Mengapa hal buruk terjadi pada orang-orang yang baik? Pertanyaan ini sebenarnya bukan hanya sekedar mencari jawaban dari apa yang sedang terjadi pada orang-orang baik yang mengalami hal yang buruk, namun pertanyaan ini sekaligus mempertanyakan tentang kedaulatan Tuhan terhadap orang-orang yang seharusnya tidak sepantasnya mengalami hal-hal buruk. Dimana Tuhan ketika orang-orang yang baik itu mengalami hal yang buruk? Mengapa Tuhan seolah diam dan tidak bertindak apa-apa?
Dalam bacaan pertama (Kis 1:15 -17, 21-26) menceritakan tentang kisah bagaimana Matias menggantikan posisi Yudas Iskariot yang sudah tidak lagi bersama dengan para murid. Walaupun tidak menjadi bagian dari bacaan yang ada, kita mengingat bagaimana Yudas Iskariot berbuat hal yang sangat buruk kepada Tuhan Yesus, yaitu berkhianat. Pengkhiannatannya berujung pada penyaliban Yesus. Dari kisah Yudas Iskariot ini pertanyaan “Mengapa hal buruk terjadi pada orang-orang yang baik?“ seperti semakin mendapat penegasan. Bahkan Yesus yang melakukan perbuatan baik didunia ini saja tertimpa hal yang buruk dari orang lain. Apakah itu berarti Allah tidak memiliki kuasa untuk menghindarkan hal-hal yang buruk agar tidak menimpa orang-orang yang baik?
Dalam bacaan injil (Yoh 17:6-19) dikisahkan tentang doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Dalam doa itu Yesus sangat menyadari bahwa para murid yang sebentar lagi ditinggalkan-Nya masih tetap ada didunia dan masih tetap akan mengalami hal-hal yang jahat. Menariknya Yesus tidak meminta kepada Bapa untuk mengambil para murid-Nya dari dunia ini agar tidak lagi mengalami yang jahat, melainkan meminta sekalipun para murid masih ada didunia ini dan harus mengalami hal-hal yang jahat, Allah memberikan perlindungan-Nya (dalam bahasa Yunaninya: Tereo. Dalam bahasa Indonesia: menjaga, memelihara). Sekalipun hal buruk itu terjadi, Allah tetap menjaga dan memelihara kita)
Lalu bagaimana cara Allah memelihara kita dalam hal-hal yang buruk itu? Lebih lanjut melalui melalui doa Yesus kita melihat Yesus meminta agar Allah menguduskan para murid dengan firman Allah. Menguduskan berarti memisahkan. Dipisahkan bukan utnuk menjadi eksklusif akan tetapi dipisahkan untuk diperlengkapi dan dikuatkan agar dapat diutus kembali ke dalam dunia. Dengan demikian sangat jelas bahwa Yesus memohon kepada Allah bahwa sekalipun para murid ini akan mengalami hal-hal yang buruk, maka Yesus percaya Allah tetap memelihara dan menjaga para murid karena para murid diperlengkapi dan dikuatkan melalui firman Allah.
Mazmur 1 yang menjadi nyanyian antar bacaan kita, mengingatkan bahwa firman Allah (taurat Tuhan) membuat kita menjadi orang-orang yang tetap baik sekalipun mengalami hal-hal buruk. Dalam Mazmur tersebut dikatakan bahwa orang yang tetap dikuduskan dalam firman akan: 1.Tidak mengikuti jalan orang yang jahat sekalipun kita diperlakukan jahat. (Mzm 1: 1) Kita tidak menjadi jahat ketika orang memperlakukan kita dengan tidak baik. 2.Tidak layu daunnya. (Mzm 1: 3) kehidupannya tidak menjadi kehidupan yang kering dan berputus asa. Selalu ada pengharapan. Selalu ada kehidupan. 3.Menghasilkan buah pada musimnya (Mzm 1:3) setiap orang yang akan melihat hidupnya tidak akan kecewa. Hidupnya bukan hanya sekedar hidup untuk bertahan ditengah-tengah hal-hal buruk yang menimpanya, namun hidup yang terus menghasilkan buah.
Kita tidak dapat mengatur apa yang diluar kendali kita. Orang-orang lain yang ada diluar kita, alam atau apapun yang ada diluar kendali kita dapat saja membuat kita mengalami hal-hal yang buruk. Akan tetapi Allah tidak membiarkan kita binasa oleh hal-hal buruk itu. Ia menjaga, memelihara kita melalui firman-Nya. Sekalipun hal-hal buruk terjadi pada kita, melalui pemeliharan Allah maka hidup kita akan selalu penuh pengharapan dan menjadi berkat! Percayalah! Amin!