Firman Tuhan dalam Yohanes 1:1 yang berbunyi, “Pada mulanya sudah ada Firman, Firman itu bersama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah,” merupakan pernyataan kesejatian Yesus sebagai Allah dan manusia. Tentu saja, manusia yang adalah ciptaan-Nya memiliki keterbatasan pemikiran untuk dapat mengerti dan memahami Allah yang begitu besar. Untuk itu, Allah melalui firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab, dengan sangat jelas mengajar manusia, supaya beroleh pengenalan dan pemahaman yang benar akan Yesus, yang adalah Allah.
Pusat Hidup Kita
Apabila ditanyakan, siapakah yang menjadi pusat hidup kita? Semestinya, sebagai umat yang percaya pada Yesus Kristus, pasti Yesuslah yang menjadi pusat hidup kita. Untuk itu, dalam pengiringan kita mengikut Yesus, selayaknya kita melakukannya dengan sepenuh hati, siap, serta rela untuk menderita bersama-Nya, dengan jalan memikul salib kita masing-masing. Hendaknya kita tidak menunda-nunda. Sekaranglah waktunya untuk kita sungguh-sungguh mengikut Tuhan.
Memang tidaklah mudah menjadikan Yesus sebagai pusat hidup kita. Ada kalanya kita menerima pujian, tetapi kadang kala juga mendapat celaan. Namun, itulah kehidupan yang harus kita jalani dalam mengikut Tuhan.
Kita percaya, Allah yang menciptakan kita, yang mengaruniakan talenta/bakat pada kita, Dialah yang berkuasa menentukan jalan hidup kita. Dengan demikian, sebagai anak-Nya, kita tidak perlu khawatir akan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, baik sekarang, maupun di masa depan. Sebab, Dialah yang memiliki kita seutuhnya.
Dalam kehidupan iman kita, ada kerinduan untuk memuliakan, menghormati, dan menyembah Yesus, serta menuruti kehendak-Nya. Namun, sayang sekali, sebagian besar dari kita justru tidak memberi ruang bagi Kristus untuk memimpin dan menjadi pusat hidup kita.
Yesus Sumber Pengharapan
Di kala kita meninggalkan Yesus sebagai pusat hidup kita, kasih- Nya tidak pernah berubah. Yesus tetap berkenan menerima dan mengampuni. Sebab, hanya Dialah sumber pengharapan dan jawaban atas pergumulan kehidupan kita. Melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib, Ia menebus dosa-dosa kita dan menanggung sendiri semua penderitaan yang kita rasakan, baik rasa sakit, ketidakadilan, kesedihan, maupun ketakutan. Dia berkuasa mengampuni dan menyembuhkan kita.
Kita yang percaya dan menaruh harapan pada Yesus, tentunya akan berusaha mengubah hidup kita menjadi lebih baik, seturut dengan teladan kasih-Nya, dan kita belajar untuk tidak mementingkan diri sendiri, melainkan hidup berdasarkan kasih yang telah kita peroleh dari- Nya. Hidup ini hanya sementara. Kelak, kita akan hidup dalam kekekalan di dalam Tuhan.
Sebagai tindakan nyata untuk mewujudkan perubahan hidup yang seturut kehendak-Nya, setiap hari kita perlu menyediakan waktu untuk berdoa secara pribadi dan berbicara kepada Tuhan. Selain itu, kita harus tekun membaca, mempelajari dan merenungkan firman Tuhan. Sebab, berdoa dan mempelajari firman Tuhan adalah sama pentingnya dengan kita menjaga pola makan sehat dan rutinitas berolahraga.
Allah menciptakan kita untuk mengenal Yesus sebagai pemegang otoritas tertinggi dan menjadikan- Nya pusat hidup kita. Dia yang telah rela menyerahkan hidup-Nya bagi kita, jadi sudah selayaknya kita menyerahkan diri dan hidup kita dalam kendali dan pimpinan-Nya. Oleh karena itu, kita harus terus belajar mengutamakan Tuhan di sepanjang hidup kita. Mengasihi-Nya dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatan kita. Ada waktunya kita berhasil, ada kalanya pula gagal, tetapi kita tidak berharap pada diri sendiri, melainkan pada Kristus.
Berhala Kita
Berhala adalah objek atau konsep yang dianggap lebih penting atau sama dengan Tuhan, dan keberadaannya dapat membuat kita tersesat serta melupakan Allah. Keluaran 20:3-5 berbunyi demikian,
“Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu berhala yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembahnya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalas kesalahan bapak kepada anak-anaknya, sampai kepada keturunan ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.”
Dari bacaan firman Tuhan di atas, kita dapat mengetahui adanya berbagai macam berhala di sekitar kita, yang dianggap setara atau lebih tinggi dari Tuhan, seperti berhala berbentuk gambar atau patung, baik yang menyerupai manusia atau hewan, maupun berhala yang memuja makhluk dan benda langit (malaikat, bulan, bintang, matahari). Di samping itu, ada juga yang disebut berhala hati, yakni hal-hal yang kita cintai dan sembah, yang kita harapkan dan percayai untuk membawa hidup kita menjadi lebih baik, dan semua hal yang kita tuju sebagai tempat berlindung, selain dari Tuhan, Juru Selamat kita. Dengan jelas, penyembahan berhala adalah sikap yang memberi nilai, waktu, perhatian, dan pengabdian terhadap sesuatu yang seharusnya diberikan kepada Tuhan.
Lalu, apa saja yang bisa menjadi berhala dalam hidup kita? Ada beberapa hal, yang sering kali tanpa kita sadari, dapat mengalihkan perhatian kita dari Allah, dan menjadi berhala dalam hidup kita, yaitu halhal seperti kenyamanan hidup, hobi, kekuasaan, kesuksesan, ataupun mengidolakan diri sendiri, materi yang berupa uang atau kekayaan, pekerjaan maupun pelayanan. Intinya, segala sesuatu yang kita lakukan, dan yang kita anggap lebih penting daripada Tuhan, itulah yang disebut berhala dalam hidup kita.
Menghindari Pemberhalaan
Dunia ini penuh dengan godaan dan keinginan duniawi, yang dengan mudah dapat membawa kita dalam penyembahan berhala. Perlu kita mengerti, penyembahan berhala akan menyebabkan kita merasakan adanya kekosongan pribadi, dan juga memisahkan kita dari kehidupan yang sejati.
Menyadari akan besarnya godaan dan tekanan di sekitar kita, tentu bukanlah hal yang mudah untuk menghindarinya. Kita tidak akan mampu melakukannya dengan usaha sendiri. Kita memerlukan pertolongan-Nya. Sebab, Allah itu hidup dan sumber kehidupan, berbeda dengan berhala yang hanya sebuah benda mati. Dengan demikian, kita harus percaya, Allah sanggup menolong kita melalui kuasa Roh Kudus-Nya yang bekerja.
Sebagai upaya yang perlu kita lakukan untuk mengatasi pemberhalaan berbagai hal dalam hidup kita, sepatutnya kita bersedia mengoreksi kehidupan masing-masing, dan memperhatikan setiap hal yang berpotensi menjauhkan kita dari Tuhan. Selain itu, kita pun harus mengakui dan menyerahkan berhala dalam hidup kita kepada Tuhan.
Langkah selanjutnya, kita harus memiliki keteguhan hati, dan mengarahkan seluruh penyembahan kita hanya kepada Allah. Sebab, Tuhan memanggil kita untuk hidup dengan prinsip-prinsip yang teguh, serta tetap setia dalam mengasihi dan mengikuti-Nya. Kita diingatkan untuk hidup bergantung hanya kepada-Nya, dan senantiasa memohon pimpinan serta kekuatan setiap hari. Untuk itu, tetaplah berdoa dan tekun membaca firman Tuhan. Hiduplah dengan berserah sepenuhnya kepada-Nya, hingga kita bertumbuh semakin serupa dengan Allah. Tuhan Yesus memberkati.
*Penulis adalah anggota GKI Gading Serpong.