Betapa sulitnya pikiran-Mu bagiku, ya Allah, dan betapa banyak jumlahnya! Mazmur 139:17 (BIS)
Suatu hari seorang remaja bertanya kepada saya, “Kak, mengapa pikiran Tuhan itu sulit ditebak?” Pertanyaan ini lahir dari sebuah kegelisahan seorang anak muda yang suka berefleksi dan berpikir tentang kehidupan. Dia melihat, sering kali Tuhan itu bertindak di luar akal manusia. Sebagai contoh, mengapa Tuhan mengizinkan pandemi hadir, dan secara khusus juga merenggut nyawa orang yang mencintai Tuhan, serta menyulitkan jutaan orang? Terlihat juga Tuhan mengizinkan peperangan terjadi, sampai merenggut nyawa orang yang tak bersalah. Dan masih banyak lagi hal-hal yang tidak dapat dipahami dan dipikirkan manusia.
Memang menarik untuk mencoba memahami tindakan Tuhan. Jika kita melihat di dalam Alkitab pun, ada begitu banyak contoh yang membuat kita juga menjadi bingung. Pada saat Hawa digoda oleh ular, mengapa Tuhan tidak hadir untuk menegur, tetapi ketika Kain dalam amarahnya yang tinggi, Tuhan hadir untuk mengingatkan, agar tidak jatuh dalam dosa. Musa, orang yang paling berjasa dalam peristiwa keluarnya Israel dari tanah perbudakan menuju tanah perjanjian, karena satu kesalahan tetap tidak diizinkan masuk ke tanah perjanjian. Saul dalam kesalahannya, yang sebenarnya justru dilakukan dalam maksud baik, justru dilengserkan dari kursi raja; sedangkan Daud yang melakukan dosa yang lebih keji dibanding Saul, justru mendapatkan pengampunan. Petrus yang menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, mendapatkan pengampunan, sedangkan Ananias dan Safira yang berbohong justru mendapatkan kematian yang tragis. Jika kita menyebutkan lagi, maka akan ada banyak perbandingan di sana. Hal ini membawa kita kepada sebuah perenungan, bahwa betapa sulitnya memahami pikiran Allah.
"Dunia ini tidak aman, tetapi di dalam pelukan Allah, kita akan mendapatkan kekuatan dan penghiburan. Bahkan ketika ada badai sekalipun, kasih Tuhan akan “ memeluk dan melindungi."
Daud adalah seorang tokoh Alkitab yang diberi julukan sebagai orang yang berkenan kepada Allah (the man after God’s own heart). Sebagai tokoh iman yang dinyatakan sangat dekat dengan Allah, bahkan dari garis keturunannya Yesus Kristus dilahirkan, memberikan sebuah pernyataan yang menarik. Daud menyatakan betapa sulitnya untuk memahami pikiran Allah! (Mzm. 139:17). Perkataan itu hadir dalam sebuah konteks perenungan Daud, di mana dia menyadari, bahwa karya Tuhan itu besar dan banyak sekali, bahkan mengenal Daud sampai ke kedalaman. Namun ketika menyelami pikiran Tuhan, Daud tetap tak mampu memahaminya, padahal dia adalah orang yang sangat dekat dengan Allah. Memang jika kita dapat memahami Allah sepenuhnya, sesungguhnya Dia bukan Allah. Justru karena Dia adalah Allah, maka pikiran Dia sulit untuk dipahami oleh manusia. Manusia itu terbatas dalam hal pemikiran, hikmat dan kebijaksanaan. Tetapi Tuhan itu adalah Allah yang Mahatahu, Mahabijak, Mahaadil, Mahakuasa. Tentunya pikiran kita tidak mungkin mampu memahami seutuhnya pemikiran Allah. Lalu bagaimana kita dapat belajar mengenal dan menyelami pikiran Allah?
Mengapa Tuhan mengizinkan pandemi hadir, dan secara khusus juga merenggut nyawa orang yang mencintai Tuhan, serta menyulitkan jutaan orang?
Pertama adalah tetap belajar mengenal Allah. Daud, sekalipun menulis bahwa dia tidak dapat memahami pikiran Allah, namun hal itu tidak membuatnya menjauh dari Allah. Justru Daud semakin mendekatkan diri pada Allah. Ketika Daud semakin mengenal Allah, Daud semakin mengetahui, bahwa Allah yang Dia sembah sungguh-sungguh adalah Allah yang berdaulat. Semakin mengenal Allah, semakin kita memahami kualitas diri Allah. Kita harus mengetahui, bahwa dalam diri Allah tidak ada keburukan. Allah adalah pribadi yang Mahakasih, Mahaadil, Mahatahu, Mahabijak dan Mahakuasa. Hal ini menjadi penghiburan bagi kita. Mengapa? Karena dengan kualitas Allah yang demikian, tentunya apa pun yang dilakukan Allah adalah sesuatu yang baik bagi manusia. Setiap tindakan yang Allah ambil merupakan hasil keputusan yang dipikirkan dengan matang, saksama, dan penuh maksud baik. Jika demikian, tentunya hidup kita menjadi aman.
Allah tidak membiarkan dosa itu merusak seluruhnya, dan Allah memberikan jalan keluar,
Kedua adalah belajar menyerahkan hidup kepada Allah. Kita perlu sadar, bahwa secara ideal Allah menginginkan dunia itu baik. Tetapi dosa telah merusak dunia. Sekalipun demikian, Allah tidak membiarkan dosa itu merusak seluruhnya, dan Allah memberikan jalan keluar, yaitu dengan menyerahkan diriNya menjadi korban penebusan. Jika Allah saja rela untuk menjadi manusia demi menyelamatkan Allah tidak membiarkan dosa itu merusak seluruhnya, dan Allah memberikan jalan keluar, kita, tentu hal baik lain pun akan diberikan kepada kita. Hal ini menjadi sebuah penghiburan dan kekuatan, bahwa Allah ada di pihak kita. Kita perlu belajar untuk menyerahkan dan menggantungkan hidup kita kepada Dia. Dunia ini tidak aman, tetapi di dalam pelukan Allah, kita akan mendapatkan kekuatan dan penghiburan. Bahkan ketika ada badai sekalipun, kasih Tuhan akan memeluk dan melindungi.
Jadi apakah Tuhan sulit dipahami? Betul. Pikiran-Nya melampaui pola pikir manusia. Tetapi respons kita seharusnya tidak menjauh dariNya, melainkan mendekatkan diri kepada-Nya. Dia bukan Allah yang jahat. Dia adalah Allah yang baik. Pengenalan kita akan Allah semakin membuat kita menyadari, bahwa sekalipun dunia ini penuh dengan tantangan, kita berada di tempat yang aman.
Ada sebuah teks lagu yang sangat indah, kiranya boleh memperkuat kita semua: “God is too wise to be mistaken. God is too good to be unkind. So when you don’t understand, when don’t see His plan, when you can’t trace His hand, trust His Heart!