Marah. Berbicara mengenai marah, adakah dari kita yang tidak pernah marah? Rasa-rasanya setiap dari kita pernah tersulut amarah. Ada orang marah meledak-meledak, ada juga marah dengan sikap yang masih tenang, ada yang marah tujuannya untuk merendahkan atau menghancurkan orang lain, dan ada yang marah dengan tujuannya untuk mendisiplinkan. Setiap orang bisa berbeda-beda dalam menunjukan ekspresi kemarahan dan bisa berbeda-beda tujuan/motivasi amarahnya.
Pembacaan Alkitab hari ini pun menunjukan bahwa Yesus pernah marah di Bait Allah. Bait Allah yang semestinya jadi pusat peribadahan dan simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya, namun tercederai dengan berbagai kepentingan yang justru dibiarkan oleh para imam dan ahli-ahli Taurat. Kepentingan itu ialah perdagangan dan dalam perdagangan ini termuat unsur kecurangan, penipuan dan pemerasaan kepada umat. Tentu saja hal ini mengotori kekudusan Bait Allah.
Yesus marah karena Ia melihat Bait Allah dipergunakan untuk tindakan yang tidak baik, Bait Allah begitu kotor dan tidak tertib. Yesus mengambil sikap untuk membersihkan Bait Allah. Tindakan Yesus membersihkan Bait Allah merupakan bentuk rasa hormat dan kasih-Nya kepada Bait Allah sehingga tidak ingin Bait Allah dicederai oleh berbagai kepentingan dan tindakan yang tak berkenan dihadapan-Nya.
Kemarahan Yesus di Bait Allah pun sejatinya bukan untuk menyakiti, menghancurkan, atau melukai, melainkan hanya untuk menertibkan/mendisiplinkan dan membersihkan Bait Allah. Sebuah kemarahan dalam cinta-Nya, karena Ia tidak ingin umat yang begitu dicintai-Nya justru terjebak dalam dosa dan kesalahan. Di Minggu PraPaskah III ini, kita bersama diingatkan. Pertama, kemarahan Yesus bukanlah untuk melukai dan menghancurkan, melainkan untuk mendisiplinkan umat yang dikasihi-Nya. Kedua, kita pun diingatkan untuk menjaga kekudusan Bait Allah; baik Bait Allah yang adalah tempat peribadahan dan Bait Allah yang adalah diri kita sendiri. Selamat menghayati Minggu PraPaskah III.