“Bintang-bintang cemerlang yang menyinari, menunjukkan jalan menuju Palungan Sang Penebus, masih bersinarkah malam ini, menyinari dan menerangi jalan kita untuk selalu melihat jalan ke arah-Nya?” Ibu Wiwi Tumiwa, liturgos kebaktian, membacakan pengantar pujian Bintang-Bintang Cemerlang, dari NKB 57:1-2, membuka Kebaktian Malam Natal GKI Gading Serpong pada Kamis, 24 Desember 2015.
Kebaktian Malam Natal yang berlangsung dengan hikmat ini diadakan pukul 16.30 dihadiri sekitar 1800 orang, dan pukul 20.30 WIB dihadiri sekitar 900 orang, bertempat di aula lantai 6 SMAK Penabur Gading Serpong, dengan pembicara Pdt. Agus W. Mayanto, dari GKMI Cempaka Putih. Ev. Gunawan, S.K, S.Th dan Ibu Philia Loanka, mengajak kita semua bersyukur atas hadiah terbesar yang telah kita terima, “Knowing Jesus has come to me is the greatest gift of all,” melalui alunan pujian The Greatest Gift of All, yang dibawakan secara duet dengan syahdu.
“Be a good cheer, Christmas is here…..,”gempita Paduan Suara Gabungan GKI Gading Serpong, dengan lantang mengabarkan sukacita natal dalam Ukrainian Bell Carol, karangan Heather Sorenson. Paduan Suara yang terdiri dari gabungan kelompok-kelompok paduan suara yang ada di GKI Gading Serpong ini juga bersama-sama mengumandangkan kelahiran Sang Penebus, “Sing Noel…Sing Noel…Sing we all Noel….Go, tell it on the mountain, that Jesus Christ is born!” dalam pujian Sing Noel yang diaransemen David Hamilton. Johanes Tirta Iskandar memimpin Paduan Suara yang juga menjadi prokantor kebaktian ini, dengan pemusik Kuntjoro Hertanto dan Edrick Emilio Sam Hertanto.
Masih Adakah Kasih Bagiku?
“Masih adakah kasih bagiku? itu adalah pertanyaan mendasar ketika seseorang mengalami situasi dan kondisi yang tidak diharapkan, manusia mencari kasih, tapi yang ada adalah luka,” demikian Pdt. Agus W. Mayanto mengawali kotbah Kebaktian Malam Natal ini. Dalam Maleakhi, Allah mengatakan bahwa Dia mengasihi manusia, namun manusia yang telah jatuh dalam rupa-rupa dosa tidak mengerti dan bertanya-tanya bagaimana cara Allah mengasihi mereka. Dan pertanyaan ini juga menjadi pertanyaan manusia sampai sekarang, kalau Allah mengasihi dunia ini, mengapa ada sakit penyakit, penderitaan, yang seolah-olah dunia ini dibiarkan tidak terkendali dan kacau?
Pdt. Agus W. Mayanto mengatakan bahwa dalam Kejadian 1, manusia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Allah menghembuskan nafas sehingga manusia hidup. Hanya dengan penyatuan dengan Allah saja, manusia dapat hidup, karena manusia sebenarnya hanyalah debu. Manunggaling kawulo nang Gusti, ungkapan bahasa Jawa yang menggambarkan situasi tersebut.
Pdt. Agus W. Mayanto mengatakan bahwa dalam Kejadian 1, manusia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Allah menghembuskan nafas sehingga manusia hidup. Hanya dengan penyatuan dengan Allah saja, manusia dapat hidup, karena manusia sebenarnya hanyalah debu. Manunggaling kawulo nang Gusti, ungkapan bahasa Jawa yang menggambarkan situasi tersebut.
Hal itu menyebabkan terhalaunya manusia dari Tuhan (Kej 3:24, Kej 4:14). Manusia kehilangan daya hidup sehingga hidup dalam ketakutan yang jauh lebih menakutkan dari kematian. Dunia menjadi sangat kacau, karena manusia menjadi serigala bagi manusia yang lainnya. Dan jeritan bumi, “Allahku…Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” dalam Mazmur 22:2, menjadi jeritan semua orang di bumi ini. Kita tidak sedang menangis karena kekurangan makanan, kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian orang-orang yang kita kasihi. Tapi kita berseru tentang Allah yang meninggalkan kita.
Natal adalah jawabannya. Natal adalah harapan, bukan penghiburan. Yesus Kristus adalah Firman Allah yang menjadi manusia, yang diberikan Allah sebagai jalan keselamatan (Yoh 3:16). Natal adalah Tuhan yang Mahakuasa hadir menyelamatkan manusia (Mat 1:21, Luk 2:11). Natal adalah ketika Tuhan Allah ada bersama dengan kita. Natal adalah kemuliaan bagi Allah dan damai sejahtera bagi bumi (Luk 2:14).
Tuhan mengetuk pintu hati kita untuk menerimaNya, agar kita dapat hidup dengan Spirif of God di dalam kita, karena tanpa Spirit of God, kita hanyalah debu. Sebagai penutup Pdt. Agus W. Mayanto mengajak kita untuk berjalan dalam damai sejahtera. Lukas 2:29-30, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.”
Candle Light Service
Tarian Malaikat diiringi instrumen pujian Malam Sunyi Senyap dibawakan oleh lima orang anak Sekolah Minggu sebelum pengambilan lilin oleh jemaat dengan alur yang sudah ditentukan.
Dengan pujian O Holly Night dan Silent Night yang dibawakan solois prokantor, jemaat maju mengambil lilin yang sudah menyala. Puisi Natal yang dibacakan liturgos mengiringinya setelah itu.
Jemaat dengan tertib memegang lilin sambil menyanyikan Malam Kudus.
“Masihkah kita bertanya, masih adakah kasih bagi kita dengan semua yang Dia berikan bagi kita? Kasih setia, pengampunan, bahkan Putra Tunggal-Nya dikaruniakan-Nya untuk menebus segala dosa kita, semua karena kita berharga di mata-Nya, semua karena satu alasan…..karena KASIH-NYA.”
Selamat Hari Natal!
Ding dong! Ding dong! Ding dong! Ding dong!
Sing we Noel, glad tidings tell
Be a good cheer, “Christmas is here!”