Hari ini kita boleh merayakan 36 tahun penyatuan GKI dari yang semula berdiri sendiri, GKI Sinode Wilayah Jawa Timur, GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah dan GKI Sinode Wilayah Jawa Barat. Dan melalui ibadah syukur penyatuan GKI ini, diajak kembali merenungkan panggilan GKI di tengah dunia. Panggilan yang seperti apa? Dan apa yang menjadi respon kita? Menjadi menarik jika kita merefleksikannya dalam konteks Indonesia yang sedang mengalami “kedaruratan Konstitusional”.
Cerita pada bacaan ketiga (Yoh. 6:56-69) mengisahkan tentang orang-orang yang semula bersemangat untuk mendengar ajaran Yesus dan mau menjadi murid Yesus, kemudian mengundurkan diri. Mereka mengundurkan diri karena mereka tidak siap menerima “perkataan keras” dari Yesus. Yaitu perkatan tentang jati diri Yesus sebagai Roti Hidup dan perlunya makan daging dan minum darah Yesus. Oleh karena itu, Dia menegaskan kembali tentang makna sebuah panggilan. “Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” (Ay. 65) Artinya bagi Tuhan Yesus, seseorang menjadi percaya dan mengikut–Nya itu adalah anugerah. Bukan manusia yang memilih, tetapi Allah Bapalah yang memilih dan menentukannya.
Setelah banyak orang mengundurkan diri, Tuhan Yesus menguji keduabelas murid-Nya, apakah mereka juga akan mengundurkan diri (67). Petrus memberikan jawaban yang menegaskan imannya yang teguh. Petrus mengakui Yesus adalah Yang Kudus dari Allah, ia mengakui bahwa perkataan yang diucapkan oleh Yesus adalah perkataan hidup yang kekal. Pengakuan Petrus ini menjadi cerminan kehidupan para murid Yesus yang setia. Pengakuan yang berasal dari dalam hati, yang mampu melihat dan merasakan kasih dan karya Allah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh bangsa Israel, pada saat Yosua bertanya kepada mereka, “Kepada siapakah mereka beribadah?”. Yosua kembali mengingatkan bangsa Israel untuk senantiasa setia menyembah dan beribadah hanya kepada Tuhan Allah saja. Bangsa Israel kemudian menyatakan janjinya untuk memilih setia dan menyembah hanya kepada Tuhan Allah saja. Mereka sungguh-sungguh menghayati dan merasakan karya dan penyertaan Tuhan Allah yang nyata dalam hidup mereka. Janji setia bangsa Israel ini ditandai Yosua dengan menuliskannya dalam kitab hukum Allah dan mengambil batu besar lalu meletakkannya di bawah pohon besar.
Lebih lanjut Rasul Paulus memberikan nasihat kepada kita melalui suratnya kepada jemaat di Efesus, agar kita mengenakan “perlengkapan senjata Allah” di dalam hidup kita. Kita diingatkan agar hidup dalam kebenaran dan melakukan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Bersedia dan mau menjadi saksi Kristus yang rela untuk mewartakan dan memberikan kesaksian Injil Kristus di tengah-tengah dunia. Dan pada akhirnya, Paulus mengingatkan kita untuk tekun berdoa setiap waktu. Sebab dengan doa, kita akan dikuatkan dan dimampukan untuk terus mewartakan Injil Kristus.
Kesediaan diri untuk terlibat aktif dalam membangun jemaat adalah respon kita atas anugerah dan berkat yang Tuhan berikan kepada kita. Sekali lagi jangan pernah mengundurkan diri, seberat apapun pergumulan, tantangan, cobaan dalam hidup kita, Tuhan pasti menguatkan dan menyertai kita. Tuhan memanggil dan memilih kita untuk berkarya bagi kemuliaan Tuhan melalui GKI. Kesediaan diri kita untuk terlibat dalam karya Allah melalui GKI, akan semakin menyadarkan betapa besar penyertaan, pertolongan, dan kasih Allah dalam hidup kita. Amin.