[ Penulis: Leonita Easter Patricia. Editor: Carlo Santoso ]
Foto: unsplash
Seorang Ibu kenalan saya pernah bercerita kepada saya bahwa pada suatu ketika anaknya mengabarkan bahwa sekolahnya mengadakan lomba computer Tux Math, Ibu itu berpikir bahwa saingan di lomba itu pasti sangat berat namun untuk mendorong anaknya agar mau ikut berkompetisi, wanita itu berkata, “Dio, kamu pasti bisa. ”Perkataan itu terus di ucapkan sampai akhirnya anaknya bersedia ikut lomba dengan penuh percaya diri dan memenangkan kompetisi sebagai pemenang ke 3.
Siapa suka menggemakannya akan memakan hasilnya. Demikian lidah kita memiliki kuasa karena dapat mengubah keadaan.
Lidah begitu kecil namun bisa dipakai membangun tetapi juga bisa digunakan meruntuhkan, mengetahui hal ini kita boleh berhati-hati mempergunakan lidah kita, sekiranya kita boleh mempergunakan untuk mengucapkan berkat dan hal-hal baik yang akan membangun orang-orang yang kita sayangi.
Thomas Alva Edison, si penemu lampu adalah seorang yang kita kenal jenius karena penemuan-penemuannya, tidak banyak dari kita yang mengetahui latar belakang kehidupan si jenius itu. Pada jaman Thomas Alva Edison masih bersekolah dia mendapatkan sebuah surat dari sekolah, dia membawanya pulang dan memberikannya pada ibunya, dengan berlinang air mata, ibunya membacakan isi surat itu keras-keras. ”Putra anda seorang jenius, sekolah ini terlalu kecil untuk menampungnya dan tidak memiliki guru yang cakap untuk mendidiknya agar anda mendidiknya sendiri.” Demikian ibunya memperkatakan. Jauh setelah Edison menjadi penemu ternama, hingga pada suatu saat Thomas Alva Edison menemukan surat terlipat yang disimpan ibunya itu di sebuah laci rumah ibunya yang telah wafat dan membaca isinya, “Putra anda seorang yang bodoh. Kami tidak mengijinkan anak anda bersekolah lagi.” Edison menangis setelah mengetahui kebenarannya dan mengatakan bahwa karena perkataan seorang ibu yang luar biasa dia bisa menjadi seorang jenius.
Mungkin ada banyak dari kita yang masih menggunakan lidah kita dengan tidak bijak, kita menggunakannya sembarangan dan menganggap semua yang sudah dikeluarkan itu adalah hal-hal yang tidak akan berpengaruh bagi orang lain. Di dalam alkitab tertulis, kita akan mempertanggung jawabkan semua yang sudah kita perkatakan kepada Tuhan. Oleh karena itu hendaklah kita menjinakkan lidah kita dengan firman yang senantiasa menuntun kita kepada perkataan tentang kehidupan.