Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 21 Februari 2021

Apa bentuk kasih Allah kepada Ciptaan-Nya? Dalam Markus 1:9-11, Allah di dalam Yesus menjadi manusia yaitu Sang Mesias, Sang Juruselamat. Terbukti dalam Markus 1:10-11, kata “langit terkoyak” melambangkan keadaan baru. Kehadiran Allah tidak tersembunyi lagi, sehingga manusia dapat menjangkau Allah. Allah menyingkirkan segala kendala-kendala dan sudah berada di tengah-tengah manusia. Maka dimulailah perubahan dunia yang sangat dahsyat. Allahlah yang turun kepada manusia. Dalam diri Yesus, Allah hadir di antara manusia.

Kata “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi”, Allah menyapa Yesus sebagai Anak-Nya, sasaran kasih Allah yang sungguh mampu menjalankan tugas-Nya sebagai Mesias. Sebagai Anak dalam konteks Yesaya, berarti Allah menjalin relasi khusus dan istimewa dengan Yesus. Kata “KepadaMulah Aku berkenan”, kata-kata ini adalah peranan khusus Yesus dalam sejarah. Dengan kata lain, Allah mau berkata justru karena Engkau adalah Anak-Ku yang terkasih, maka Aku telah memilih Engkau untuk melaksanakan tugas yang sebentar lagi akan Engkau mulai (Yesaya 42:1). Gambaran mengenai hamba Allah yang menderita dalam Yesaya 53.

Yesaya 53 tentang hamba yang menderita.

1. Hamba yang hina itu menyelamatkan (53:1-3).

Mesias yang dijanjikan dan dinantikan adalah Hamba yang akan mengalami kehinaan. Kehinaan-Nya itu adalah kehinaan manusia sendiri, sebab Dia adalah taruk yang tumbuh di hadapan Tuhan sekaligus sebagai tunas yang tumbuh di tanah yang kering (53:2).

2. Kesengsaraan-Nya untuk kita yang berdosa (53:4-5).

Hamba yang hina itu akan menjalani penderitaan dengan menahan sakit dengan ganjaran, ditikam, dan diremukkan. Sengsara itu seolah-olah Dia dikutuk oleh Allah dengan tulah-Nya. Tetapi yang bersalah bukanlah Hamba yang menderita itu, melainkan manusia atau kita.

3. Penderitaan-Nya Dia jalani dengan rela sengsara hanya karena kasih-Nya (53:6-7).

Hamba itu dengan rela menjalani semuanya untuk umat yang memberontak. Ia sendiri merendahkan diri atau membiarkan diri-Nya ditindas, tidak membuka mulut-Nya, seperti anak domba dibawa ke pembantaian, tiada mengeluh atau melawan serta protes. Semua padahal bukan kesalahan-Nya. Semua untuk manusia yang memberontak.

4. Kematian-Nya untuk menyelamatkan pemberontakan manusia (53:8-12).

Mesias harus mengalami kematian sebagai seorang pemberontak yang fasik.

SO