Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 2 Juni 2024
Bacaan Alkitab: Ulangan 5:12-15; Mazmur 81:1-10; 2 Korintus 4:5-12; Markus 2:23–3:6
Homo Homini Lupus Est merupakan ungkapan latin yang artinya ialah “manusia adalah serigala bagi sesamanya manusia”. Pepatah atau ungkapan ini menggambarkan bahwa manusia nyatanya dapat bertindak kejam, menikam, dan melukai sesamanya sendiri. Sungguh menyedihkan jika ungkapan latin ini sungguh-sungguh terjadi. Manusia yang mestinya saling tolong menolong dan menjadi rekan seperjalanan bagi sesamanya, namun justru hadir menjadi sosok yang tak berperikemanusiaan.
Perilaku homo homini lupus est tergambar dalam diri orang Farisi dalam pembacaan Alkitab hari ini. Yesus sedang berjalan bersama dengan para murid di hari Sabat dan para murid berada dalam keadaan kelaparan. Ketika sedang berjalan, mereka melewati ladang gandum. Merasa kelaparan, para murid kemudian memetik bulir gandum di ladang tersebut. Perbuatan para murid ini membuat gusar orang Farisi, karena bagi mereka hari Sabat memiliki sebuah aturan yakni tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan apapun.
Terjadilah pertentangan antara arti Sabat versi orang Farisi dan ajaran Yesus. Orang Farisi menekankan soal peraturan yang ketat dan mengesampingkan nilai kemanusiaan. Sedangkan Yesus menekankan soal Sabat yang sejati yaitu ketaatan pada Tuhan yang harus berbanding lurus dengan kemanusiaan. Sabat haruslah menolong manusia untuk melihat sesamanya sebagai ciptaan Allah yang berharga, bukan justru dipenuhi dengan aturan yang mencekik nilai kemanusiaan. “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, karena itu Anak Manusia adalah Tuan juga atas hari Sabat”
Yesus hadir membuka cakrawala berpikir orang-orang Farisi dalam memahami makna Sabat dengan menceritakan kisah mengenai Daud yang memakan roti sajian imam dan melakukan sebuah mukjizat penyembuhan bagi seseorang yang tangannya mati sebelah. Namun nyatanya orang-orang Farisi tetap berkeras hati, tidak mau mendengarkan ajaran Yesus, dan tetap bertahan dengan pemahaman mereka sendiri. Ironisnya, mereka justru merasa berhasil karena menemukan bukti nyata pelanggaran Yesus di hari Sabat dan bersekongkol dengan para pendukung Herodes untuk membunuh Yesus.
Hari ini kita bersama diingatkan bahwa peraturan memang ada dalam kehidupan ini. Peraturan merupakan bagian dalam kehidupan manusia, jika tanpa aturan hidup pasti berantakan. Namun peraturan dibuat bukanlah untuk menikam dan mencekik orang lain. Peraturan dibuat untuk mengelola kehidupan agar lebih baik, mengutamakan kepentingan kemanusiaan, penuh keadilan, dan berguna bagi kebaikan bersama. Kiranya kita tak terjebak berkelakukan seperti orang-orang Farisi. Kiranya kita dapat memperlakukan aturan dengan tepat, mengutamakan kepentingan bersama, memanusiakan manusia, dan lebih giat menyebarkan kebaikan bagi orang-orang disekeliling kita. 
Pdt. Erma P. Kristiyono