GKI Gading Serpong mengadakan ibadah Natal dalam tiga kali kebaktian, pukul 08.00, 11.30, dan 17.00 WIB, pada Rabu, 25 Desember 2024. Majelis jemaat, seluruh tim yang bertugas dan Pdt. Erma Primastuti Kristiyono telah siap satu jam sebelum acara dimulai. Semua terlihat penuh sukacita untuk melayani ibadah Natal, yang dilaksanakan di lantai 6 Aula SMAK Penabur Gading Serpong, Jl. Kelapa Gading Barat, Pakulonan Barat, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten.
Ibadah diawali doa pribadi, diiringi alunan musik nan syahdu. Setelah berdoa, Pnt. Maya dan Pnt. Kornelius, yang bertugas sebagai pembawa acara, mengajak jemaat menyanyikan lagu KJ 119:1, 2, 4, “Hai Dunia Gembiralah”, dilanjutkan PKJ 233, “Imanuel, Imanuel”. Persembahan kidung Natal dinyanyikan anak-anak sekolah Minggu dan para oma usia indah. KJ 101: 1-3 “Alam Raya Berkumandang” menutup pujian, sebelum pembacaan dan pemberitaan firman Tuhan.
Firman Tuhan diambil dari Yohanes 1:1-14. Sebelum berkhotbah, Pdt. Erma mengajak anak-anak sekolah Minggu menyanyikan lagu “Kudaki-daki Gunung yang Tinggi”. Lagu ini mengingatkan anak-anak sedari kecil akan penyertaan Tuhan. Ia selalu hadir dalam hidup kita, baik suka maupun duka. Dahulu, manusia jauh dari Allah, karena Allah itu transenden, sulit digapai. Manusia tidak bisa menghadap Allah sembarangan, apalagi masuk ke dalam ruang mahakudus. Yang bisa dan boleh masuk hanyalah imam. Namun kini, Allah tidak lagi jauh, karena firman yang adalah logos telah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, ada bersama-sama manusia, bahkan tinggal di antara manusia. Seperti tertulis dalam Filipi 2:7, “Melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.
Pdt. Erma mengatakan, manusia berlumuran dosa dan degil hati. Hal ini terlihat dari keseharian kita ketika melakukan hal-hal yang menyakiti hati Tuhan. Allah mungkin saja melakukan tiga hal saat menghadapi manusia. Pertama, Allah lepas tangan, membiarkan, dan masa bodoh dengan hidup manusia yang terus jatuh ke dalam dosa. Kedua, Allah gatal tangan, murka, dan tidak sabar kepada manusia yang penuh dosa. Ketiga, Allah angkat tangan, kewalahan dengan manusia yang bebal dalam hidupnya, dan putus asa melihat pemberontakan dunia.
Namun, Allah tidak melakukan itu semua, melainkan memilih turun tangan. Sesungguhnya manusia tidak layak mendapatkan pengampunan dosa, dan pantas mendapatkan hukuman, tetapi Allah turun tangan untuk menanggung dosa-dosa manusia. Ibrani 1:2 menegaskan, Allah tidak lagi berbicara dengan perantaraan nabi-nabi, melainkan mengutus Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, Sang Firman yang hidup, seperti yang dapat kita baca dalam Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Firman yang adalah logos dalam diri Yesus Kristus sudah ada sejak semula, berkarya sejak penciptaan, dan kemudian turun ke dalam dunia, untuk membangun relasi dengan manusia. Allah yang berkarya saat penciptaan adalah Dia, yang juga berkarya untuk menyelamatkan manusia.
Yohanes 1:4-5 menyatakan, Yesus adalah Sang Terang. Di dalam kekristenan, terang melambangkan kehidupan yang penuh damai sejahtera, sukacita, pengharapan. Gelap melambangkan kesuraman, kekejaman, kesedihan, dan ketidakadilan. Yohanes mengatakan, Sang Firman itu hadir di tengah dunia untuk menjadi terang, maksudnya kehadiran Yesus membawa damai sejahtera, menghapus segala kegelisahan dan ketakutan dalam kehidupan kita, serta menghadirkan harapan, sukacita, dan keberanian bagi umat manusia.
Dalam Ibrani, Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah. Artinya, Yesus memancarkan terang kasih Allah, dan menjadi gambar atau wujud nyata dari Allah, yang dapat dilihat dan dijumpai manusia. Yesus, Sang Terang itu menjadi manusia, dan diam di antara kita, untuk membawa manusia keluar dari kegelapan dunia. Namun ironisnya, dunia menolak Dia. Ada tiga tipe orang yang menolak Yesus. Pertama, orang yang menolak karena dia tidak mengenal siapa Tuhan. Kedua, orang yang tahu Tuhan, tetapi memilih untuk menolak kehadiran-Nya, terlanjur terjerat oleh kenikmatan dunia, hidup enak dalam segala gemerlap dunia, sehingga tidak mau menerima Tuhan di dalam hidupnya. Ketiga, orang-orang yang telah percaya, dan menerima Sang Firman yang telah menjadi manusia (Yohanes 1:12). Orang-orang ini disebut anak-anak Allah dan akan diberikan kuasa untuk menjadi anak Allah.
Kuasa berasal dari bahasa Yunani exousia, artinya suatu daya atau kemampuan yang mengubahkan atau membawa perubahan. Orang-orang percaya yang menerima kuasa, seharusnya mampu mengubah hidup yang semula dalam kegelapan dan berseteru dengan Allah, menjadi hidup dalam terang. Sebagai anak-anak terang, apakah kita telah bersikap sesuai dengan kehendak-Nya? Kuasa yang kita terima, hendaknya juga membawa perubahan di tengah-tengah dunia. Hal ini tercermin dari gaya hidup, perkataan, dan pikiran kita. Ketika kita menjadi anak Allah, kita harus merespons dengan kesediaan untuk berubah. Jika semula apatis, egois, dan sombong, kini berubah menjadi pribadi yang tidak lagi memikirkan diri sendiri dan rendah hati. Sama seperti Sang Firman yang sudah hadir di tengah dunia ini, penuh kasih dan solidaritas, hendaknya kita melakukan hal yang sama dan hidup seturut kehendak-Nya.
Roma 12:2 mengatakan, “Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna”. Natal mengingatkan kita akan kasih Allah kepada anak-anak yang dikasihi-Nya. Sebagai anak Allah, kita diutus untuk berubah agar tidak lagi menjadi serupa dengan dunia ini. Hiduplah seturut Sang Firman, melakukan perbuatan baik, di mana pun kita berada, seperti lilin yang mau berkorban dan memancarkan sinar penerang bagi orang-orang di sekitarnya.
Natal juga mengingatkan kita, Yesus Kristus yang adalah Sang Firman dekat dengan kita, tinggal bersama-sama dengan kita. Dia turut berkarya dan berjuang dalam setiap musim kehidupan kita. Inilah bentuk kepedulian dan solidaritas Allah bagi kita semua. Ketika Allah peduli, apalagi yang kita takutkan dan khawatirkan di dunia ini? Bersama Allah, semuanya cukup. Allah tidak pernah meninggalkan kita. Allah bersama dengan kita.
Khotbah diakhiri dengan menyanyikan lagu “Raja Damai Lahir”, yang merupakan lagu tema masa raya Natal GKI SW Jabar 2024. Ibadah kemudian ditutup dengan lagu “Feliz Navidad”. Jemaat saling bersalaman, mengucapkan selamat Natal 2024, sambil meninggalkan ruangan ibadah.