(Yohanes 17)
Senin, 25 Mei 2020, sebuah tragedi terjadi di Amerika Serikat, saat seorang bernama George Floyd yang merupakan orang berkulit hitam tewas di tangan polisi berkulit putih ketika terjadi penangkapan. Sekalipun kasus ini menuai banyak pro-kontra, namun ini menjadi awal kekacauan di Amerika Serikat, berkaitan dengan isu rasisme. Bahkan bukan hanya di Amerika, tetapi di beberapa negara lain juga mengalami hal yang sama. Kerusuhan menimbulkan kebencian yang semakin tinggi dan bahkan menyebabkan perpecahan.
Konflik memang tidak terelakkan, namun perpecahan dapat dicegah. Itulah mengapa Yesus di akhir hidupnya, sebelum naik ke Golgota, berdoa kepada Tuhan tentang kesatuan umat-Nya. Yesus berdoa agar umat Tuhan menjadi satu, karena Yesus dengan Bapa di sorga adalah satu. Kesatuan Allah Tritunggal menjadi dasar utama bagi kesatuan umat. Jika Allah Tritunggal yang kita sembah saja dalam keunikan pribadi-Nya masing-masing, dapat menjadi satu, tentu kita pun sebagai umat dituntut Allah untuk menjadi satu.
Persatuan Allah Tritunggal yang indah, terutama karena mereka saling mengasihi satu sama lain (17:24), menjadi dasar utama bagi umat percaya untuk mewujudkan persatuan. Terlebih lagi kasih merupakan inti dari keseluruhan kitab suci. Kasih harus dijunjung tinggi dalam kehidupan umat percaya. Lebih spesifik lagi, kasih yang berkorbanlah yang harus ditunjukan. Kasih itu menutup banyak dosa dan kasih menutup ruang untuk kebencian itu hadir. Sayangnya sejarah menjadi saksi bahwa gereja banyak sekali mengalami perpecahan. Namun perpecahan terjadi bukan karena faktor eksternal, melainkan umat sendiri yang saling menyakiti. Keegoisan dan sikap mau menang sendiri serta menyerang orang lain, menjadi penyebab perpecahan. Tak ada lagi ruang untuk kasih, yang ada hanyalah kebencian. Hal ini jika terus-menerus terjadi maka akan menghancurkan umat Allah di dunia ini. Padahal ketika persatuan terjadi, nama Tuhan akan semakin dimuliakan di dunia ini, tetapi jika perpecahan terjadi, umat sebagai orang percaya dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Perbedaan tidak terelakkan di dalam hidup ini. Apalagi kita hidup di Indonesia yang sangat majemuk akan keberagaman. Namun, kita dipersatukan oleh iman di dalam Yesus Kristus. Biarlah iman yang mempersatukan kita, terus bertumbuh semakin hari semakin sempurna, dengan meneladani Dia untuk hidup saling mengasihi satu sama lain. Kasih adalah awal persatuan