukan pengawasan ketat.
Tekanan darah dapat turun mendadak dan berakibat fatal. Waktu transisi dari fase demam ke fase kritis terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7 dari awal sakit, masa krusial untuk melakukan pengawasan ketat terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran plasma yang masif. Tanda-tanda memburuknya keadaan adalah muntah masif, nyeri perut hebat, pembesaran hati, penurunan jumlah trombosit, tanda-tanda perdarahan diikuti dengan kegagalan fungsi hati, jantung dan otak. Fase selanjutnya adalah fase penyembuhan spontan. Fase ini terjadi 48-72 jam setelah fase kebocoran plasma dan diikuti dengan perbaikan gejala klinis secara cepat. Bercak kemerahan mungkin masih timbul dan biasanya masih terdapat rasa cepat lelah sampai beberapa minggu setelah sembuh. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosis penyakit DBD ini. Pemeriksaan ditujukan untuk mendeteksi adanya komponen virus Dengue dalam darah atau secara tidak langsung melalui antibodi tubuh terhadap virus ini.
Sensitivitas setiap pemeriksaan tergantung dari lama sakit penderita saat dilakukan pemeriksaan. Contohnya, bila pada fase demam yaitu fase dimana virus ini beredar dalam darah , dapat dilakukan pemeriksaan deteksi virus secara molekuler dengan RT-PCR atau yang banyak dilakukan adalah dengan pemeriksaan NS1 (Non Structural Proteinvirus Dengue).
Sensitivitas pemeriksaan NS1 baik dan tinggi mencapai 90% pada kasus infeksi primer dan menurun sedikit pada kasus infeksi sekunder yaitu 60-80%. Bila demam sudah memasuki hari ke-4 atau lebih maka pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) dan IgG terhadap virus Dengue.
Pencegahan Penyakit DBD
Nyamuk Aedes aegypti biasanya menggigit pada pagi hari pukul 09.00 -10.00 dan sore hari pada pukul 16.00-17.00, senang beristirahat pada pakaian bekas pakai yang tergantung karena menyukai aroma keringat manusia. Pencegahan penyakit DBD harus dilakukan melalui perilaku hidup sehat dan bersih yaitu:
1. Pemberantasan sarang nyamuk dan jentik seminggu sekali dengan kegiatan 3M, yaitu menutup wadah penampung air, menguras bak mandi atau penampung air dan mengubur benda-benda yang sudah tidak terpakai sehingga lingkungan rumah dan sekitarnya bersih.
2. Makan makanan yang bergizi agar daya tahan tubuh menjadi optimal.
Saat ini pelaksanaan imunisasi Dengue masih ditunda sampai ada pengumunan lebih lanjut dari Kemenkes. Ikatan Dokter Anak Indonesia pada bulan Desember 2017 menginstruksikan untuk menangguhkan pemberian vaksin Dengue karena ditemukan efek yang tidak diharapkan. Analisis saat ini, vaksin Dengue bekerja baik pada penderita yang pernah terjangkit DBD sebaliknya pada orang yang belum pernah menderita DBD malah akan memicu penyakit DBD yang lebih parah. Mari kita lakukan perilaku hidup sehat dan bersih untuk atasi DBD.
Penulis adalah dosen dan peneliti di Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)