Pernah seorang Dokter mengalami stress berat. Penyebabnya dia terkena penyakit langka yang belum ada obatnya. Ilmu kedokteran belum berhasil menemukan penyebabnya. Belum tahu cara penanganannya. Penyakit langka sang Dokter berada di luar kendalinya. Saat itu dia disadarkan betapa manusia memiliki keterbatasan. Memang, itulah realita hidup. Tidak semua hal bisa kita jawab. Tidak semua persoalan bisa kita tangani. We all have limitations!
Lalu, bagaimana respons kita bila kita menghadapi situasi seperti yang dihadapi sang Dokter? Apa yang kita lakukan bila persoalan yang kita hadapi itu di luar kendali dan jangkauan kita. Mentok di sana, buntu di sini. Saat itu, respons kita hanya ada dua. Pertama, pikiran kita kacau balau. Sedih menghujam telak karena ketidakberdayaan. Segalanya berujung pada frustrasi dan stress super berat. Iman pun amblas total. Kita menyerah kalah dalam amarah.
Meski demikian, kita punya pilihan kedua. Responnya adalah ini, kita terima keterbatasan yang kita miliki. Kita akui bahwa tidak semua hal bisa kita kendalikan. Kita butuh Tuhan. Nah, saat itulah kita berserah kepada Tuhan. Oh ya, jangan samakan berserah dengan menyerah. Orang yang menyerah adalah orang yang frustrasi dalam ketakutan dan kegentarannya.
Sebaliknya, orang yang berserah adalah orang yang tetap tenang di dalam segala situasi. Dia mampu melepaskan segala kekhawatirannya. Hatinya lapang. Seluruh hidupnya ia serahkan pada Tuhan. Orang ini yakin bahwa Allah memiliki rencana yang baik baginya. Dia bebaskan Allah lakukan rencana-Nya. Apa pun hasilnya diterima. Tetapi, dia juga percaya bila Allah berkehendak, yang impossible bisa menjadi possible! Tetapi, sekali lagi, everything is up to God!
Ada Yairus, seorang Kepala Rumah Ibadat, dan seorang Perempuan tak dikenal. Sebagai Kepala Rumah Ibadat, Yairus memiliki status sosial yang sangat tinggi di masyarakat. Sebaliknya, perempuan tak dikenal, diduga, berasal dari ‘kasta’ kelas bawah. Mereka berdua menghadapi situasi ruwet dan ‘mumet’. Berada di luar kendali!
Yairus sedang stress. Anak perempuannya sakit parah. Nyawanya hampir raib. Tabib atau dokter tidak sanggup menanganinya. Sementara itu, perempuan tak dikenal sakit pendarahan akut. Sudah 12 tahun tidak pulih. Para tabib tak mampu menolongnya. Keduanya berada dalam situasi yang sama: di luar kendali mereka!
Saat dihantam situasi pelik itu, keduanya harus memilih. Pilihannya hanya dua: menyerah atau berserah? Kedua orang itu menolak menyerah. Mereka pilih berserah! Ya, berserah sepenuhnya kepada Tuhan! Mereka menghampiri Yesus. Dalam kerendahan hati dan dengan iman yang teguh mereka mengharapkan pertolongan-Nya. Mereka percaya bahwa dalam kelemahan dan kerapuhan mereka kuasa Tuhan akan sempurna.
Tuhan merespons penyerahan total mereka secara positif. Tuhan bahkan memuji: "imanmu telah menyelamatkan engkau." Lalu, kehendak dan rencana Tuhan pun terwujud. Yang impossible jadi possible! Kuasa Tuhan sungguh nyata! Mari berserah kepada-Nya!