Penulis: Easter Patricia
Editor: Tjhia Yen Nie
Foto: stocksnap
Filipi 4:11-13 “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”
Jika kita bicara soal uang, tentu lekat dengan kata ‘kaya’. Seringkali kita menghubungkan uang sebagai tolok ukur seberapa makmurnya seseorang, bahkan setiap tahun majalah Forbes menobatkan 10 orang terkaya versinya sendiri. Jadilah, sekarang banyak orang bersaing dan berlomba-lomba menunjukkan status kekayaan mereka dengan membeli barang-barang mahal yang sebenarnya tidak mereka perlukan, seakan ada kepuasan jika orang lain melihat mereka dengan pandangan takjub.
Pasti kita pernah menjumpai kejadian seperti itu atau mungkin kita juga pernah melakukannya. Di dalam sebuah persekutuan jika si A datang membawa tas baru bermerk akan disikapi oleh si B dengan perhiasannya atau si C yang tidak mau kalah dengan baju bermerk-nya, maka jadilah persekutuan itu ajang pamer kekayaan.
Jose Mujica dijuluki presiden termiskin di dunia karena dia menyumbangkan 90% dari gajinya untuk amal dan presiden Uruguay ini menolak tinggal di rumah dinas yang mewah. Dia tinggal di rumah istrinya yang sederhana . Dia mengatakan bahwa “saya disebut ‘presiden termiskin’, tetapi saya tidak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang hanya bekerja untuk mencoba memelihara gaya hidup yang mahal, dan selalu ingin berlebih-lebihan.” Tokoh besar Jose Mujica yang selalu memperjuangkan nasib negara miskin ini mengajar kita untuk hidup sederhana dan berfokus untuk tujuan mulia.
Sebagai seorang ibu rumah tangga kita sepatutnya menjadi seorang wanita yang bijak dalam menggunakan uang dan juga mengelolanya. Kadang-kadang karena kebutuhan kita ingin menjadi public centre itulah yang membuat kita besar pasak daripada tiang. Padahal jika kita mau merenung, kita tidak membutuhkan barang-barang yang kita beli itu. Kita membeli karena kita ingin bukannya karena kita butuh, jadinya seberapapun uang yang kita dapat akan selalu kurang dan tidak mencukupi.
Di dalam Amsal 4:7 dikatakan ‘Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian.' Sebagai seorang ibu rumah tangga kita dituntut untuk menjadi seorang wanita bijak yang memiliki hikmat, salah satunya adalah hikmat menggunakan uang. kita membutuhkan hikmat Tuhan untuk mengetahui bagaimana menangani uang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Mintalah campur tangan Tuhan dalam urusan keuangan kita, dan juga mencari hikmatNya untuk mengetahui bagaimana menangani dan mengalokasikan uang kita.
Ada yang jauh lebih penting dari sekedar pamer untuk hal-hal yang hanya memuaskan keinginan jasmaniah saja yaitu bagaimana kita bisa mengelola uang kita untuk tujuan memuliakan Tuhan dan berkarya bagiNya.
Pernyataan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), gubernur DKI Jakarta kita, akan menutup renungan ini dengan cerita singkatnya yang sangat menyentuh soal uang. “Dua minggu lalu anak saya menangis minta pindah sekolah karena dibilang anak miskin. Anak saya ke sekolah naik bus, temannya diantar naik Alphard. Lalu saya bilang ke anak saya bahwa orang kaya itu bukan orang yang punya Alphard, tetapi orang yang merasa cukup dengan apapun yang dimilikinya dan bersyukur”.
Doa: Tuhan, berilah kami hikmat dalam menggunakan dan mengelola uang kami supaya dapat kami mencukupkan diri kami dengan seberapa yang ada pada kami dan bolehlah kami menggunakannya untuk memuliakan namaMu. Amin.