Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 30 Juli 2017

Tuhan Yesus membicarakan perihal Kerajaan Surga dengan beberapa perumpamaan. Dari perumpamaan-perumpamaan itu kita bisa belajar tentang pola hidup Kerajaan Allah, yaitu :

Pola hidup yang bertumbuh menjadi berguna bagi sesama, seperti biji sesawi yang kecil namun kemudian dapat tumbuh menjadi pohon yang dapat menjadi tempat berteduh bagi banyak burung. Ukuran kecil tidak menjadi persoalan, asalkan mau terus bertumbuh dan menjadi berkat bagi sesama.

Pola hidup yang ditransformasi untuk mentransformasi kehidupan sekitarnya, seperti ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkannya ke dalam terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya. Ragi adalah kunci dalam pembuatan roti. Ragi sangat dibutuhkan agar adonan tepung dapat mengembang sehingga dapat dibuat menjadi roti yang enak rasanya dan baik aromanya. Demikian juga Injil Kerajaan Allah adalah kunci untuk mentransformasi seseorang. Setelah itu ia harus membagikannya melalui kehidupan, pelayanan kasih dan pewartaan sehingga dapat berdampak bagi masyarakat sekitarnya.

Pola hidup yang penuh sukacita dan rela berkorban, seperti orang yang mendapatkan harta terpendam di ladang dan oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Kerajaan surga bukan hanya mengenai sukacita duniawi, tetapi tentang sukacita surgawi, di mana orang percaya rela melepaskan harta duniawi yang dimilikinya untuk tujuan hidup yang mulia dan kekal.

Pola hidup yang mengetahui dan dapat menempatkan hal yang paling bernilai di tempat yang paling utama, seperti seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ia menemukan mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya dan membeli mutiara itu.

Pola hidup yang inklusif namun selektif, seperti pukat yang berlabuh di laut. Semua jenis ikan bisa masuk ke dalam pukat itu, tetapi kemudian sang nelayan memilah ikan yang baik untuk dikumpulkan dan ikan yang tidak baik dibuangnya.  Kehidupan kita di dunia ini hendaklah inklusif, di mana kita bisa menerima sesama kita dari berbagai latar belakang suku, agama, ras dan antar golongan, namun juga harus selektif memilih teman agar tidak salah bergaul yang dapat merusak diri dan masa depan.  Janganlah suka berprasangka buruk dan saling menghakimi, karena penghakiman adalah haknya Tuhan.

AL