Di dalam bacaan Injil yang kita baca pada hari ini, Yesus dengan tegas menyatakan diri-Nya sebagai Roti Hidup yang turun dari Sorga – bukan sekadar untuk memberi makan fisik seperti manna di padang gurun yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel ketika mereka berada di dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian – tetapi untuk memberikan kehidupan kekal. Jadi, menikmati roti dari Surga berarti percaya sepenuhnya kepada Yesus dan menerima pengorbanan-Nya di kayu salib.
Begitu juga halnya, ketika Yesus mengatakan tentang “makan daging-Nya dan minum darah-Nya.” Pada saat ini, Ia sedang mengajarkan tentang kesatuan yang erat antara Ia dan orang percaya. Kalimat ini menegaskan bahwa iman kepada-Nya merupakan sumber hidup yang sejati. Hidup yang kekal yang dimaksud oleh Yesus, bukan hanya soal kehidupan setelah kematian, tetapi juga kehidupan saat ini yang dibangun melalui persekutuan dengan Allah dan sesama yang membawa damai serta sukacita.
Sebagai orang percaya, kita juga dipanggil untuk membagikan roti ini kepada sesama kita melalui kasih, pengampunan, dan kebaikan yang kita pancarkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Seperti apa yang dikatakan oleh Paulus kepada jemaat di Efesus pada masa itu, dan kita di masa kini dalam Ef. 5:15-20, Paulus mengingatkan agar kita dapat hidup dengan bijaksana dan berhati-hati dalam menggunakan waktu kita. Kita dipanggil untuk hidup sebagai anak-anak terang, bukan dalam kebodohan atau kenikmatan duniawi, tetapi dalam hikmat dan pengertian akan kehendak Tuhan.